Rumah Warisan Ibu Angkat

Hilda saat ini sedang berada di ruangan tempat Cleo berada, Cleo yg menyadari kehadiran seseorang pun menoleh ke arah Hilda.

"Hai Cleo, Saya Hilda istri nya mas Frans." Ucap Hilda dengan lembut.

Ungkapan itu pun seketika membuat jantung Cleo berdegup kencang, akan pengakuan itu, air mata nya tiba-tiba meleleh, apa mungkin aku sudah menghancurkan rumah tangga wanita lain , begitu pikir Cleo.

"Cleo bagaimana keadaan mu.?" Tanya Hilda memegang tangan Cleo dengan lembut.

"Maaf." Ucap lirih Cleo.

"Maaf untuk apa Cleo, kau tidak bersalah, aku tau apa yg kau pikirkan, itu hanya sebuah kecelakaan, sekarang anakmu selamat walau keadaan nya masih lemah." Ucap Hilda penuh kelembutan walau terbersit sedikit perasaan cemburu di hati nya ketika berhadapan dengan wanita yg begitu cantik dihadapan nya ini yg pernah berbagi peluh bersama suaminya.

"Maaf mbak, maafkan aku, kalau pernah membuat mu marah akan hal itu, aku tidak bermaksud hiks, mbak, aku titip anak ku mbak, jaga dia untukku, katakan aku sangat menyayangi nya." Ucap Cleo dengan tangisan lemah nya yg saat ini sedang meringis kesakitan.

"Cleo apa yg kau katakan, aku sudah memaafkan mu, bahkan aku sudah mengikhlaskan walau kau nanti nya akan menjadi madu ku." Ucap Hilda tulus dengan nada bergetar.

Argh sakit

Cleo merasakan kesakitan yg teramat di perut nya, darah pun membasahi tempat nya berbaring itu.

Hilda yg panik pun langsung memanggil dokter jaga buat memeriksa Cleo.

Setengah jam berlalu Hilda mondar mandir di depan pintu itu menunggu keluar nya dokter yg memeriksa Cleo.

cklek

Pintu pun terbuka tampak lah seorang dokter yg melihat Hilda sambil menghela nafas pelan.

"Bagaimana keadaan pasien dok.?" Tanya Hilda.

" Maaf nyonya, kami sudah berusaha memberikan yang terbaik, Nyonya Cleo meninggal dunia akibat pendarahan yg sangat hebat, dan sebelum nyonya Cleo meninggal, beliau menitip kan kalung ini untuk anak nya." Ucap dokter itu sambil menyerahkan kalung berliontin merah delima dengan bunga mawar kecil melingkar di sisi nya.

"Innalilahi wa innailaihi rojiun." Ucap Hilda menahan tangis dan segera dia masuk ke ruangan itu untuk melihat jenazah Cleo untuk yg terakhir kali nya.

Hilda pun membuka perlahan kain yg menutupi wajah Cleo, wajah cantik Cleo tertidur damai dengan senyuman kecil terlihat di bibir nya yg pucat.

"Tenang lah di alam sana Cleo , aku berjanji dengan segenap hati ku untuk merawat dan menjaga anak mu seperti anak kandung ku sendiri, terima kasih sudah memberiku putri yg sangat cantik Cleo." Ucap Hilda berlinang air mata sambil memegang kalung milik Cleo di tangannya.

Hilda berencana ingin memakam kan Cleo di pemakaman umum di desa Wangun, supaya memudahkan nya untuk menziarahi makam Cleo.

Hilda yg baru selesai dari ruangan Cleo dan mengurus surat surat kematian Cleo di kejutkan dengan dokter dan perawat berlarian menuju ke arah ruangan suami nya, seketika jantung Hilda pun berdegup kencang , dengan panik dia pun ikut berlari ke arah ruang UGD itu.

Hilda yg ingin masuk ke ruangan itu pun seketika di halangi perawat .

"Maaf Nyonya silahkan kan tunggu di luar, dokter sedang menangani pasien yg tiba-tiba kejang-kejang." Ucap perawat itu langsung menutup pintu.

Hilda dengan gelisah dan tangisan nya pun berdiri dengan tidak tenang seraya memanjatkan doa-doa agar suami nya selamat dari masa kritis nya.

1 jam menunggu di luar, akhirnya pintu itu pun terbuka dan keluar lah dokter spesialis itu sambil membuka masker nya.

"Gimana suami saya dok.?" Tanya Hilda dengan nada bergetar.

" Maaf dengan berat hati saya mengatakan pasien sudah meninggal, Benturan di kepala nya yg sangat fatal menyebab kan pendarahan otak yg sangat serius, kami turut berdukacita." Ucap dokter bedah itu kepada Hilda.

Duaarrr

Seketika dunia nya runtuh, Hilda dengan susah payah berjalan mendekati ranjang suami nya dan melihat suami yg sudah terbujur kaku itu.

"Tidakkkk, mas Frans....

Kenapa kamu ninggalin aku mas , mas bangun mas, Aku dan putri mu membutuhkan mu mas, masssss hiks hiks hiks."

Tangisan Hilda menyayat hati pun terdengar di ruangan itu, para perawat yg melihat itu pun merasakan sesak, mereka tau bahwa wanita di hadapan itu hari ini kehilangan 2 orang sekaligus.

Dengan air mata yg masih bercucuran, Hilda di bantu oleh asisten pribadi suami nya dan juga, beberapa sahabat nya termasuk Rio pun menghadiri pemakaman Frans dan Cleo bersamaan.

Sejak kematian suami nya, Hilda sampai saat ini tidak pernah menikah lagi, dia hanya fokus dengan membesarkan dan memberi kan kasih sayang yg tulus kepada anak semata wayang nya, yg di beri nama Cassandra Stacey Atmaja.

FLASHBACK OFF

*******************

"Kenapa Cassie baru mengetahui hal itu ibu, hiks hiks.?" Tangis Cassie di pelukan ibu angkat nya yg sudah di anggap seperti ibu nya sendiri.

"Sayang nya ibu, jangan nangis nak, maafkan ibu yg baru menceritakan hal itu kepada Cassie, ibu takut Cassie kecil ibu jadi hinaan orang-orang, ibu juga tidak mau Cleo jadi bahan gunjingan para ibu-ibu, Cleo sudah tenang di alam sana, ibu kandung Cassie adalah wanita baik, sebelum kematian nya dia menitipkan kalung ini untuk Cassie, ibu Cleo bilang dia sangat menyayangi Cassie." Ucap lirih dan lemah Bu Hilda sambil menyodorkan sebuah kalung cantik merah delima itu dengan tangan bergetar.

"Maafkan ibu yg baru menceritakan hal itu bahwa Cassie memang anak angkat ibu, tapi Cassie adalah putri kandung ayah Frans bukan anak angkat ayah Frans."Ucap Bu Hilda.

" Ini dokumen-dokumen, dan aset-aset sudah atas nama mu nak, kamu berhak menerima ini, dan juga rumah ini, ibu mewariskan kan nya kepada Cassie, jagalah rumah ini nak, karena rumah ini adalah peninggalan kakek buyutmu." Ucap Bu Hilda dengan suara lemah menyodorkan setumpuk sertifikat- sertifikat itu ke tangan Cassie.

"Tidak Bu, Cassie tidak butuh semua itu, Cassie hanya ingin ibu sembuh dan selalu ada buat Cassie." Ucap Cassie menangis di pelukan ibu Hilda .

"Nak, sebelum kepergian ibu, apa kamu mau menuruti permintaan ibu untuk terakhir kali nya.?" Ucap Bu Hilda.

"Apa itu Bu.?" Tanya Cassie menatap wajah ibu nya.

" Ibu ingin melihat Cassie putri kesayangan nya ibu menikah." Ucap Bu Hilda menatap wajah cantik Cassie yg sangat mirip dengan Cleo, rambut panjang perpaduan dari Cleo dan Frans, mata biru milik Cleo dan bentuk bibir nya sama seperti Frans.

"Ibu, jangan bilang seperti itu, Cassie bahkan tidak punya pacar, dengan siapa Cassie akan menikah Bu.?" Ucap Cassie sedih dengan permintaan ibu nya .

Yang tidak mereka ketahui, bahwa ada sepasang mata tajam yg sedari tadi mendengar cerita ibu dan anak itu.

Ya mata tajam itu adalah milik Narendra Alexander.

"Saya bersedia menikahi Cassie Tante." Ucap Narendra yg tiba-tiba masuk dan memotong pembicaraan Cassie dan ibunya.

"Nak Narendra kapan kamu kesini nak, apakah Daddy dan Mommy mu ikut.?" Ucap lemah Bu Hilda.

" Tidak Tante, Daddy dan Mommy tidak ikut, hanya Narendra dan Ivan saja kesini, karena Narendra dan Ivan dapat masalah sedikit tadi." Ucap Narendra yg sudah duduk di samping Cassie sambil memegang perut nya yg selesai di jahit tadi.

Bersambung.