NovelToon NovelToon
Aku Kekasih Halalmu

Aku Kekasih Halalmu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Dosen / Nikahmuda / CEO / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: RahmaYusra

Hana Hafizah menjadi perempuan paling tidak beruntung ketika ayah dan ibu memintanya untuk menikah, tetapi bukan dengan lelaki pilihannya. Ia menolak dengan tegas perjodohan itu. Namun, karena rasa sayang yang dimilikinya pada sang ayah, membuatnya menerima perjodohan ini.

•••

Gadibran Areksa Pratama. Dosen muda berumur 27 tahun yang sudah matang menikah, tetapi tidak memiliki kekasih. Hingga kedua orang tuanya berkeinginan menjodohkannya dengan anak temannya. Dan dengan alasan tidak ingin mengecewakan orang yang ia sayangi, mau tidak mau ia menerima perjodohan ini.

•••

“Saya tahu, kamu masih tidak bisa menerima pernikahan ini. Tapi saya berharap kamu bisa dengan perlahan menerima status baru kamu mulai detik ini.”

“Kamu boleh dekat dengan siapapun, asalkan kamu tahu batasanmu.”

“Saya akan memberi kamu waktu untuk menyelesaikan hubungan kamu dengan kekasih kamu itu. Setelahnya, hanya saya kekasih kamu. Kekasih halalmu.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RahmaYusra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Aku Kekasih Halalmu • Sepasang Sahabat

Hana bersama laptop serta sebuah skripsi milik kakak tingkatnya dimeja belajar, sedang mengerjakan sesuatu yang sebenarnya paling malas perempuan itu lakukan. Mengerjakan proposal untuk memenuhi mata kuliah yang sedang ia jalani.

Beberapa buah buku yang berhalaman tebal, serta air minum dan kue-kue menghiasi meja belajar yang cukup luas itu. Wajahnya sangat serius saat menghubungkan antar kalimat, lalu mencocokkannya dengan apa yang ada dibuku dengan apa yang ia temukan di google ataupun e-book.

Menginjak semester enam ini, Hana dengan teman-temannya yang lain harus menyiapkan judul untuk dijadikan proposal. Dengan mata kuliah Seminar Proposal, mereka dituntut untuk membuat sebuah proposal –bentuk kecil dari sebuah skripsi, karena hanya bersisi dari bab 1 hingga bab 3. Dan jika lolos, maka proposal yang diajukan pada semester ini bisa dijadikan sebagai penelitian untuk skripsi di semester 7 nanti. Sehingga tidak perlu lagi memikirkan judul.

Saat sedang fokusnya mengetik sebuah kalimat per-kalimat, ponsel cantik bercase navy itu berbunyi.

Nengsih.

“Hm, kenapa, Neng?” tanya Hana sesaat setelah mengangkat telepon.

“Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh~” kebiasaan Nengsih yang sangat membuat Hana kesal. Bukan karena perempuan itu mengucapkan salam, tetapi Nengsih selalu saja membuat semuanya menjadi lambat.

Hana menghembuskan napasnya dengan kasar dan bersandar pada kursi belajarnya. “Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Kenapa?”

Mendengar celotehan Nengsih dari seberang sana, membuat kepala Hana terasa mau pecah. Wajahnya yang terlihat lelah karena sedang memikirkan hal yang tidak ingin ia pikirkan, kini semakin lelah ketika Nengsih bicara panjang kali lebar seperti ini.

Ia memejamkan mata. Satu tangannya memegang ponsel, dan satu lagi menopang kepalanya yang menunduk. Hana menghembuskan napas kasar lalu mendongakkan kepalanya. Ia membuka mata. “Bacot Nengsih. Kalau lo mau ke rumah, bilang langsung. Nggak usah pakai narasi!”

Setelah itu suara tawa yang terdengar dari seberang sana membuat Hana semakin jengkel. Apakah Nengsih tidak tidak tahu jika Hana sedang mengerjakan sesuatu yang tentunya sangat malas ia kerjakan?

“Lo emang yang terbaik, Han. Nggak salah gue sahabatan sama lo. Ya udah, gue berangkat sekarang. Tunggu gue yaa. Byeeeeeee.” Nengsih langsung mematikan sambungan telepon itu.

Lagi-lagi Hana menghembuskan napas secara kasar. Setelah meletakkan ponselnya, perempuan itu memilih turun untuk mengambil minuman dingin. Rasanya ia sangat membutuhkan itu ketika menghadapi dua hal yang begitu melelahkan secara bersamaan.

***

Beberapa menit kemudian, seperti yang Nengsih katakan, ia sudah berada dirumah Hana. Ketika ia masuk orang tua Hana sedang tidak ada dirumah, dan tanpa basa-basi setelah dipersilahkan oleh Bi Sum –ART dirumah Hana, Nengsih langsung ke si anak pemilik rumah.

Dikamar sang sahabat, Nengsih langsung merebahkan diri dikasur. Hana sedang sibuk dengan proposal yang sedang dibuatnya, membuat Nengsih harus sadar diri jika ingin membuat keributan. Nengsih lalu membuka laptopnya dan memilih untuk menonton drama korea ditemani beberapa cemilan yang sempat dibelinya sebelum ke sini.

Nengsih menonton menggunakan headset sehingga tidak akan mengganggu konsentrasi Hana. Walaupun bentukannya seperti itu, Nengsih juga tahu aturan mana yang bisa diajak becanda dan mana yang tidak. Tentu saja saat ini ia belum bisa mengajak Hana untuk bergurau, dan keduanya sibuk dengan urusan masing-masing. Hana dengan proposal-nya, dan Nengsih yang sibuk dengan drama korea-nya sambil sesekali mencomot cemilan untuk masuk ke mulutnya.

Beberapa menit berlalu, Nengsih melihat Hana yang sedang menyusun kembali buku-bukunya dengan rapi dan menutup laptopnya. “Udah selesai?” tanya Nengsih.

Hana mengangguk sebagai jawaban. Perempuan itu beranjak kekasur setelah merapikan mejanya –Ia berbaring.

“Emangnya lo lagi ngerjain yang mana?” tanya Nengsih lagi.

“Baru juga Bab Pendahuluan.”

Mendengar itu sontak membuat Nengsih terkejut. “Lo serius?!”

Hana berdecak. “Ngapain juga gue becanda.”

Nengsih hanya bisa menganga karenanya. Tidak menyangka jika sahabat yang ia anggap rajin itu baru memulai untuk proposalnya

“Emangnya lo kemana aja dari kemarin? Kenapa baru ngerjainnya sekarang?” Nengsih melanjutkan tontonannya sambil sesekali menoleh pada Hana yang masih baring disampingnya.

Hana menghembuskan napasnya. “Gue malas, Neng. Andaikata bukan Galang yang ngebahas ini, gue nggak bakalan inget kalau minggu depan Dosen bakalan nagih tuh, proposal.”

Giliran Nengsih yang berdecak. “Aneh lo.”

Hana hanya mengangkat bahu acuh. “Btw, emangnya lo udah selesai?” tanyanya pada Nengsih.

Nengsih memasukkan cemilan ke mulutnya. “Udah, udah dari lama malahan,” katanya santai sambil terus mengunyah.

Sontak Hana langsung duduk di samping Nengsih. Ia juga memangku sebuah bantal. “Gue heran deh. Sama tugas, lo cuek bebek banget, tapi yang beginian lo semangat empat lima. Bukannya mikirin ‘masalah’ lebih susah dari tugas?”

Mendengar itu membuat Nengsih tertawa. “Percuma, Han. Lo rajin bikin tugas, tapi malas mikirin buat proposal dan lanjut skripsi. Emangnya rajin nugas, bikin lo cepet lulus? Nggak.”

***

Sekali lagi Hana kembali berdecak mendengar perkataan Nengsih barusan. Ia sama sekali tidak mengerti jalan pikiran dari sahabatnya itu. Apakah hal itu termasuk baik? Oh, tentu saja tidak.

“Nggak gitu juga, Nengsih. Lo kudu imbang sama keduanya.”

Nengsih lebih dulu menghabiskan cemilannya. Lalu menjilat jempol serta telunjuknya yang membuat Hana merasa jijik. Segera ia menjangkau tisu yang ada dinakas sebelahnya. “Jorok banget, sih hidup lo. Nih, pakai.”

Perempuan cepol kuda itu menampilkan deretan gigi putihnya, dan mengambil tisu yang disodorkan Hana. Dengan segera ia membersihkan jarinya karena cemilan keripik kentang tadi. “Enak tahu, Han, ngemut sisa keripik kentang dijari. Lo nggak pernah nyoba, yaa,” goda Nengsih.

Hana menghembuskan napasnya kasar. “Bacot, Neng!”

Hana semakin merasa jengkel mendengar tawa renyah dari Nengsih. Ya Tuhan, Hana sangat sabar menghadapi makhluk satu ini.

“Oke, balik lagi, ya, ke masalah tadi. Jadi gini …”

Nengsih mengubah duduknya menghadap Hana, kemudian mengatakan, “proposal atau skripsi dan tugas itu bedanya jauh banget. Kalau tugas, mau gimana pun mepetnya gue buat ngerjain, pasti selesai tepat waktu. Apalagi ada elo.” Hana berdecak, sedangkan Nengsih memainkan kedua alisnya.

“Nah! Kalau yang iniii ... gue nggak bisa nyontek. Plagiat dong gue. Bisa-bisa didrop out gue. Makanya gue nggak mau santai soal proposal, apalagi gue mau langsung ngajauin buat skripsi. Begitu ceritanyaaa,” jelas Nengsih.

Mendengar itu, membuat Hana menghembuskan napasnya. Lalu menghempaskan badan kekasur dengan posisi telentang. Hingga badannya bergerak naik-turun mengikuti kasur yang begitu empuk.

“Kenapa gue beda banget sama lo? Gue malah males ngurus hal yang semacam ini. Orang ngehindarin masalah, lah, ini malah cari masalah. Kurang kerjaan banget,” kata Hana. Matanya menatap langit-langit kamar yang begitu putih.

Nengsih mengedikkan bahunya acuh. Ia kembali pada laptopnya setelah menoleh pada Hana sekilas. “Kan setiap orang beda-beda, Han. Rambut memang dominan hitam. Tapi pemikiran dan kepekaan setiap orang itu beda. Bahkan banget. Jadi, jangan bandingin elo sama orang lain. Apalagi gue,” jelas Nengsih. Ia lalu baring disebelah Hana setelah mematikan laptopnya tadi. Kemudian meletakkannya dilantai diatas tas miliknya.

Sedangkan Hana menatap Nengsih mengernyit.

“Tumben omongan lo bermartabat?”

Giliran Nengsih yang berdecak. Bicara benar dipertanyakan, bicara asal-asalan di bilang gila. “Bodo, lah!” katanya, lalu membalikkan badan membelakangi Hana yang sudah terbahak mendengar decakan Nengsih.

“Neng, Nengsih,” panggilnya tetapi tidak dihiraukan perempuan itu. Berulang kali dipanggil, tetapi Nengsih masih tidak kunjung menjawab panggilan Hana.

Kesal.

Tetapi senyuman jahil yang muncul dibibir Hana membuat kesalnya sedikit mereda. Dengan segera ia melemparkan diri ke tubuh Nengsih dengan sangat keras.

BUGH!

“HANAAAA! BADAN GUE REMUK, KAMPRET!”

“BODO AMAAAAAT.”

Lagi. Hana kembali membuat Nengsih semakin kesetanan. Ia berteriak tepat ditelinga Nengsih.

“HANA GILAAAAA!!!” dan hanya tawa Hana yang terdengar diseluruh kamar itu.

***

1
minato
Nggak sabar buat lanjut ceritanya!
Linechoco
Ngangenin banget ceritanya.
Aerilyn Bambulu
Alur ceritanya keren banget!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!