Anya gadis cantik berusia 24 tahun, terpaksa harus menikahi Revan CEO muda anak dari rekan bisnis orangtuanya.
Anya tidak bisa berbuat apa-apa selain mengiyakan kesepakatan kedua keluarga itu demi membayar hutang keluarganya.
Awalnya ia mengira Revan mencintai tulus tapi ternyata modus, ia hanya di jadikan sebagai Aset, untuk mencapai tujuannya.
Apakah Anya bisa membebaskan diri dari jeratan Revan yang kejam?
Jika ingin tahu kisah Anya selanjutnya? Langsung kepoin aja ya kak!
Happy Reading...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riniasyifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Revan yang merasa di abaikan oleh Anya, menatap Anya dengan tatapan yang aneh. Matanya menyipit, seolah mencoba menembus pertahanan Anya dan melihat apa yang sebenarnya ia pikirkan. Anya merasakan tatapan itu membuatnya semakin tegang.
"Kau terlihat pucat, Anya. Apa kau tidak enak badan?" tanya Revan dengan nada suara yang lembut namun terdengar mengancam.
Anya menelan ludah dengan susah payah. Ia berusaha untuk tetap tenang dan tidak terpancing.
"Aku baik-baik saja," jawab Anya singkat tanpa menatap Revan. Ia terus makan sarapannya dengan tenang, meskipun jantungnya berdegup kencang.
Ia terus makan sarapannya dengan tenang, sambil otaknya terus bekerja merencanakan langkah-langkah yang akan ia ambil hari ini. Ia akan memulai dengan mencari alasan untuk pergi ke ruang kerja Revan, tempat ia menyimpan dokumen-dokumen penting. Ia harus berhati-hati agar tidak ketahuan.
Ia akan memulai dengan mengumpulkan informasi tentang kesepakatan bisnis Revan terlebih dahulu, Ia akan mencari tahu siapa saja yang terlibat dalam persekongkolan ini, dan apa tujuan dari kesepakatan itu. Ia harus menemukan bukti yang cukup untuk menjerat Revan dan membebaskan dirinya.
Setelah sarapan selesai, Anya menawarkan diri untuk membantu membersihkan meja.
"Ma, Anya bantu bereskan ya?" pinta Anya.
Nyonya Ambar hanya mengangguk dan tersenyum mengizinkannya. Anya merasa senang, karena ia bisa mendapatkan waktu sendirian di dapur untuk merencanakan langkah selanjutnya.
Namun, saat Anya sedang mencuci piring, Revan tiba-tiba masuk ke dapur. Anya menegang di tempat darahnya terasa membeku. Ia tidak tahu apa yang diinginkan Revan darinya.
"Anya," panggil Revan dengan suara yang dingin.
"Kita perlu bicara." lanjut Revan masih dengan nada yang sama.
Anya menghentikan gerakannya untuk mencuci piring dan menoleh ke arah Revan. Ia menatap Revan dengan tatapan yang tenang dan penuh tekad, meskipun sebenarnya di dalam hatinya ingin segera menghindar dari pria kejam di hadapannya itu. Tapi ia juga tidak akan membiarkan Revan mengintimidasi dirinya terus menerus.
"Ada apa, Revan?" tanya Anya dengan suara yang tegas.
Revan mendekati Anya dan mencengkeram lengannya dengan kasar. Anya meringis kesakitan, namun ia tidak menunjukkan rasa sakitnya.
"Kau tahu apa yang aku inginkan," kata Revan dengan suara yang mengancam.
"Aku ingin kau bersikap baik dan menuruti semua perkataanku. Jika tidak, kau akan menyesal." ancam Revan dengan tatapan dinginnya.
Anya menatap Revan dengan tatapan yang menantang. Ia tidak takut pada ancaman Revan. Ia tahu, ia harus berani menghadapi Revan jika ia ingin membebaskan diri.
"Aku tidak akan menuruti perkataanmu lagi, Revan," ucap Anya dengan suara yang lantang.
"Aku bukan bonekamu. Aku adalah manusia, dan aku berhak untuk hidup bahagia." lanjut Anya.
Revan terkejut mendengar kata-kata Anya. Ia tidak menyangka bahwa Anya akan berani melawannya. Ia mengeratkan cengkeramannya pada lengan Anya, dan Anya merasakan sakit yang semakin hebat.
"Kau akan menyesal mengatakan itu, Anya," tegas Revan dengan suara yang geram.
"Kau akan melihat apa yang akan aku lakukan padamu."
Revan menarik Anya keluar dari dapur dan menyeretnya menuju ruang kerja. Anya mencoba memberontak, namun ia tidak berdaya melawan kekuatan Revan. Ia merasa takut dan cemas sekarang, namun ia tetap berusaha untuk mempertahankan keberaniannya.
Revan mendorong Anya masuk ke dalam ruang kerja dan menutup pintu dengan keras.
Brakk!!
Anya tersentak kaget dan menatap Revan dengan tatapan yang penuh ketakutan.
"Kau pikir kau bisa melawanku, Anya?" tanya Revan dengan suara yang mengejek.
"Kau salah besar. Aku berkuasa di sini, dan kau harus menuruti semua perkataanku."
Revan berjalan mendekati Anya dengan langkah yang mengancam. Anya mundur dengan ketakutan, namun ia tidak bisa menghindar dari Revan.
"Aku tidak takut padamu, Revan," kata Anya dengan suara yang bergetar.
"Aku tahu kau adalah orang jahat, dan aku tidak akan membiarkanmu menyakitiku lagi." lanjut Anya dengan sisa-sisa keberaniannya.
Revan tertawa sinis mendengar kata-kata Anya. Ia mencengkeram dagu Anya dengan kasar dan memaksa Anya untuk menatap matanya.
"Kau adalah milikku, Anya," kata Revan dengan suara yang penuh nafsu.
"Kau adalah istriku, dan kau harus melayaniku dengan baik. Jika tidak, aku akan menghancurkan hidupmu."
Anya merasa jijik dan hina mendengar kata-kata Revan. Ia mencoba melepaskan diri dari cengkeraman Revan, namun Revan terlalu kuat untuknya.
"Aku tidak akan pernah menjadi milikmu, Revan," tegas Anya dengan suara yang penuh kebencian.
"Aku membencimu, dan aku akan melakukan apa pun untuk membebaskan diri dari pria breksek sepertmu,"
Revan semakin geram mendengar kata-kata Anya. Ia melepaskan cengkeramannya pada dagu Anya dan menampar Anya dengan keras.
Plak!!
Anya langsung tersungkur ke lantai, merasakan pipinya terasa panas dan sakit. Ia memegangi pipinya dan menatap Revan dengan tatapan yang penuh kemarahan.
"Kau sudah keterlaluan, Revan," ujar Anya dengan suara yang bergetar.
"Aku tidak akan membiarkanmu menyakitiku lagi. Aku akan membalas semua perbuatanmu," desis Anya, bangkit dari lantai dengan susah payah.
Meski pipinya terasa perih, matanya berkilat penuh amarah. Revan, yang tadinya tampak puas melihat Anya tersungkur, kini menatapnya dengan kerutan di dahi.
"Kau mau membalas dendam padaku? Bagaimana caranya, Anya? Kau hanya seorang wanita lemah yang terperangkap dalam pernikahan ini," ejek Revan, melangkah mendekat.
"Kau salah, Revan. Kau meremehkanku. Aku mungkin terperangkap, tapi aku tidak lemah. Dan aku punya cara untuk membalas dendam, kau akan lihat," jawab Anya, suaranya bergetar menahan amarah dan rasa sakit. Ia menyeka air mata yang hampir tumpah dengan kasar.
Revan tertawa keras. "Cara apa? Mau mengadu pada keluargamu? Mereka tidak akan percaya padamu. Atau mau lapor polisi? Aku punya kekuasaan dan uang untuk membungkam mereka semua."
Anya tersenyum sinis. "Kau terlalu percaya diri, Revan. Kekuasaan dan uangmu tidak akan abadi. Dan aku tidak akan menggunakan cara-cara itu. Aku akan menghancurkanmu dari dalam, Revan. Perlahan tapi pasti."
# Bersambung ....