NovelToon NovelToon
GELAP

GELAP

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Romansa / Bad Boy / Gangster / Office Romance / Chicklit
Popularitas:853
Nilai: 5
Nama Author: @nyamm_113

Masa putih abu-abu mereka bukan tetang pelajaran, tapi tentang luka yang tak pernah sembuh.


Syla tidak pernah meminta untuk menjadi pusat perhatian apa lagi perhatian yang menyakitkan. Di sekolah, ia adalah bayangan. Namun, di mata Anhar, ketua geng yang ditakuti di luar sekolah dan ditakdirkan untuk memimpin, Syla bukan bayangan. Ia adalah pelampiasan, sasaran mainan.


Setiap hari adalah penderitaan. Setiap tatapan Anhar, setiap tawa sahabat-sahabatnya adalah duri yang tertanam dalam. Tapi yang lebih menyakitkan lagi adalah ketika Anhar mulai merasa gelisah saat Syla tak ada. Ada ruang kosong yang tak bisa ia pahami. Dan kebencian itu perlahan berubah bentuk.


Syla ingin bebas. Anhar tak ingin melepaskan.


Ini tentang kisah cinta yang rumit, ini kisah tentang batas antara rasa dan luka, tentang pengakuan yang datang terlambat, tentang persahabatan yang diuji salah satu dari mereka adalah pengkhianat, dan tentang bagaimana gelap bisa tumbuh bahkan dari tempat terang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @nyamm_113, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KEYLO DAN CATATAN RAHASIA

HAPPY READING

Jangan lupa follow akun instagram author @rossssss_011

Di siang hari, ia tampak hangat, penuh senyum, dengan deretan kafe artistic, bangunan kolonial yang anggun, dan pelajar berseragam yang berlalu-lalang di antara hiruk-pikuk kota. Tapi di balik gemerlap malam dan jalanan basah selepas hujan, Bandung menyimpan cerita lain, lebih gelap, lebih sunyi.

Di lorong-lorong sempit antapani, hingga aspal dingin di sekitar Dago Atas, deru motor bukan sekedar suara. Ia jadi simbol keberanian, perlawanan, dan pelarian dari luka-luka yang tak bisa diceritakan. Kota ini tidak hanya jadi tempat tinggal, ia menjadi saksi tumbuhnya rasa takut, pengkhianatan, persahabatan yang diuji, dan cinta yang muncul dalam keheningan.

Bandung bukan hanya latar, ia adalah kota diam yang merekam segalanya.

Malam di Bandung tak selalu soal tawa dan lampu neon. Di sisi gelap kota, di jalanan lengang dan bengkel tua yang belum tutup, para remaja memanaskan mesin. Bersiap mempertaruhkan harga diri. Dentuman bass dari motor tua bersaing dengan detak jantung yang panik. Di kota yang penuh janji cinta, Sebagian remaja justru bertaruh nyawa demi harga diri, dendam, dan rahasia yang tak bisa mereka ceritakan.

“Lo yakin bisa, Vin?” tanya Jaguar menepuk pundak Vino.

Vino tersenyum lebar. “Lo jangan remehin gue,” ucapnya dengan tenang, tak ada keraguan dalam dirinya untuk menghadapi ketua geng Galaksi.

“Lo udah cek lagi, Yo?” tanya Keylo, ikut duduk di dekat Yoyo yang sedang mengecek motor Vino.

“Aman,” jawabnya mantap, dia benar-benar memastikan motor Vino dalam kondisi aman untuk bertempur malam ini.

“Anhar udah di sana, dia nunggu kita,” timpal Haikal setelah menerima pesan dari Anhar yang sudah tibah lebih dulu.

“Lo kalau menang, dapat hadiah dari gue.”

Vino yang duduk bersandar di bangku tua di temani game di ponselnya, raut wajahnya sangat santai seolah-olah tak memiliki kekhawatiran malam ini. Saat ucapan dari salah satu sahabatnya terdengar, seketika dia mengubah posisi duduknya.

“Lo serius?” tanyanya antusias seakan diberi hadiah oleh Haikal.

Haikal mengangguk mantap. “Hm.”

“Hadian apaan? Jangan-jangan lo mau ngasih Vino umrah gratis, ya?” Yoyo menatap penuh selidik pada Haikal, jika benar maka dia juga menginginkan hadiah itu.

Vino meraup wajah Yoyo. “Kalau itu gue bisa berangkatin diri gue, cuma gue merasa belum terpanggil.”

“Mana mau Allah manggil lo ke rumahnya, akhlak lo aja kek bestian sama setan.”

“Hahah, malaikat mau aja minder lihat kelakuan lo.”

“Heh, lo juga sama ya, Jar. Lo lebih parah dari gue.”

“Sama-sama punya tingkah setan, ngapain debat.”

Jaguar, Yoyo, Vino menatap sengit pada Keylo yang hanya menampilkan wajah santainya. Haikal hanya terkekeh pelan melihat mereka, pemandangan ini bukan kali pertama. Keylo jarang menibrung, sekali ikut kalimat yang keluar dari mulutnya bisa nusuk sampai hati.

“Nggak asik lo, Key.”

&&&

Malam di bandung terasa lebih hidup dari biasanya. Jalanan di kawasan industri yang sudah lama terbengkalai berubah jadi arena liar lampu neon motor, knalpot berisik, dan sorakan penonton bercampur jadi satu. Bau asap rokok, aroma bensin, dan suara musik keras dari speaker portable memenuhi udara.

Anggota inti geng Reapers berdiri tak jauh dari garis start, motor mereka berjejer rapi di bahu jalan. Mereka tak seberisik lawan di seberang jalan, mereka cukup tenang untuk memberi semangat dan dukungan pada Vino.

Yoyo mendekat, menepuk bahu Vino. “Semua mata lagi nungguin lo, Vin, jangan kasih celah sama anak Galaksi.”

Vino mengela napas, senyumnya samar, penuh keyakinan. “Tenang. Gue balap bukan cuma buat gaya-gayaan. Gue balapan buat buktiin Reapers nggak pernah kalah.”

Anhar ikut menepuk bahu Vino. “Hati-hati.”

Vino mengangguk, Anhar memang dingin, wajahnya selalu saja tanpa ekspresi. Namun, walau cuma kalimat itu yang keluar dari mulut bosnya, ia tetap mengangguk mantap tanpa keraguan.

“Kal, gue menang nanti… hadiah gue jangan lo lupa, ya.” Laki-laki itu masih sempatnya mengingatkan janji Haikal padanya.

Haikal mengacungkan dua ibu jarinya, tersenyum pada Vino. “Tenang aja.”

Dari seberang lintasan, lawannya wakil geng Galaksi memutar gas motornya keras-keras. Suara knalpot meraung, menantang. Penonton makin gaduh.

Seorang ‘starter’ maju ke tengah lintasan, mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Udara terasa semakin berat. Waktu seperti melambat.

Keylo masih sempatnya menepuk kedua bahu sahabatnya, sebelum mendekat ke garis start. “Jangan kasih celah buat dia,” bisiknya pelan.

Vino menunduk sedikit, menyalakan mesin. Getaran motor merambat ke seluruh tubuhnya. “Ini waktunya,” bisiknya pelan.

Dan Ketika tangan starter itu turun, suara mesin meledak serentak, ban berdecit melawan aspal, dan arena pun pecah dalam sorakan menggila.

“VINO, LO PASTI MEMANG!” pekik Yoyo dengan segala kehebohannya. Tak mau kalah dari lawan di seberang.

“VIN, KASIH PAHAM SAMA LAWAN LO!” lanjut Jaguar mendapat anggukan dari Vino walau samar, namun Jaguar melihatnya dengan jelas.

Anhar melipat kedua tangannya di dada, mata tajamnya selalu mengawasi Vino. Mata yang sering kali terlihat penuh perhitungan, namun juga pintar membaca situasi. Anhar menarik sudut bibirnya saat melihat Vino tak memberi ruang lawannya untuk menang.

“HUUU, SAHABAT GUE MENANG WOI!”

“NGGAK DIRAGUKAN LAGI KEMAMPUAN LO, VIN.”

“HEBAT LO!”

“Good job, Vin.”

Yoyo, Jaguar, dan Haikal sangat heboh menyoraki Vino. Sedangkan Keylo hanya tersenyum melihat Vino masih menempati posisi pertama, tak banyak gerak dan tak banyak bersuara seperti tiga curutnya. Anhar? Jangan tanya, kalian sudah bisa menebaknya.

“Sial,” desis laki-laki yang melihat anak buahnya kalah untuk yang kesekian kalinya.

“Gue baru tahu, ambisi wakil lo buat menang dari Vino ternyata nggak pernah habis sampai buat geng lo tetap kalah jauh dari Reapers,” timpal sosok lain dari arah belakang.

“Lo juga sama, Refan!” tekannya dengan mata menyorot tajam lawan bicaranya.

“Ngapain lo di sini?” lanjutnya penuh kecurigaan dan kewaspadaan.

&&&

Syla sangat menyesal menyetujui permintaan Dion di tengah malam seperti ini, hawa dingin menusuk sampai ketulangnya membuatnya semakin memeluk dirinya sendiri yang hanya mengenakan hoodie abu-abu miliknya.

“Kenapa juga kamu bisa lapar tengah malam begini, Dion?” tanyanya dengan sabar, walau dalam hati sangat kesal pada adiknya.

Dion yang berjalan di sebelah kakanya hanya tersenyum tanpa raut bersalah. “Ya, namanya juga lapar kak.”

“Kenapa nggak besok aja?” tanyanya lagi.

“Lapar mana bisa ditahan, malam-malam begini enaknya makan mie ayam pinggir jalan.”

Syla melirik Dion yang menggunakan jaket lusuh hitamnya yang masih saja kebesaran di tubuh adiknya. “Kalau ayah tahu kita keluar malam-malam, kakak nggak akan mau bantuin kamu lagi ngerjain PR kamu.”

Dion tak panik sama sekali, sebelum pergi ia sempat mengintip kamar ayahnya, memastikan bahwa ayahnya tidur pulas tanpa tahu mereka pergi menyelinap hanya demi mie ayam.

“Tenang kak, Dion udah pastiin ayah nggak akan tahu.”

Syla menunjuk wajah adiknya. “Benar, ya?”

Dion mengangguk. “Iy…” Mata bulat anak laki-laki itu berbinar cerah saat di depan matanya terlihat gerobak tua yang diincarnya.

“Nah, itu dia kak, penjual mie ayamnya.”

“Jangan lari Dion,” larang Syla saat Dion berlari meninggalkan dirinya.

“Cepatan, kak Syla.”

&&&

Markas Reapers malam itu seperti arena istirahat prajurit. Jaket-jaket kulit tergeletak sembarangan, kaleng minuman berserakan di lantai, motor-motor berderet dengan mesin yang masih hangat.

Anggota inti Reapers berada di lantai dua markas, mereka berada di salah satu ruangan santai yang biasa digunakan untuk istirahat tanpa perlu mendengar keributan anggota lainnya seperti di lantai satu.

Vino berdiri di depan jendela, menatap lampu kota Bandung yang jauh di bawah.

“Balapan tadi, worth it,” katanya pelan.

Yoyo yang sudah setengah mengantuk, menimpali Vino. “Worth it apaan, Vin? Yang ada besok badan lo pegal semua.”

Jaguar, Haikal, dan Keylo tertawa kecil mendengar ucapan Yoyo. Sedangkan Anhar hanya tersenyum tipis, pikirannya kembali melayang saat di arena balapan. Mata tajamnya menangkap objek yang membuatnya terus waspada.

“Gue lihat Refan tadi.”

Anhar bisa menebak reaksi dari sahabat-sahabatnya, bahkan Yoyo yang mungkin saja menutup matanya untuk tidur kini bangkit dengan cepat dari posisinya. Jaguar mendekat karena posisi duduknya di sudut ruangan, Haikal dengan wajah mengantuk membuka mata lebar, dan Keylo menatap serius Anhar.

“Serius?” Keylo membuka pertanyaan.

Anhar menarik napas panjang, awalanya ia ragu apakah itu benar-benar ketua dari geng Demon atau hanya orang lain yang bentuk tubuhnya sama. Walau posisinya jauh, serta penerangan yang minum tadi, Anhar yakin itu adalah ketua geng Demon.

“Hm, dia sempat ngobrol bareng Ramon.”

“Ckk, ngajak kerja sama tuh,” kesal Yoyo, sudah tahu lebih dulu niat kedua rival geng mereka.

“Ngambil kesempatan dalam kegelapan,” lirih Jaguar menggeleng mendengar ucapan Yoyo.

“Kita nggak tahu apa yang mereka rencanain, jadi tetap waspada,” jelas Anhar, mencoba menebak masalah apa yang akan mereka hadapi dalam waktu dekat ini.

“Sampain ke anak-anak juga,” lanjutnya.

“Siap.”

KAYAK BIASA YA BESTIE😌

KOMENNYA JANGAN LUPA, LIKENYA JANGAN KETINGGALAN JUGA YA, KARENA SEMUA ITU ADALAH SEMANGAT AUTHOR 😁😉😚

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK 👣 KALIAN DAN TERIMA KASIH BANYAK KARENA MASIH TETAP BETAH DI SINI😗😗🙂🙂

SEE YOU DI PART SELANJUTNYA👇👇👇

PAPPAYYYYY👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!