"Mulai sekarang kamu harus jadi Istriku dan juga Ibu sambung dari Ratu!"
"Siapa kamu? apa hak kamu memaksa aku menikah?"
"Aku Ayahnya Ratu! anakku menyukaimu dan aku harus memenuhi keinginan putriku yang ingin kamu menjadi ibunya!"
"Tapi ingat jangan berharap lebih pada ku! karena statusmu hanya Istri Rahasia dan juga Ibu Sambung Ratu!"
Deg!
"Aku belum bilang setuju!"
"Kamu tidak punya pilihan selain setuju!"
****
Nayyara dipaksa menjadi istri rahasia dari CEO Kejam bernama Ravindra dan juga Ibu sambung anak kecil lucu bernama Ratu.
Nayyara tidak bisa menolak karena Ravindra mengancamnya.
Apakah Cinta akan hadir diantara Ravindra dan Nayyara? Atau justru Nayyara pergi setelah memberikan kasih sayang yang tulus pada Ratu?
Simak cerita nya hanya disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon znfadhila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
NAYYARA-13.
Dengan terpaksa Nayya mengangkat telpon dari duda arogan itu, selain spam lewat chat Ravin juga terus menelpon Nayya tanpa henti.
Nayya mengangkat telpon di luar ruangan Ayahnya, Nayya tidak mau Ayahnya terganggu karena mendengar percakapannya dengan Ravin.
[Assalamualaikum.] Nayya langsung mengucap salam, dia tidak membiarkan Ravin mengomel lebih dulu.
[Waalaikumsalam, Nayyara! kenapa kamu baru angkat telpon saya!] nah kan dugaan Nayya benar, suara Ravin langsung menggema bahkan Nayya sampai harus menjauhkan ponselnya dari telinga.
[Bisa gak sih Pak jangan teriak, saya bisa denger kok.] Nayya akhirnya menunjukkan rasa kesalnya, di sebrang sana Ravin memicingkan matanya.
[Udah berani kamu bantah saya!] Ravin malah tak suka mendengar Nayya protes padanya.
[Emangnya saya harus gimana Pak? saya gak ada urusan apapun ya sama Bapak, karyawan Bapak bukan jadi kenapa Bapak harus atur saya?] Nayya yang makin kesal kini mengeluarkan kata-kata menohok untuk Ravin.
'Sialan! makin berani dia!' Ravin mengumpat dalam hatinya, pria arogan itu sangat tidak suka mendengar bantahan, menurut Ravin semua yang dia lakukan itu adalah yang benar dia tidak menerima bantahan, ya begitulah tingginya ego seorang Ravindra.
[Saya gak punya waktu berdebat yang gak penting sama kamu!] Nayya memutar bola matanya malas, dia harus banyak beristighfar sepertinya.
[Ya kan Bapak yang telpon saya duluan, mana spam lagi.] dumel Nayya pelan.
[Apa kamu bilang?]
[Bapak mau apa telpon saya? ada urusan apa?] tanya Nayya menahan emosinya, sepertinya Nayya berusaha untuk sabar.
[Saya cuma mau bahas Ratu.] Ravin sedikit gengsi menjawab.
[Ratu? kenapa Ratu?] tentu saja Nayya berubah cemas, apalagi dia tau mood Ratu pagi ini tidak baik karena Ravin mengingkari janjinya.
[Ratu marah sama saya, tadi pagi saya gak jadi anter Ratu sekolah makanya dia marah, saya coba bujuk tapi Ratu gamau, tujuan saya telpon kamu itu buat minta bantuan siapa tau kamu punya cara buat bantu saya bujuk Ratu.] Ravin menjelaskan dengan seksama.
Pria itu berjalan mondar-mandir di balkon kamarnya, harus Ravin akui sekarang dia sangat cemas karena takut Ratu setuju untuk ikut bersama kedua orang tuanya.
Kembali pada Nayya yang terdiam sebentar, Nayya sedih melihat Ratu bersedih tadi pagi dan dia juga ikut kesal karena Ravin lebih mementingkan pekerjaannya.
'Kalo sekali dua kali mungkin Ratu masih bisa maklum, tapi kayanya ini udah berkali-kali makanya Ratu kecewa banget.' batin Nayya merasa iba.
Nayya sendiri adalah anak yang mendapat kasih sayang penuh dari kedua orang tuanya, meskipun kehidupannya sederhana tapi Nayya sangat bahagia, mungkin itulah yang dinamakan ujian hidup seseorang berbeda-beda.
Buktinya Ratu terlahir dari keluarga kaya, tapi Ibunya sudah pergi lebih dulu dan sekarang Ayahnya malah sibuk dengan pekerjaan, Ratu kehilangan peran orang tuanya di usia yang masih sangat kecil.
[Nayyara, kamu dengar saya tidak?!] suara Ravin yang menyebalkan itu membuat Nayya tersadar dari lamunannya, decakan kecil terdengar dari mulut Nayya.
[Saya denger Pak, tapi kali ini saya gak akan bantu Bapak maaf, tapi saya ada di pihak Ratu! mungkin menurut Bapak pekerjaan lebih penting tapi bagi saya perasaan Ratu lebih penting, silahkan Bapak intropeksi diri Bapak sendiri, kalo Bapak masih sayang sama Ratu lebih baik Bapak utamakan Ratu jangan sampai anak Bapak terluka semakin jauh dan jangan sampai mental Ratu terganggu karena keegoisan Bapak.]
[Saya memang orang baru, tapi saya tau kalo hari ini Ratu sangat kecewa karena Papa nya sudah mengingkari janjinya, saya tidak tau ini kejadian yang ke berapa kali, tapi yang pasti anak semakin terluka jika hanya diberi harapan palsu, saya harap bapak mengerti terimakasih Assalamualaikum!]
TUT
Tanpa menunggu jawaban Ravin, Nayya langsung mematikan telponnya biarlah pria itu sadar akan kesalahannya sendiri.
"Kasian banget Ratu." gumam Nayya jadi kepikiran Ratu.
Sementara itu di sebrang sana, Ravin langsung berteriak marah karena Nayya langsung menutup telponnya, bahkan tadi Ravin tidak di izinkan menjawab sedikitpun oleh Nayya.
"ARGH! SIAL!" Ravin hampir saja melempar ponselnya, tapi pria itu mengurungkannya.
Dengan nafas memburu, Ravin mengacak rambutnya frustasi semua orang tidak ada yang mau membantunya, bahkan Nayyara gadis yang mampu menarik perhatian putrinya.
"Nayyara, beraninya kamu!" Ravin mengepalkan tangannya kuat.
"Sekarang aku harus apa?!" meskipun marah, Ravin sadar jika semua yang diucapkan Nayya itu benar tapi kembali lagi ego Ravin mengalahkan segalanya.
****
Malam harinya, Ravin yang sudah berganti pakaian kini sedang berjalan ke kamar Ratu, putrinya itu bahkan tidak mau makan bersamanya tadi, jadi Ratu makan di taman di temani oleh Dea.
Ravin masih menggenggam boneka yang tadi dia beli untuk Ratu, kali ini Ravin akan mencoba kembali untuk membujuk Ratu.
"Semoga kali ini putriku akan luluh." gumam Ravin mendadak gugup.
Ravin yang sudah ada di depan kamar Ratu, mencoba membuka pintu perlahan saat akan masuk tiba-tiba Ravin mendengar suara Ratu yang sedang video call dengan seseorang, itu Nayyara!
[Kakak Nayya, Latu malah cama Papa coalnya Papa ndak jadi antal Latu cekolah, padahal Latu cudah cemangat tadi.] Ratu curhat pada Nayya, wajahnya terlihat sedih bahkan matanya pun berkaca-kaca.
Ratu video call dengan Nayya menggunakan ponsel Dea, wanita paruh baya itu sengaja pergi untuk membiarkan Ratu menceritakan isi hatinya pada Nayya.
[Jangan nangis sayang, Ratu kan anak kuat dan hebat.] Nayya ikut sesak mendengar ungkapan hati Ratu, ditambah wajah Ratu yang begitu sedih membuat Nayya semakin sakit hati.
[Apa Papa cudah ndak cayang Latu?]
DEG
Ravin yang mendengar itu langsung meneteskan airmatanya tanpa sadar, Ratu sudah berpikir seperti itu berarti Ravin sudah keterlaluan bukan?
Bahkan Nayya pun ikut meneteskan airmatanya, tapi Nayya langsung menghapus airmatanya karena takut Ratu malah semakin bersedih.
[Papa pasti sayang sama Ratu, coba Kakak tanya apa Papa tadi mau minta maaf sama Ratu?] Nayya mencoba mencairkan suasana.
[Tadi Papa bawa boneka buat Latu, tapi Latu ndak mau.]
[Bonekanya baguc tapi Latu ndak mau ketemu Papa, boleh ndak Latu bobo cama Kakak Nayya? Latu mau di peluk.] mata Ratu memelas penuh harap, wajah polosnya yang mengisyaratkan kesedihan membuat siapapun tidak tega.
[Kalo hari ini gak bisa kan sudah malam, nanti Kakak izin dulu sama Oma nya Ratu gimana?] Nayya tidak langsung mengiyakan karena takut Ravin akan marah dan malah menyalahkannya lagi.
[Eumm, nanti Latu bilang cama Oma pacti Oma bolehin coalnya Oma cayang cama Latu ndak kaya Papa.]
DEG
"Kamu bisa denger sendiri kan Ravindra! jangan sampai Ratu benar-benar benci sama kamu karena keegoisan kamu!"
"Mami?"
Bersambung........
.
.
rasain noh kenak senggak sama papi raka kn,, makanya jngn ego mulu yg diutamakan ravindra....