Sistem: Games Novel

Sial! Jangan sampai aku ketahuan, bisa gawat nanti kalau sampai kami kepergok berada di area Istana Selir Agung. Aku dan Permaisuri sama-sama bersembunyi di tempat yang sama, di balik sebuah bongkahan batu besar yang terletak di ujung halaman.

“Ada orang disini?” ucap Dayang yang membuka jendela, dia menoleh kesana kemari mencari suara yang tadi dia dengar.

“Tidak ada siapa-siapa Nyonya,” tambahnya.

“Tidak mungkin, jelas-jelas aku mendengar suara orang tadi,” sahut Selir Agung.

Seorang pelayan berlari keluar. Gawat, sepertinya dia ingin memanggil penjaga keamanan, Permaisuri menoleh kearahku, sepertinya isi pikiran kami sama, dia menoleh kesana kemari hingga pandangannya berakhir pada sebuah benteng setinggi 2,5 meter.

“Kau bisa memanjat dinding?” tanyanya, sontak aku pun langsung menggeleng, yang benar saja dinding setinggi ini mana mungkin bisa aku panjat.

“Kalau begitu naiklah ke pundakku, kita tidak boleh ketahuan ada disini.”

“Tapi–,”

“Cepatlah!” geramnya.

Kami dilanda kepanikan saat beberapa orang penjaga mulai berdatangan dan menyisir lokasi kami berada tadi. Dengan terpaksa aku naik ke pundaknya dan memanjat ke dinding, setelah itu aku menarik tangannya agar dia juga ikut naik.

Bruk...!

Tanpa sengaja aku jatuh terjengkang karena tak mampu menahan bobot tubuh Permaisuri dan berakhir mendarat di atas rumput dengan tubuh terlentang. Sedang dia sendiri bisa mendarat dengan selamat di atas rumput dengan lutut lebih dulu menyentuh rerumputan.

Astaga! Hal gila macam apa ini? Aku belum bisa mencerna semua yang terjadi, Permaisuri sosok wanita yang tampak anggun dan galak tadi siang, ternyata punya sisi lain seperti ini. Dia bangkit sambil mengibas-ngibaskan rumput kering yang menempel di roknya.

Dia menoleh kearahku, lantas berkata, “ehem, aku ingin kau tahu, aku bukannya sedang mengintip Selir Agung yang sedang mandi, aku sedang mencari kucingku yang lari ke tempat itu,” jelasnya tanpa di minta dengan wajah sedikit gugup.

Aku mengulum senyum, “baiklah,” sahutku pendek, sembari ikut bangkit sepertinya.

“Ngomong-ngomong kita berada dimana?” tanyaku bingung, tempat ini masih ada di area Harem namun namun tersekat tembok penghalang.

Permaisuri melihat kesana kemari, dia berjalan dan aku pun mengikuti langkahnya, dia tertegun saat melihat tak jauh dari kami ada beberapa penjaga tengah menjaga di depan pintu.

“Istana Raja,” ucapnya.

Oh jadi ini Istana Raja, mengapa gambarannya tak sama seperti saat aku menulisnya, ah sudahlah karena cerita ini sudah keluar alur, aku berharap apa.

Tapi tunggu! Ini benar-benar kebetulan atau takdir, ternyata Tuhan telah memberiku jalan untuk menyelesaikan misiku, waktu yang ku punya juga tinggal satu setengah jam lagi.

“Yang Mulia Permaisuri, mengapa anda mencari kucing anda sendirian bukannya anda punya banyak pelayan?”

“Kucingku hanya menurut padaku saja, jadi aku harus mencarinya sendiri,” dustanya, entah itu benar atau tidak.

“Oh begitu, Yang Mulia Permaisuri tidak ingin menemui yang Mulia Raja kita sudah berada di halaman Istananya, mengapa tidak sekalian saja kita mengunjunginya,” usulku, saat melihat Permaisuri ingin pergi kearah yang berlawanan dari Istana Raja.

“Kau pikir Raja bisa dikunjungi kapan saja? Lagi pula ini sudah malam, kemungkinan besar dia sudah tidur ditemani Selir lain,” ucapnya.

Emh, masa sih? Tapi dari misi ini menjelaskan jika Raja belum pernah tidur dengan Istri-istrinya sekalipun, mungkin dia takut mereka bakal mengetahui kalau Raja sebenarnya Impoten.