Aluna, gadis sebatang kara yang harus terlibat dengan pernikahan kontrak dengan seorang Ceo demi membayar denda atas insiden yang tidak sengaja terjadi.
Dan Haris laki-laki berusia 32 tahun yang juga terpaksa menawarkan pernikahan kontrak pada Alana demi maminya.
bagaimana kelanjutan kisah keduanya ??
ikutin terus perjalanan cinta mereka.
Plagiat ! hus hus ☠️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona_Written, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
06
Kini Haris sudah berada di perusahaannya, perusahaan yang sangat besar dengan gedung yang memiliki 32 lantai itu menjulang tinggi bak ingin mencakar langit.
"Selamat pagi, Tuan," ucap Sera, sang sekretaris, dengan wajah berseri penuh semangat. Dia membawa buku berisikan agenda harian Haris.
Haris menatap Sera dengan tatapan yang tidak bisa di artikan, dalam hati Haris berkata, ''Seorang sekretaris yang rajin dan pekerja keras, seperti Sera, sangat saya butuhkan untuk menjalani hari-hari yang padat ini.''
"Saya akan membacakan jadwal Anda hari ini, Tuan," lanjut Sera dengan suara lembut namun tegas.
Haris merasa kagum dengan kepiawaiannya mengatur segala urusan kantor ini, dan dia selalu berhasil mengatur jadwal dengan baik. Seringkali, Haris mempercayai Sera untuk mengatur pertemuan dan janji penting tanpa perlu campur tangan darinya.
'Seandainya saja,' batin aldan,
'semua karyawan di kantor ini seteliti dan setanggung jawab Sera, pasti segala urusan akan berjalan lancar.' Lanjutnya.
Sera merupakan sekertaris yang meman bisa Haris andalkan, dia tidak pernah neko-neko. Dia juga sangat giat dan fokus dengan kerjaannya, selama hampir 4 tahun ini dia menjadi sekertaris Haris hampir tidak ada kesalahan sama sekali dari wanita cantik itu, ya Sera memang sangat cantik, bahkan banyak dari rekan-rekan bisnis Haris yang sering melirik dan mengajaknya untuk menjalin hubungan, namun Sera tidak pernah mau, karna dia juga tidak ingin menjalin asmara terlebih dahulu untuk saat ini, dia hanya ingin fokus bekerja.
"Sudah, apa ada yang mau di tanyakan tuan?"tanya Sera setelah membacakan agenda Haris hari ini.
"Tidak!"ucap Haris.
"Baik, kalo begitu saya permisi tuan."ucap Sera sambil menunduk dengan senyuman yang selalu terukir di bibir ranumnya itu.
Haris tidak bergeming, dia hanya fokus kepada laptop di hadapannya, dan Sera tidak ambil pusing memang setiap hari Haris selalu seperti itu.
**
Setelah sarapan Aluna kembali naik ke lantai atas untuk membersihkan dirinya, dengan langkah tertatih-tatih dia menaiki satu per satu anak tangga.
"Aduh, rasanya begitu sakit. Padahal luka di kakiku tidak terlihat parah," gumam Aluna ketika ia sampai di kamarnya. Ia baru menyadari betapa sakitnya kaki yang luka dan bengkak itu.
Sebelum memutuskan untuk mandi, Aluna terlebih dahulu mengoleskan minyak khusus untuk mengobati lukanya. "Semoga minyak ini bisa meredakan peradangan dan membantu menyembuhkan luka dengan cepat," batin Aluna.
Dia merasa khawatir jika luka tersebut malah semakin parah dan menghambat aktivitasnya sehari-hari. "Bagaimana kalau nanti luka ini makin membengkak? Bisakah aku tetap berjalan dengan baik?" pikirnya cemas. Seluruh tubuh Aluna terasa berat, dan dia berharap agar luka di kakinya segera sembuh.
Dia harus tetap memaksakan untuk menjalankan aktivitas sehari-harinya dia tidak ingin manja, karna lukanya juga tidak terlalu parah pikirnya.
Dengan langkah berat Aluna mengambil laptopnya, dia tidak jadi mandi dan dia memilih untuk mengerjakan novelnya, karna hari ini dia tidak masuk kuliah dia akan menyelesaikan novelnya yang sebentar lagi akan terbit itu.
"Semoga buku ini sukses menjadi bestseller, agar aku bisa mengganti kerugian mobil orang itu yang menyebalkan." gumam Aluna sambil membuka novel yang sedang ia tulis.
tangannya mulai bergerak lincah, mencatat segala imajinasi yang ada dalam pikirannya.
"Aku tak pernah menyangka akan terlibat dalam masalah seperti ini. Tapi, bukan saatnya untuk menyesali apa yang telah terjadi. Fokus saja pada apa yang aku bisa capai. Biarlah masa lalu, hanya menjadi pembelajaran yang memperkuat tekadku ke depan." Tangannya terus memencet keyboard laptopnya dengan lihai mencatat cerita dalam novelnya kembali, Aluna lupakan kesedihan untuk sementara, terbenam dalam dunia imajinasinya yang melahirkan lika-liku kisah.
Aluna mengisi hari-harinya yang sepi dan sunyi dengan menulis sebuah buku di beberapa platform novel online. Yang berhasil membawanya sampai sejauh ini, yang berhasil membuatnya mendapatkan penghasilan untuk biaya hidup dan kuliahnya, karna Aluna sudah berkali-kali melamar ke beberapa toko dan restoran menawarkan diri untuk kerja part time di sana, namun Aluna selalu di tolak, dan akhirnya dia memilih untuk mengembangkan hobinya, awalnya karna dia ingin menyalurkan hobinya saja, namun siapa sangka jika hobinya itu juga dapat menghasilkan uang yang lebih untuknya, dan telah membawanya sampai sejauh ini.
Tidak terasa waktu terus berputar, dan kini sudah siang, Aluna tidak sadar jika dia sudah berjam-jam berkutat dengan laptop kesayangannya itu.
Ponsel di sampingnya berdering, menandakan ada yang menelponnya.
"Della."ucap Aluna mengerenyitkan dahinya saat melihat siapa yang menghubunginya.
"Iya del."ucap Aluna saat dia berhasil menggeser simbol telpon berwarna hijau itu.
"Lun, lo dimana si gue udah berkali-kali memencet bel rumah lo, tapi gak di buka-buka juga ni pintu, emang lo lagi gak di rumah ya."ucap Della.
"Oh sorry, gue gak denger, soalnya gue di atas, yaudah gue bukain dulu ya."ucap Aluna, dia mematikan sambungan telponnya dan turun dari ranjangnya dan menuju ke lantai satu masih dengan langkah tertatih-tatih, namun tidak terlalu sakit seperti sebelum di olesi minyak khusus tadi.
Ceklek!!!!
Pintu rumah Aluna terbuka, dan benar saja di sana ada Della, Tari dan juga Arga yang sedang berdiri.
"Lama amat si, gue udah jamuran nih."oceh Della.
"Sorry tadi gue di atas gak denger."ucap Aluna tidak enak hati kepada para sahabatnya itu.
"Yaudah yuk masuk."ucap Aluna mempersilahkan sahabatnya masuk ke dalam rumahnya.
Della dan Tari nyelonong masuk ke dalam, mereka sudah terbiasa main dan menginap di rumah Aluna, jadi sudah tidak asing lagi bagi mereka.
"Gimana kabar kamu Lun?" Tanya Arga, dia berjalan beriringan dengan Aluna.
"Ya begini, tapi gapapa kok."ucap Aluna.
"Gapapa gimana si Lun, itu kaki kamu bengkak begitu, apa sudah di periksa?" Tanya Arga khawatir.
"Engga si, tapi udah di obatin kok, besok juga pasti sembuh."ucap Aluna, dia duduk di sofa yang ada di sana. sedangkan Della dan Tari setelah meletakan tas, mereka langsung berjalan ke dapur untuk membuat minum untuk mereka dan juga Arga termasuk Aluna, mereka tidak ingin Aluna yang menyiapkan itu karna mereka tau Aluna sedang kesusahan untuk berjalan juga.
"Kita kerumah sakit aja Lun, aku takut kaki kamu kenapa-kenapa." Ucap Arga khawatir.
"Udah, aku gak kenapa-kenapa ko Ga."ucap Aluna.
"Udah Arga, lo percuma ngebujuk perempuan kepala batu kaya dia. "Ucap Della, dia tau betul bagaimana sikap Aluna, dia terlalu tangguh sebagai seorang perempuan, dia tidak pernah fokus kepada rasa sakit yang dia rasakan.
"Tapi kan."ucap Arga yang masih khawatir dengan keadaan Aluna.
"Udah gapapa, kalo kata dia, dia baik-baik saja, ya berarti dia baik-baik saja."ucap Tari sambil meletakan nampan berisikan minuman di meja yang ada di hadapan mereka.
"Makasih ya guys, harusnya gue yang nyiapin minum, tapi ini malah lo pada."ucap Aluna.
"Udah lo santai aja, lagian kita tau ko buat jalan aja lo kesakitan kan."ucap Della.
"Hehehehe."Aluna tersenyum membariskan gigi rapihnya.
"Eh ngomong-ngomong, lo kok bisa kecelakaan gini, emang kenapa? Lo ngebut ya?"tanya Tari.
"Sebenarnya gue gak ngebut, lagi bawa biasa aja. Tapi ada mobil yang ngerem mendadak di depan gue, akhirnya gue malah yang jatuh buat ngehindarin mobil itu."ucap Aluna menjelaskan kronologi dia kenapa bisa terjatuh.
"Terus, apa orang itu tanggung jawab?" Tanya Arga.
"Tidak."jawab Aluna.
"Kok tidak, harusnya dia tanggung jawab."ucap Della.
"Udah lah, yang ada gue yang salah di mata dia."ucap Aluna.
"Kok bisa?"tanya Tari.
"Ya gak tau. Gue liat si dia bukan orang sembarangan, pasti dia orang kaya soalnya mobil yang gue tabrak juga mobil mahal."ucap Aluna dengan wajah sendunya, dia mengingat nominal ganti rugi yang di pinta oleh Haris.
"Lo yang sabar ya."ucap Della memberikan semangat kepada sahabatnya itu.
Aluna mengangguk.
"Harusnya kamu tetap minta pertanggung jawaban yona, karna dia yang salah."ucap Arga
"Udah lah ga, orang seperti gue mana punya kuasa."ucap Aluna pasrah.
Sahabat-sahabatnya hanya bisa diam tanpa berbicara lagi.