Pernikahan Yang Di Takdirkan

Pagi pun tiba, sinar matahari menembus kaca jendela di rumah pondok itu melewati Zavey dan Jenna yang masih tertidur pulas, Jenna dan Zavey tidur dengan posisi Jenna memeluk Zavey, lengan Zavey pun tiba tiba menjadi bantal kepala Jenna.

Jenna mulai membuka matanya lantaran cahaya matahari yang mengganggu, keningnya berkerut begitu merasa ada yang aneh, ia mencoba untuk membuka matanya lebar lebar hingga ia menyadari jika tengah memeluk Zavey.

Sontak ia menutup mulutnya, hampir saja ia berteriak dan membangunkan seisi rumah lantaran terkejut melihat ia dengan beraninya memeluk Zavey, beruntung ia yang lebih dulu bangun jika tidak mungkin ia akan merasa lebih malu lagi.

“Nona sudah bangun?”

Jenna terkejut sontak menoleh ke arah suara, terlihat Bu Hana dan Pak Atma sedang berdiri di depan pintu menatap mereka berdua, Jenna hanya tersenyum seraya mengangguk lalu segera beranjak meninggalkan Zavey yang masih pulas.

“Kalian dari mana Pak? Bu?”

Tanya Jenna mengikuti keduanya menuju dapur.

“Ah kami dari kebun, kami memetik sayur sayuran untuk kalian bawa pulang, dan untuk mama papa Zavey.”

Jenna mengangguk mendengar jawaban Bu Hana.

“Sepertinya kalian sangat dekat dengan Zavey.”

Lagi Jenna bertanya lantaran memang sudah penasaran sejak kemarin tapi takut Zavey marah jika ia banyak bertanya.

“Ah iya, Zavey sudah seperti anak kami, sejak kecil kami sudah mengenalnya, bahkan terkadang jika mama dan papa nya ke luar negri, Zavey lebih memilih ke sini dari pada ikut mama papa nya.”

Jelas Bu Hana, lagi Jenna hanya mengangguk kecil, pantas saja Zavey bahkan bisa bercanda dengan mereka, berbeda dengan nya, sudah sedari kecil mereka kenal tapi Zavey masih saja dingin, jangan kan bercanda, bahkan Zavey tidak pernah tersenyum padanya.

“Saya bersih bersih dulu.”

Ucap Jenna lalu segera masuk ke kamar mandi, beberapa saat kemudian ia keluar namun tak menemukan Bu Hana dan Pak Atma, Jenna kemudian berjalan ke ruang tengah.

“Dia masih tidur? Nyenyak sekali.”

Ucap Jenna setelah melihat Zavey yang masih terlelap seperti baru saja tertidur, apa mungkin pria itu begadang? Jenna kemudian mendekati Zavey menatap wajah tampan pria yang sudah ia sukai sejak kecil, ia tersenyum melihat wajah Zavey saat tertidur.

“Andai saja bisa ku sentuh wajahnya ini.”

Jenna membatin, rasanya ingin sekali menyentuh wajah tampan pria itu tapi itu hal yang tidak mungkin karena bisa saja Zavey terbangun dan yap berubah menjadi singa.

Jenna memilih untuk keluar dari rumah itu, tidak dapat dipungkiri udara disana benar benar menyegarkan, memang tempat yang pas untuk menenangkan diri, sepertinya ini akan menjadi tempat favorite nya, meskipun hanya selama menjadi istri Zavey.

“Hah, kenapa aku memikirkan hal itu lagi? Suasana hati ku seketika memburuk.”

Gumam nya menghela nafas panjang.

“Jenna.”

Jenna menoleh kebelakang, terlihat Zavey berdiri di pintu dengan muka bantalnya, Jenna kemudian mendekat, namun pria itu justru berbalik dan masuk tanpa mengatakan apapun, siapa yang tidak kesal dengan sikap pria itu? Apa berbicara bisa membuat nya kehilangan suara?

“Nona Jenna, ayo kita sarapan dulu.”

Ucap Bu Hana yang sudah menyiapkan makanan diatas meja, Jenna pun mengangguk meskipun masih bingung kapan Bu Hana menyiapkan semuanya? Mereka kemudian duduk bersama sama.

“Sepertinya kau kurang tidur.

Ucap Pak Atma menatap Zavey, Zavey tak menjawab dan hanya fokus melahap makanan nya.

“Apa kau sudah tidak bisa tidur di lantai lagi?”

Tanya Pak Atma membuat semua orang tertawa begitu pun dengan Jenna, terakhir kali Zavey menyombongkan dirinya yang bahkan bisa tidur diatas lantai, tapi nyatanya tidur diatas selimut saja dia tidak nyaman.

“Bukan begitu.”

Ucap Zavey menyangkal namun ia tak melanjutkan ucapan nya.

Sedangkan di kediamannya Livy, selain merasa gelisah karena memikirkan Zavey dan Jenna yang tak kunjung berkabar, ia juga sedang panik lantaran seseorang yang mengetahui rahasia yang ia sembunyikan selama ini.

“Sial!! Siapa dia? Bagaimana bisa dia tahu segalanya?”

Livy membatin seraya menggigit kukunya, seharusnya ia tak mengabaikan pesan ia terima kemarin dan langsung menemui orang itu, hampir saja suaminya tahu rahasianya lantaran orang itu mengirimkan bukti ke ponsel suaminya, beruntung ia yang lebih dulu membuka pesan itu jadi ia bisa langsung menghapusnya.

“Sekali lagi temui saya di alamat yang saya kirim kemarin.”

Isi pesan yang baru saja ia terima.

“Aku harus menemuinya, jika tidak semuanya bisa berantakan!”

Gumamnya, tak ingin membuang waktu, Livy bergegas ke alamat yang di maksud oleh orang itu, cukup lama ia menunggu di sana hingga akhirnya seseorang menepuk bahu nya dari belakang membuatnya menoleh.

“Sudah lama tidak bertemu, Nyonya Livy elvern.”

Deg!

“Antonio?!! Bagaimana bisa kamu ada di sini?”

Tanya Livy tak percaya dengan sosok yang kini berdiri di hadapan nya, Pria itu hanya tersenyum lalu mencoba untuk memeluk Livy, namun dengan cepat Livy mendorong tubuh pria itu.

“Gila kamu?!! Aku istri orang!!”

Ucap Livy menahan amarahnya tak ingin menjadi pusat perhatian di tempat umum, pria yang bernama Antonio itu pun melirik ke sekeliling, lalu segera duduk di hadapan Livy.

“Kau yang mengirim foto itu ke suamiku?”

“Suami? Sekarang kau sudah mengakuinya sebagai suamimu?”

Ucap Antonio terkekeh, padahal jelas dulu Livy menangis lantaran tak ingin di jodohkan oleh orang tuanya dengan pria lain, tapi sekarang ia sudah menerima pria itu sebagai suaminya, Livy hanya diam tak menjawab lalu memalingkan wajahnya.

“Baiklah, aku tidak akan berbasa basi, aku butuh uang.”

Ucap Antonio akhirnya mengutarakan keinginan nya bertemu dengan Livy, Livy tentu saja sudah mengira hal itu begitu melihat wajah pria itu lagi.

“Baik, tapi jangan pernah muncul lagi dan jangan ganggu kehidupanku.”

Ucap Livy, pria itu setuju tujuannya memang hanya untuk mendapatkan uang setelah itu ia akan pergi jauh.

“2 M, aku butuh secepatnya.”

Ucap pria itu tentu saja membuat Livy terkejut mendengar nominal yang pria itu sebutkan.

“Kau gila? Bagaimana bisa aku memberimu sebanyak itu?!!!”

Ucap Livy tak terima.

“Rahasia mu sangat besar, jadi biayanya juga harus besar.”

Ucap pria itu mengedipkan matanya, Livy hanya bisa menahan amarahnya, kenapa juga pria itu harus muncul di saat banyak masalah seperti ini?

“Baiklah, beri aku waktu 2 hari.”

Ucap Livy tak punya pilihan lain selain menuruti kemauan pria itu, yang penting pria itu tak lagi muncul dan mengganggu kehidupan nya, setelah membuat kesepakatan, Livy pun memilih untuk pergi dari sana, sedang pria itu hanya tersenyum menatap kepergian Livy.

Sedangkan Jenna dan Zavey saat ini sedang berpamitan dengan Bu Hana dan Pak Atma, mereka kemudian masuk ke dalam mobil seraya melambaikan tangan pada kedua pasutri itu, Jenna merasa sedih karena harus pulang secepat ini.

“Bagaimana menurutmu? Kamu suka di sini?”

Tanya Zavey, Jenna mengangguk senang, terlebih dengan Bu Hana dan Pak Atma, meskipun baru bertemu, Jenna sangat suka dengan mereka karena sikap baik mereka padanya.

“Ah ponselku.”

Ucap Jenna begitu melihat ponselnya, Jenna kemudian memeriksa ponselnya, seketika matanya membulat melihat pangggilan tak terjawab dan pesan pesan dari mama nya.

“Ada apa?”

Tanya Zavey yang menyadari kekhawatiran Jenna.

“Mama…”

Zavey hanya menghela nafas, ia tahu maksud dari perkataan Jenna, pasti mamanya sedang marah.

“Bagaimana ini? Apa aku abaikan saja?”

Jenna membatin, percuma juga membalas karena mamanya pasti tidak percaya dengan ucapannya.

“Sebelum pulang, kita mampir kerumah mama papaku dulu, ada kiriman dari Bu Hana dan Pak Atma.”

Jelas Zavey namun sepertinya Jenna tak mendengar ucapan Zavey, dan Zavey juga tak menyadari hal itu.