Bagaikan senjata makan Tuan, niat hati ingin balas dendam pada orang yang membullynya saat SMA, Lolita justru masuk ke dalam jebakannya sendiri.
Lolita akhirnya harus menikah dengan kekasih
dari musuh bebuyutannya itu, yang tak lain adalah Dosen killer di kampusnya sendiri.
Tapi hal yang tak diduga Lolita, ternyata Dosen yang terkenal killer di kampus itu justru menunjukkan sisi berbeda setelah menikah dengan Lolita, yaitu otak mesum yang tak tertolong lagi.
"Tapi kamu puas kan?" ~ Wira ~
"Apanya yang puas? Punya Bapak kaya jamur enoki!! Kecil, panjang dan lembek!!" ~ Lolita ~
Bagaimana hari-hari Lolita yang harus menghadapi otak mesum suaminya?
Bagaimana juga nasib pernikahan mereka di saat benih-benih cinta mulai tumbuh namun, namun rahasia Lolita justru terbongkar jika dia yang menjebak suaminya sendiri?
Akankah balas dendam Lolita berhasil atau justru menjadi boomerang untuk dirinya sendiri dan menjadikan hubungannya dengan Wira hancur berantakan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketularan mesum
"Ayo masuk!"
Lolita melangkahkan kakinya dengan sengaja dihentakkan karena masih kesal dengan Wira yang ingkar janji.
Tapi di tengah kekesalannya, Lolita sempat terpana melihat luasnya kamar Wira. Namun menurut Lolita, kamar itu terlalu menujukkan sisi maskulin dari laki-laki. Semua yang ada di dalam kamar itu didominasi warna gelap. Ranjang abu-abu, sofa hitam, meja dan furnitur lainnya juga banyak yang berwarna senada.
Di kamar itu juga terdapat ruangan lain yang terpisah yang dijadikan ruang ganti. Wira benar-benar orang kaya ternyata. Tapi kalau keluarga Wira sekaya itu, kenapa Wira hanya menjadi seorang Dosen saja. Lolita sampai terheran-heran.
Tapi itu tak berlangsung lama, Lolita masih ingat kalau dia sedang kesal dengan Wira.
"Udah dong ngambeknya! Jangan cemberut gitu!" Bujuk Wira sembari melepas kancing kemejanya.
"Biarin!" Lolita begitu ketus menjawab Wira dengan membelakanginya.
Sreettt...
Lolita terkejut bukan main saat Wira tiba-tiba menarik lengan tangannya hingga membuat tubuhnya berputar dan greppp...
Wira berhasil menangkap pinggang Lolita. Tapi bukan itu poinnya, sekarang pinggang ramping Lolita sudah dibelit oleh kedua tangan Wira. Dia berakhir di pelukan Wira.
"Biarin, iya?" Tanya Wira dengan jarak begitu dekat hingga membuat Lolita gugup.
Ini kali kedua Wira memeluknya seperti itu. Dengan jarak sedekat itu, Lolita bisa mencium harum parfum yang dikenakan Wira dengan lebih dalam. Lolita juga bisa merasakan otot dada dan juga perut Wira yang begitu keras. Tidak salah jika Lolita menyebut badan Wira itu keras seperti beton.
"A-bang, a-apa yang Abang lakukan. Lepas!" Lolita mencoba mendorong Wira untuk menjauh, tapi itu benar-benar percuma.
"Enggak! Sebelum kamu berhenti manyun kaya gitu, atau abang cium!" Wira langsung memajukan wajahnya dengan cepat hingga Lolita refleks menutup matanya.
Namun sepersekian detik berlalu, Lolita tak kunjung merasakan bibir Wira menyentuh bibirnya. Perlahan dia mulai membuka matanya, ternyata Wira hanya menatapnya dengan jarak begitu dekat.
"Nungguin ya?" Senyum miring penuh dengan ejekan tercetak jelas dibibir Wira.
Tak...
Wira menyentil kening Lolita dengan pelan, kemudian melepaskan pinggang Lolita.
"Kamu mesum juga ternyata!" Cibirnya.
"Siapa juga yang mesum. Saya refleks tutup mata karena takut!" Kilah Lolita.
"Takut apa?"
"Takut di serang Dosen mesum kaya Abang!"
Wira ingin meraih pinggang Lolita lagi namun Lolita lebih dulu menghindar.
"Berani kamu menghindar dari Abang? Ingat ya Ta, kamu masih punya hutang tugas sama Abang tentang Wiro sableng. Kamu juga habis ini harus bimbingan, jangan macam-macam kalau enggak, Abang jadwalkan kamu bimbingan bulan depan!"
"Yah, nggak bisa gitu dong Bang! Kapan selesainya kalau gitu?! Lagian dari awal Abang yang salah. Dari rumah Abang nggak bilang dulu kalau mau ajak Tata ke sini. Terus tadi di rumah juga udah janji kalau bakalan di sini sebentar aja, tapi Abang bohong lagi! Terus sekarang Abang malah kasih ancaman kaya gitu! Jadi di sini, yang salah Tata apa Abang?!!"
Lolita meluapkan kekesalannya sampai nafasnya terdengar memburu.
"Iya iya Abang salah karena nggak minta persetujuan kamu dulu masalah menginap di sini. Tapi misalnya Abang bilang dulu, apa kamu mau ikut Abang menginap di sini?"
"Y-yaaa...." Lolita tak jadi menjawab karena dia sendiri memang tidak mau menginap di sana, minimal untuk saat ini. Dia belum siap, dia juga tidak tau harus bagaimana saat berhadapan dengan keluarga Wira.
"Ya udah, makanya Abang nggak bilang dulu sama kamu biar kamu mau. Kan kalau di depan Ibu, kamu nggak bisa nolak, ya kan?"
"Licik!" Cibir Lolita.
"Iya Abang tau. Tapi licik itu perlu untuk menghadapi Istri kaya kamu!"
"Tap..."
"Udah Abang mau ganti baju dulu, setelah ini Abang lihat skripsi kamu sebentar sebelum kita makan siang!"
Lolita hanya bisa pasrah karena dia memang harus segera menyelesaikan semuanya. Untung saja dia tadi membawa semuanya.
Menunggu Wira ganti baju, Lolita melihat-lihat seluruh isi kamar Wira. Tidak ada foto satupun yang ada di kamar itu. Hanya ada lukisan yang ukurannya cukup besar di atas kepala ranjang. Sementara lainnya hanya hiasan dinding saja.
"Mana Abang lihat skripsi kamu sudah sampai mana?"
Lolita langsung terdiam, dia tiba-tiba saja terpana melihat penampilan Wira dengan baju rumahan seperti saat ini. Wira mengenakan atasan lengan pendek cukup ketat hingga memperlihatkan ototnya serta celana pendek di atas lutut yang memperlihatkan kaki panjang dan berbulu itu.
Otak Lolita langsung berselancar ke mana-mana. Ingatannya kembali pada malam yang membuat dirinya menikah dengan Wira. Dimana tubuh tinggi kekar itu menggag*hi dirinya.
Terbayang lagi keringat yang mengucur di pelipis Wira saat itu hingga menetes membasahi dada polos Lolita membuat bulu kuduk Lokita merinding saat ini.
"Ta!" Panggil Wira.
"Tata!" Ulangnya lagi karena Lolita masih melamun.
"Eh, i-iya Bang?"
"Ayo, kok malah melamun?!"
"Iya Bang sabar, ini juga lagi mau ambil!" Lolita cepat-cepat mengambil tasnya.
"Astaga, kenapa aku jadi ketularan mesum kaya dia?" Hati Lolita mulai berisik.
"Sini!" Wira menepuk sofa di sampingnya. Di depannya juga sudah ada laptop miliknya sendiri.
Lolita menurut, duduk di samping Wira dan memberikan bahan skripsinya.
"Kamu mau melakukan penelitian mulai kapan?"
"Minggu depan"
"Kelamaan!" Wira langsung menyergahnya dengan cepat hingga membuat Lolita terkejut.
"Terus kapan dong Bang?"
"Kok malah tanya Abang, ya secepatnya yang kamu Bisa. Buat apa nunggu minggu depan nanti nggak selesai-selesai skripsi kamu!"
"Ya udah iya, nggak harus marah-marah juga kali Bang!"
"Sekarang Abang Dosen kamu, bukan suami kamu!"
"Oh pantas, makanya killer banget!" Gumam Lolita yang mulai kesal.
"Apa kamu bilang?" Lirik Wira dengan tajam.
"E-enggak ada Bang! Hehe.."
"Sini Abang jelaskan lagi!"
"Iya!"
"Deketan!!" Perintah Wira dengan galak membuat Lolita semakin merapatkan diri pada Wira.
Wira mulai menjelaskan dengan Lolita yang begitu serius mendengarkan. Dia sesekali memandang Wira yang begitu serius menjelaskan kepadanya.
Hingga lama-lama pandangan Lolita benar-benar terpaku pada Wira. Dari posisi Lolita saat ini yang berada di samping, Wira terlihat begitu tampan. Garis rahangnya yang tegas, hidung mancung, dan alis yang tebal, sungguh perpaduan yang sempurna. Entah sadar atau tidak, Lolita tiba-tiba memuji ketampanan Wira.
"Ngerti nggak?" Tanya Wira.
Namun dia tidak mendapatkan jawaban dari Lolita. Wira melirik ke samping, dimana Istrinya itu justru sedang terpaku menatap ke arahnya.
Wira memalingkan wajahnya untuk menatap Lolita. Dia pun melakukan hal yang sama dengan apa yang Lolita lakukan. Memandang wajah Lolita dengan begitu dekat.
Wira tampak heran dengan apa yang Lolita lakukan, Istrinya itu tidak berkedip sama sekali. Hanya terus memadangnya seperti sedang terpaku.
Mata Wira menelisik seluruh wajah cantik Lolita, kemudian turun hingga ke bibir ranum berwarna merah muda milik Lolita.
Gleg...
Jakunnya yang menonjol itu bergerak turun dengan cepat hanya karena menatap bibir Lolita dengan begitu dekat.
Entah dorongan dari mana, Wira mulai mendekatkan wajahnya, dia mengincar bibir manis yang pernah ia rasakan itu.
Benar-bener semakin dekat tanpa ada penolakan sama sekali dari Lolita hingga ujung bibirnya menyentuh bibir Lolita. Matanya mulai terpejam, merasakan sensasi yang pernah ia rasakan sebelumnya karena bibir mereka hampir menempel sepenuhnya.
Tok..tok...
"Abang, ayo Istrinya di ajak makan siang dulu!"
lebih baik jujur sekarang dari pada nanti Wira tahu dr org lain loh ta..
kasihan kamu diperas terus SM hacker itu..
apalagi sekarang Wira dah bucin ma kamu, dia pasti bersyukur dg kejadian itu KLO tidak dia pasti masih SM gina margina itu sekarang. apalagi dia Wira tahu KLO mamanya nggak suka SM gina margina 😆