Dewa tertinggi yang telah berdiri kokoh didunia atas, Akhirnya berakhir mengenaskan setelah menerima pengkhianatan dari 7 Kaisar Dewa lainnya! Namun hal yang tak pernah terduga terjadi, Dia kembali ke masa lampau ketika dia masih berada dikeluarga kecil didunia bawah! Dia kembali bangkit, Memulai jalannya kembali dari titik awal sembari membalas banyak penghinaan yang belum pernah terbalas di kehidupan sebelumnya. Inilah dia perjalanan 'The Supreme Kultivator' yang agung dalam langkah meraih kembali kejayaannya! Yan Hao-Tian, Akan kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khoirul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 29: Kompetisi Kekaisaran, Pertemuan Yan Hao & Chang Xi
Waktu berlalu bagaikan anak panah. Setelah insiden pemenggalan gunung oleh Yan Hao, kabar mengenai kekuatan pedang misterius itu menyebar seperti kebakaran hutan, meskipun detail persis tentang pelakunya tetap menjadi desas-desus liar dan spekulasi di kalangan sekte besar. Sebaliknya, fokus publik kini beralih ke acara yang dinanti-nantikan: Kompetisi Kekaisaran yang diadakan di Ibu Kota Dinasti Jiang.
Ibu Kota, yang merupakan pusat kekuasaan dan kemakmuran, menjadi semakin ramai. Jalanan utama dipenuhi oleh ribuan bahkan puluhan ribu orang dari berbagai penjuru negeri. Para kultivator dari sekte dan klan terkemuka, bangsawan kaya, dan rakyat biasa—semua berbondong-bondong datang untuk menyaksikan pertempuran para jenius terhebat. Suasana dipenuhi dengan gema sorakan, teriakan pedagang, dan aura yang bergetar dari para ahli kultivasi yang hadir.
Di tengah keramaian itu, sebuah arena kolosal telah disiapkan. Dikelilingi oleh tribun penonton yang menjulang tinggi, yang bahkan tingginya mampu menyaingi beberapa pagoda tertinggi di kota, arena ini adalah panggung bagi Chang Xi dan Chang Zhen, serta ratusan jenius lainnya yang telah berhasil lolos dari seleksi ketat di provinsi masing-masing.
Akhirnya setelah menghabiskan sekian banyak waktu dalam perjalanan, Kini Chang Xi dan Chang Zhen tiba di Ibu Kota beberapa hari sebelum kompetisi, ditemani oleh Chen Long dan beberapa tetua dari Immortal Convenience Sect. Setibanya di sana, bahkan Chang Zhen yang cenderung berapi-api dan kekanak-kanakan pun tak bisa menahan diri untuk tidak terkesima oleh kemegahan kota itu.
"Ini... sungguh menakjubkan! Mereka pasti memiliki vena spiritual yang jauh lebih baik daripada kita. Aku akan memastikan aku mendapatkan tempat terhormat di sini!" bisik Chang Zhen, matanya menyapu gedung-gedung yang terbuat dari batu giok putih dan istana-istana yang atapnya dihiasi dengan ukiran naga emas.
Chang Xi, sang adik, mengangguk dengan tenang. Tatapannya terlihat lebih fokus pada auranya sendiri. Sejak percakapan terakhirnya dengan Chen Long, bayangan Yan Hao sering muncul. Ia telah berlatih keras, didorong oleh keinginan untuk 'berdiri sejajar' dengan suaminya, namun pernyataan Chen Long mengenai Yan Hao yang 'jauh lebih kuat' darinya terus menghantuinya.
"Kita harus tetap fokus, Kakak Zhen. Kompetisi ini adalah yang paling penting," ujar Chang Xi, menarik napas dalam-dalam, nadanya lembut namun tegas.
Chen Long tersenyum, melihat kontras antara keduanya. "Nona Chang Xi benar. Meskipun tempat ini adalah pesta visual, kita harus menghemat energi dan menyesuaikan diri dengan aura spiritual di sini. Dan, seperti yang saya katakan, sangat mungkin Anda akan bertemu Master Yan Hao di sini. Ibu Kota adalah tempatnya."
Mendengar nama itu, Chang Xi dan Chang Zhen sedikit tersentak. Chang Zhen tiba-tiba meremas tinjunya. "Hmph! Aku harap dia tidak merusak kompetisiku dengan muncul dan melakukan hal-hal gila!" Reaksi yang khas, yaitu sedikit rasa cemburu yang disembunyikan di balik sikap arogannya.
Hari Kompetisi Kekaisaran pun tiba. Matahari bersinar terik di atas arena, memantulkan cahaya dari bendera-bendera Dinasti Jiang yang berkibar.
Chang Xi, mengenakan jubah sekte yang baru, berdiri di antara barisan kontestan di ruang tunggu. Jantungnya berdebar kencang, bukan hanya karena kegugupan kompetisi, tetapi juga antisipasi yang tak terhindarkan.
"Hei, Chang Xi! Kau yakin bisa melakukannya? Jangan sampai kau membuat Sekte kita malu di babak pertama," goda Chang Zhen, mencoba terlihat percaya diri, meskipun suaranya sedikit bergetar karena kegugupan.
Chang Xi menoleh, senyum tipis terukir di bibirnya. "Tenang saja, Kakak. Fokus pada diri sendiri. Jika kita berhasil, itu akan menjunjung tinggi kehormatan keluarga, bukan?"
Tiba-tiba, seorang pengawal istana masuk. "Para peserta dari Provinsi Huangnan, giliran Anda untuk menuju gerbang masuk. Cepat!"
Mereka pun beranjak, mengikuti koridor panjang yang dipenuhi gema sorakan yang semakin keras saat mereka mendekati arena. Saat melangkah keluar, Chang Xi merasakan gelombang energi spiritual yang kuat menghantamnya—gabungan aura dari ribuan kultivator dan penonton.
Pembukaan kompetisi berjalan megah. Kaisar Dinasti Jiang sendiri memberikan pidato singkat, diikuti oleh parade jenius dari berbagai provinsi. Chang Xi melihat para jenius lain—beberapa terlihat dingin dan arogan, sementara yang lain memancarkan aura kekuatan yang tak terlukiskan. Kompetisi kekaisaran memang panggung bagi yang terhebat.
Sambil menunggu giliran bertarung dalam babak awal, Chang Xi memutuskan untuk menenangkan diri. Ia meminta izin pada Chen Long dan berjalan ke area taman belakang khusus untuk kontestan. Taman itu, yang didesain untuk kedamaian, menawarkan sedikit ketenangan dari kegilaan di arena.
Dia berjalan di bawah naungan pohon willow yang rindang, memejamkan mata, dan berusaha memusatkan Qi-nya.
"Lama tidak berjumpa, Chang Xi."
Suara itu... familiar, namun kini terdengar lebih tenang dan matang, tanpa sedikit pun nada kekalahan atau keraguan yang pernah ia kenal.
Chang Xi tersentak, mata hijaunya terbuka lebar. Dia berbalik perlahan.
Di sana, bersandar santai di batang pohon, adalah sosok yang telah memenuhi benaknya selama berminggu-minggu. Yan Hao.
Dia mengenakan jubah kultivator hitam pekat yang sederhana, tanpa lambang sekte yang mencolok, namun jubah itu tak mampu menyembunyikan aura yang mengalir darinya. Aura yang berbeda dari Chen Long, atau bahkan Grandmaster sekte. Aura kekuatan tak tertandingi yang tersembunyi dengan sempurna, namun terasa oleh seorang kultivator yang sensitif.
Namun yang paling menarik perhatian Chang Xi adalah mata Yan Hao. Mereka tenang, sedalam lautan, dan tampak seperti telah menyaksikan sesuatu yang melampaui pemahaman manusia biasa. Tidak ada lagi keputusasaan, tidak ada lagi rasa rendah diri—hanya ketenangan seorang penguasa sejati.
"Yan... Yan Hao?" Suara Chang Xi terdengar lebih pelan dari yang ia duga.
Yan Hao tersenyum kecil, senyum yang mencapai matanya. "Ya, aku. Aku sudah melihatmu dari kejauhan, tapi kurasa lebih baik menyapa saat kau sendirian." Dia melangkah maju, tangannya di belakang punggung, tetapi berhenti pada jarak yang sopan.
Chang Xi merasa jantungnya berdebar kencang. Ini bukan hanya karena dia berhadapan dengan suaminya yang dulu ia campakkan, tetapi karena dia berdiri di hadapan seorang kultivator yang kekuatannya, berdasarkan semua cerita Chen Long, kini telah melampaui pemahamannya.
"Kau... kau juga ikut kompetisi?" tanya Chang Xi, berusaha menyembunyikan kekagumannya.
Yan Hao mengangguk, matanya menunjukkan sedikit geli. "Tentu saja. Aku mewakili Provinsi Lunnan. Aku di sini untuk mengurus beberapa hal, dan ya... berpartisipasi."
"Terima kasih," jawabnya kaku. Dia kemudian memberanikan diri. "Apakah... apakah semua cerita yang dikatakan Chen Long itu benar? Tentang peningkatanmu, tentang pedang kaisar itu?"
Yan Hao tidak terkejut. "Chen Long memang tukang gosip yang hebat," katanya sambil tertawa ringan. "Aku hanya menemukan jalanku sendiri. Pedang itu... ya, Sword of Destroyer Hell and Heaven itu ada. Dan itu jauh lebih berbahaya daripada yang kubayangkan."
Mendengar konfirmasi langsung, Chang Xi terdiam sejenak. Dia memproses betapa besar kesenjangan yang ada di antara mereka—seorang Martial Master yang bersaing di turnamen, namun di saat yang sama adalah Kaisar Dewa Kuno yang memegang senjata penghancur dunia.
"Aku... aku senang," Chang Xi akhirnya berbisik, nadanya kini lembut dan tulus. "Aku senang kau tidak lagi... terperosok. Kau telah menemukan jalan yang terhormat."
Yan Hao menatapnya, ada sedikit kesedihan yang samar di matanya, sebelum kembali menjadi tenang. "Dan kau telah menemukan keberanian dan ketekunanmu, Chang Xi. Kalian berdua pantas berada di sini."
Tiba-tiba, Yan Hao melangkah mendekat, hanya satu langkah. Energi tak terlihat menyelimuti Chang Xi.
"Dengarkan aku," bisik Yan Hao, suaranya sangat rendah. "Kompetisi ini akan menarik banyak perhatian. Bukan hanya perhatian para bangsawan, tetapi juga perhatian dari pihak-pihak yang sangat menginginkan Sword of Destroyer Hell and Heaven."
Chang Xi menahan napas.
"Jaga dirimu. Dan jika kau merasa ada bahaya yang tidak dapat kau tangani, sebut namaku. Aku tidak menjanjikan apapun, tetapi aku tidak ingin melihat siapapun dari Immortal Convenience Sect terluka."
Yan Hao mundur, kembali bersandar di pohon. Posturnya kembali santai, seolah-olah percakapan serius itu tidak pernah terjadi.
"Sekarang, pergilah. Giliranmu mungkin akan segera tiba. Tunjukkan pada mereka mengapa kau pantas menjadi salah satu jenius Dinasti Jiang."
Chang Xi menatapnya sejenak, mengukir kembali sosok ini di benaknya. Kekuatan baru, ketenangan baru, dan janji perlindungan yang mengejutkan. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia menundukkan kepalanya, memberikan penghormatan singkat, dan berbalik.
Saat dia berjalan menjauh, meninggalkan keheningan dan sosok Yan Hao, dia menyadari sesuatu.
Perasaan yang ia rasakan bukan lagi cemburu atau sakit hati dari masa lalu.
Itu adalah kebanggaan.
Kebanggaan akan jalan yang telah ia tempuh, dan kebanggaan karena orang yang pernah menjadi suaminya kini telah menjadi kekuatan yang begitu hebat, yang bahkan mampu mengubah tatanan dunia kultivasi.
'Yan Hao...'
Dia menarik napas dalam-dalam, mengambil keputusan. Dia tidak akan lagi mencoba 'berdiri sejajar' dengannya. Dia akan fokus untuk menjadi yang terbaik dari dirinya sendiri, dan jika takdir mengizinkan, suatu hari nanti, dia akan bisa berdiri di dekatnya, tidak sebagai bayangan masa lalu, tetapi sebagai seorang kultivator yang pantas mendapatkan rasa hormat.
Langkah kakinya kini mantap, menuju arena yang bergemuruh. Kompetisi baru saja dimulai.