NovelToon NovelToon
Putri Palsu Sang Antagonis

Putri Palsu Sang Antagonis

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita / Putri asli/palsu
Popularitas:72.2k
Nilai: 5
Nama Author: Yulianti Azis

Zoe Aldenia, seorang siswi berprestasi dan populer dengan sikap dingin dan acuh tak acuh, tiba-tiba terjebak ke dalam sebuah novel romantis yang sedang populer. Dalam novel ini, Zoe menemukan dirinya menjadi peran antagonis dengan nama yang sama, yaitu Zoe Aldenia, seorang putri palsu yang tidak tahu diri dan sering mencelakai protagonis wanita yang lemah lembut, sang putri asli.

Dalam cerita asli, Zoe adalah seorang gadis yang dibesarkan dalam kemewahan oleh keluarga kaya, tetapi ternyata bukan anak kandung mereka. Zoe asli sering melakukan tindakan jahat dan kejam terhadap putri asli, membuat hidupnya menjadi menderita.

Karena tak ingin berakhir tragis, Zoe memilih mengubah alur ceritanya dan mencari orang tua kandungnya.

Yuk simak kisahnya!
Yang gak suka silahkan skip! Dosa ditanggung masing-masing, yang kasih rate buruk 👊👊

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penembak Jitu

Setelah pembicaraan tentang dalan dari kebakaran itu. Om Zero tiba-tiba mengingat sesuatu.

Om Zero menatap ke depan, suaranya perlahan namun mantap. “Sebenarnya ada hal penting yang Om ingin sampaikan.”

Keenan langsung menyela dengan nada tajam. “Gak usah bilang sama dia, Pa.”

Ryder mendengus pelan, suaranya dingin. “Gak usah sok main rahasia. Kalau itu menyangkut Zoe, gue harus tahu, Zoe adalah tunanganku.”

Keenan melirik sinis, tidak mampu menjawab ucapan Ryder.

Om Zero menarik napas panjang. “Om ingin melakukan tes DNA dengan Zoe,” ujarnya yakin.

Ryder mengerutkan dahi. Wajahnya berubah drastis. “Apa maksudnya ini?”

Tanpa menjawab langsung, Ia menatap Ryder serius sebelum akhirnya merogoh ponselnya dari saku jas.

Om Zero menunjukkan layar ponselnya pada Ryder. Sebuah foto lama muncul di layar seorang wanita muda mengenakan baju bunga-bunga zaman dulu, dengan seorang bayi mungil dalam pelukannya.

Mata Ryder membelalak, napasnya tercekat.

“Ini?”

Om Zero mengangguk pelan. “Itu mendiang ibu Om, waktu beliau masih muda.”

Ryder masih menatap layar ponsel itu, ekspresinya sulit dibaca. “Dia sangat mirip Zoe,” gumamnya.

Ryder lalu menatap Om Zero, baru ia sadari jika Zoe memiliki kemiripan wajah dengan Om Zero meski hanya sedikit dari garis wajah dan mata mereka. Lalu pelan, ia berkata dengan berat, “Jadi Om pikir, Zoe adalah putri Om? Tapi bukannya putri Om sudah—”

“Ya. Tapi, seharusnya putri kami sudah meninggal waktu masih bayi.” Om Zero menjawab lirih namun tegas.

Hening sejenak. Angin berhembus lagi.

Keenan akhirnya bersuara, suaranya terdengar lebih tenang namun tetap tegas.

“Tapi bukannya gak mungkin, Pa. Zoe dan Alicia aja pernah tertukar waktu bayi.”

Keenan menatap sang ayah. “Bisa aja, waktu itu adik kandungku juga ditukar. Semua bisa terjadi bukan?” katanya yakin.

Ryder menghela napas berat. Wajahnya belum bisa menyembunyikan keterkejutan.

“Tapi kenapa baru sekarang Om mulai curiga?”

Om Zero menatap jauh ke arah pepohonan.

“Karena baru sekarang semua mulai masuk akal. Tatapan mata Zoe, cara dia bicara, firasat kuat dan setelah lihat wajahnya lebih dekat. Entah kenapa hati Om yakin. Tapi Om butuh bukti.”

Keenan memejamkan mata sebentar.

“Kalau memang Zoe adik kandungku, berarti semua ini jauh lebih rumit dari yang kita kira.”

Ryder menatap tajam ke arah Keeman, rahangnya mengeras. “Dan kalau benar berarti gue selama ini ...” Ia tak melanjutkan ucapannya.

Jadi, selama ini Ryder sudah salam paham dengan Keenan. Keenan bukan tertarik pada Zoe seperti pria ke wanita. Tapi, tertarik karena Zoe adalah adiknya.

Ryder tiba-tiba punya firasat yang tidak enak. Bisa jadi, Keenan tidak akan merestui mereka. Mengingat bagaimana sikap Ryder ke Keenan.

Om Zero kembali menatap mereka berdua.

“Kita gak akan tahu pasti sebelum tes DNA dilakukan.”

***

Tante Nayla duduk di kursi sebelah ranjang, membelai rambut Zoe dengan penuh kasih.

Nayla tersenyum hangat. “Tante senang kamu udah mulai bisa duduk dengan nyaman, Zoe.”

Zoe tersenyum tipis. “Aku juga, Tante. Walau masih agak perih sih di bagian lengan.”

Tok!

Tok!

Pintu kamar diketuk pelan. Tak lama, pintu terbuka dan masuklah Om Zero, Ryder, Keenan, dan seorang dokter berpakaian rapi, mendorong troli kecil berisi perlengkapan medis.

Dokter tersenyum sopan. “Permisi. Saya datang untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap Nona Zoe.”

Zoe mengernyitkan alis. “Pemeriksaan menyeluruh?” Matanya beralih pada mereka satu per satu. “Saya gak apa-apa, Dokter. Cuma luka bakar ringan, kok. Gak perlu sampai begini.”

Ryder langsung bicara cepat, nadanya lembut tapi terdengar sedikit gugup. “Zoe, gak apa-apa. Anggap aja buat jaga-jaga.”

Om Zero menimpali. “Iya, biar lebih tenang. Sekalian pastikan kamu bener-bener pulih total.”

Keenan ikut mengangguk, menambahkan kalimat seadanya. “Gak ada salahnya, kan?”

Zoe menatap mereka dengan tatapan bingung, lalu mengalihkan pandangan pada Tante Nayla. “Tante, menurut Tante gimana?”

Nayla awalnya tampak hendak membela Zoe.

“Tante rasa Zoe benar, Nak. Kamu kelihatan sehat dan gak perlu—”

Tapi sebelum selesai berbicara, Om Zero melirik Nayla tajam, memberikan kode mata yang jelas. Nayla terdiam sejenak.

Lalu, dengan senyum kaku, Nayla meralat ucapannya. “Maksud Tante, ya … ya, gak ada salahnya juga sih. Buat kepastian aja.”

Ia tersenyum canggung.

Zoe sempat menatap curiga, tapi akhirnya menghela napas. “Ya udah, kalau semua udah kompak gitu. Silakan, Dok.”

Dokter tersenyum lega. “Terima kasih, Nona Zoe. Kami akan mulai dengan pengambilan sampel darah dan beberapa tes ringan lainnya.”

Zoe hanya mengangguk pelan, masih tampak tak sepenuhnya paham mengapa semua orang begitu tegang hanya untuk pemeriksaan biasa, pikir Zoe curiga.

***

Zoe duduk bersandar di tempat tidurnya, membaca buku dengan tenang. Rambutnya diikat longgar, dan wajahnya terlihat damai.

Nayla, yang baru saja datang membawa segelas susu hangat, mendekat dan tersenyum lembut.

"Zoe, ini sudah malam, Nak. Besok saja lanjut bacanya, ya? Istirahat yang cukup itu penting."

Zoe menutup bukunya perlahan, tersenyum lembut. "Iya, Tante. Cuma tinggal satu bab lagi kok ... tapi baiklah, aku—"

Tiba-tiba, senyum Zoe menghilang. Matanya membelalak. Instingnya menegang seketika. Ia mendengar suara kecil dari luar jendela seperti gesekan logam yang tak wajar.

"Tante, tunduk!" teriak Zoe.

Tanpa sempat berpikir panjang, Zoe melompat dari ranjang dan memeluk tubuh Tante Nayla, mendorong wanita paruh baya itu ke lantai bersama dirinya. Mereka jatuh berdebam keras di lantai rumah sakit.

Braakkk!

Dor!

Kaca jendela pecah dengan suara menggelegar, disusul suara tembakan yang menghantam dinding dekat tempat tidur Zoe. Debu dan serpihan kaca beterbangan ke seluruh ruangan.

Brak!

Di saat yang sama, pintu kamar terbuka keras. Ryder, Om Zero, dan Keenan langsung menerobos masuk dengan wajah tegang.

"Zoe?! Tante Nayla?! Ada apa?!" seru Ryder dengan mata dingin.

Om Zero, dengan refleks cepat, menarik Zoe dan Nayla menjauh dari jendela.

Keenan ikut memeriksa kondisi Zoe dan Nayla.

Zoe masih memeluk Tante Nayla erat, napasnya memburu.

Ryder langsung melangkah cepat ke jendela yang pecah, mengintip keluar. Matanya menyipit tajam ke arah gedung tinggi seberang rumah sakit.

"Gedung lantai enam. Ada bayangan kabur, sial!" Ia mengerang, menggertakkan gigi. "Penembak jitu. Targetnya Zoe!"

"Gimana bisa mereka tahu lokasi Zoe secepat ini?!" tanya Keenan.

Om Zero, dengan rahang mengeras, langsung menekan alat komunikasi di telinganya.

"Cari penembak di gedung tinggi seberang blok selatan! Jangan biarkan dia lolos! Izinkan penggunaan kekuatan penuh!"

Zoe, yang kini duduk bersandar di pelukan Tante Nayla, tampak masih gemetar. Tapi ia berusaha kuat.

"Aku baik-baik saja. Hanya kaget, untung aku dengar suara aneh itu."

Nayla, dengan suara serak karena syok, membelai pipi Zoe. "Kamu menyelamatkan Tante. Kalau kamu nggak dorong Tante barusan ...." Ia menahan air mata.

Ryder, berbalik dan berjalan cepat menghampiri mereka. Ia jongkok di samping Zoe, wajahnya dingin tapi matanya menyiratkan kekhawatiran dalam.

"Ini sudah gila. Mereka berani menyerang di rumah sakit. Ini bukan ancaman biasa."

Zoe, menatap Ryder. "Jadi, mereka benar-benar ingin aku mati?"

1
👑Lenny💣
Halah ratu drama si alicia, paling dia sendiri yg mukulin diri sendri
Tiara Bella
Alicia mukulin diri sendiri biar Zoe yg disalahkan....dasar kampret
Ty Kurniawan
sumpah thor aku lagi ngebayangin kadal kalau lagi malu' itu gimana🤔
mami Riza
kayaknya nnt crta nya bakalan kebalik deh,bukan zoe yg mati secara tragis tapi s alicia..
Ririn Santi
itu otak si arvan n arya ngelinding ke dengkul kali ya. idiot bgt jd orang
nacho hong
😍😘😍😘😍😘😍😘😍😘
Dahlia Kartono
Thor up nya yg bnyk donk
Rossy Annabelle
mantap nih thor awal² dapat tendangan🤭
Kusii Yaati
ngapelin Zoe lah apalagi 😂😂😂....
ayo Thor lebih semangat lagi up-nya 💪 pokoknya aq padamu Thor 🤭
Kusii Yaati
dia yang di cabut kukunya aq yang ngerasain ngilunya Thor 😬
Maria K
ryder ama kennan saling gk akur🤣🤣🤣
Reni
apel bang apel masa gitu aja nanya 😅😂🤣
Maria K
kesel banget sah itu alicia
Maria K
sial.. apa si alicia itu juga mafia?
Maria K
gimna dgn keputusan DNA nya apa belum diketahui..
vj'z tri
aku tiap paragraf coba komen tapi gak bisa loh ,bisa nya di akhir doank nangis aku loh 😭😭😭😭😭😅😅😅
✍️⃞⃟𝑹𝑨 Yulianti Azis: Biasanya karena error kak si ntunnyab
total 1 replies
vj'z tri
bucin nya Rey bukan stadium 4 tapi dah ke tolong lagi gak ada obat nya 🤣🤣🤣🤣
nacho hong
okkk
❤️⃟Wᵃf ༄SN⍟𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌🦈
mau minta sarpan dia pura2 g ada yg maasakin aslinya pgn berduan sm zoe dan jemout zoee sklh aisss modus lho ryder
she
next
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!