Wang Wu Xie hidup damai bersama keluarganya di perbatasan dunia fana dan dunia kultivasi. Namun jauh di dalam hatinya, tumbuh kerinduan akan dunia yang lebih luas dan keinginan untuk menapaki jalan keabadian.
Suatu malam, ia bermimpi tentang sosok misterius yang melawan tiga tetua sekte besar demi mempertahankan Pusaka Penentang Langit dan Kitab Reinkarnasi. Mimpi itu terasa terlalu nyata untuk sekadar bunga tidur.
Siapa sebenarnya sosok dalam mimpi itu? Apa hubungannya dengan darah Wang Wu Xie sendiri?
Pertanyaan-pertanyaan itu akan menyeretnya menuju takdir yang tidak pernah ia bayangkan.
Penuh ketegangan dan intrik, jadi ikuti misteri yang ada dalam cerita ini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hamtaro Dasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7 - Penyelamatan
Udara masih terasa berat di pintu Gua Batu Roh milik Sekte Iblis Hitam. Asap tipis dari reruntuhan melayang, membawa aroma besi dan debu.
Para murid Istana Teratai Putih telah menyebar untuk memeriksa gua ini, sementara sebagian yang lain membantu warga desa Bai Shui yang terluka.
Di tengah hiruk pikuk itu, salah seorang dari murid perempuan berambut hitam tergerai rapi mendekati Yun Mei. Langkah kakinya sedikit melambat ketika tatapannya berhenti pada wajah wanita itu, seperti mencoba memastikan sesuatu dari ingatan lamanya yang terpendam.
"Anda... Apakah Bibi Yun?" suara gadis itu nyaris berbisik.
Yun Mei yang saat itu berdiri di samping Wang Wu Xie nampak tertegun. Dia menatap gadis di depannya sebelum menjawab pelan, "Kau.... Mengenalku?"
"Bibi Yun, aku Bai Yue!" suara gadis itu mengandung campuran kegembiraan dan haru. Dia berkata, "Dulu aku tinggal di dekat kediaman keluarga Wang di Kota Yunqing. Di hari pernikahan Bibi, aku terjatuh dan lututku terluka. Bibi merobek kain pengantin Bibi sendiri dan membalut lukaku. Apakah Bibi ingat itu..?"
"Ah..." Yun Mei terdiam.
"Saat itu aku menangis dan Bibi berusaha menenangkanku. Berkata bahwa kain dari pengantin wanita membawa berkah dan lukaku akan cepat sembuh. Waktu itu aku menganggapnya sebagai penghiburan... Tapi anehnya, sejak hari itu hidupku benar-benar lebih mudah. Aku bahkan bertemu Shizun yang baik dan menjadi murid Istana Teratai Putih,"
Bai Yue menatap Yun Mei lama, matanya bergetar. "Bibi... Aku sama sekali tidak menyangka akan bertemu denganmu lagi di tempat seperti ini."
Yun Mei menunduk, menahan gelombang perasaan yang ingin pecah di dadanya. “Bibi juga... tidak pernah membayangkan hal seperti ini terjadi.”
“Paman Wang... Apakah...?” Bai Yue tidak sanggup melanjutkan kalimatnya. Melihat wanita di depannya semakin tertunduk, dirinya seolah tidak perlu mendengar jawaban wanita di hadapannya.
Bibir Bai Yue bergetar. “Maafkan aku... Andai saja aku tahu lebih awal, maka-”
“Tidak.” Yun Mei menyela, meski suaranya bergetar. Penyesalan yang begitu dalam di nada suara Bai Yue membuat hatinya ikut terenyuh. Ia meraih tangan gadis itu, menggenggamnya erat sambil menggeleng. “Kau sama sekali tidak bersalah. Semua ini... bukan salahmu.”
Bai Yue memandang subjek di depannya cukup lama sebelum tatapannya mengarah pada anak laki-laki yang berdiri di samping Yun Mei. Dia bertanya, "Bibi Yun... Anak ini...?"
"Dia Putraku, Wu Xie." Yun Mei mengusap kepala putranya dan dengan lembut berkata, "Xie'Er. Dia adalah Kakak Yue, kau harus hormat padanya."
Wang Wu Xie mendongak, menatap gadis yang berusia 24 Tahun itu. Dia hanya mengangguk pelan sebagai jawaban, tanpa mengatakan satu kata pun.
Bai Yue bernapas pelan. Dia mengulurkan tangan dan mengusap kepala anak laki-laki di depannya. Dia tersenyum dan dengan suara lembut berkata, "Kau jangan khawatir... Xie'Er. Mulai sekarang... Kakak akan menjagamu,"
Wang Wu Xie tetap terdiam, bahkan raut wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Bagi Bai Yue dan Yun Mei, itu mungkin hanya sikap pemalu. Namun dalam hatinya, kata-kata yang ia dengar sudah tidak berarti banyak.
Sejujurnya, Wang Wu Xie sudah terlalu lelah. Dia lelah menaruh harapan pada orang-orang dewasa. Dirinya lelah karena sudah terlalu sering mendengar janji yang mereka buat.
Kakek dan ayahnya pernah berkata akan melindunginya, tetapi mereka justru pergi meninggalkannya untuk selamanya. Lalu ibunya juga berjanji akan terus menjaganya dan melindunginya apa pun yang terjadi, tapi yang bisa ibunya lakukan hanyalah menangis dan meminta maaf, memeluknya sambil gemetar ketakutan.
Bahkan orang-orang Desa Bai Shui pun tidak mampu melindungi diri mereka sendiri. Jadi bagaimana ia bisa percaya?
Sangat jelas bahwa jika tetap berpikir untuk menaruh harapan pada orang dewasa... Rasanya hanya akan menambah lukanya.
*
*
Setelah mendapat pengobatan dari para kultivator Istana Teratai Putih, warga Desa Bai Shui dan Wang Wu Xie dibawa ke halaman utama Sekte Iblis Hitam. Udara di sana masih berat, bahkan terasa dingin yang menusuk, bercampur bau besi dan darah yang mengering di antara puing-puing.
Di tengah halaman, berdiri Tetua Bai Lan Yao bersama beberapa muridnya. Awalnya, kehadiran manusia fana di tempat ini sempat membuat mereka terperanjat, namun setelah mendengar penjelasan Tetua Bai Han, wajah-wajah itu segera mengeras.
“Mereka sudah berani pergi ke Dunia Fana dan bahkan menculik manusia untuk dijadikan budak tambang?!” suara Tetua Bai Lan Yao menggema, disusul tatapan tajam yang menyapu sekeliling. “Sungguh tidak bermoral. Benar-benar perbuatan biadab!”
Bai Yue maju selangkah, suaranya tegas saat berkata. "Tetua, ini memang sudah keterlaluan. Jika saja kita tidak segera datang, entah apa yang akan terjadi pada mereka. Tindakan Sekte Iblis Hitam... Tidak boleh dibiarkan begitu saja."
“Kau benar.” Tetua Bai Lan Yao mengangguk, lalu mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Dia memberi perintah.
“Mulai sekarang, sebarkan berita ini! Sekte Iblis Hitam sudah melanggar aturan dengan membuat kekacauan di Dunia Fana. Di mana pun mereka berada... Mereka harus diberikan hukuman yang layak!”
“Hidup Istana Teratai Putih!”
“Hidup Istana Teratai Putih!”
Sorak-sorai meledak. Setiap anggota Istana Teratai Putih terlihat mengangkat tinggi pedang mereka. Bahkan warga Desa Bai Shui yang baru saja diobati pun ikut berseru, mata mereka berbinar seolah sedang menyambut para pahlawan.
Di tengah riuh itu, Bai Yue menoleh pada Yun Mei. Ia tersenyum menenangkan. “Bibi Yun, jangan khawatir. Setelah ini, aku akan mengantar Bibi ke Kota Yunqing. Keluarga Wang pasti akan menerima Bibi dan Wu Xie.”
Yun Mei sempat terdiam, lalu mengangguk pelan sambil tersenyum.
“Terima kasih…”
Tangan Yun Mei mengusap kepala Wang Wu Xie, namun anak itu tidak menoleh. Pandangannya tertuju pada sekeliling, melihat lantai halaman yang retak seperti terkena ledakan, dinding hitam yang terbakar, dan bangunan besar Sekte Iblis Hitam yang kini tinggal setengah berdiri.
Dari kejauhan, terdengar suara genting jatuh dan kayu terbakar, bercampur bau logam dan darah yang menusuk hidung. Pemandangan ini mengingatkan Wang Wu Xie pada situasi di desanya saat Sekte Iblis Hitam menyerang.
"............."
Wang Wu Xie menatap para kultivator Istana Teratai Putih satu per satu. Dalam hatinya, ia sebenarnya cukup kagum pada keberanian mereka. Tetapi semakin lama dirinya melihat... Semakin ia menyadari bahwa kemenangan ini dibayar dengan harga yang sama kejamnya.
Banyak murid Sekte Iblis Hitam tergeletak tidak bernyawa. Beberapa tubuh kultivator itu remuk, sebagian terbelah, dan ada darah yang mengalir membentuk genangan tipis di celah lantai. Pemandangan tersebut membuat pikirannya bergetar.
"Kultivator Istana Teratai Putih... Mereka bisa menyelamatkan, tapi juga bisa menghancurkan tanpa ragu. Lalu, apa yang membedakannya dari lawan yang mereka hadapi?"
Tangan Wang Wu Xie perlahan terkepal, sebuah rasa dingin menjalar di punggungnya. Bagi warga desanya, mungkin para kultivator dari Istana Teratai Putih adalah pahlawan karena telah menyelamatkan mereka. Namun baginya sendiri, pemandangan darah yang menggenang dan tubuh berserakan yang ia lihat justru menancapkan duri keraguan di hatinya.
Wang Wu Xie memang bersyukur sudah bebas dari nasib menjadi budak tambang, tetapi rasa syukur itu perlahan berubah menjadi getir yang lalu bercampur ketakutan.
Dia takut bahwa suatu hari, tangan yang kini menolongnya bisa saja menjadi pedang yang mengarah padanya tanpa ragu.
Sama seperti... Sosok kultivator yang selalu ia lihat dalam mimpinya. Kultivator yang harus menghadapi Sekte Aliran Hitam seorang diri, dan di saat yang sama juga menjadi target dari Sekte Aliran Putih.
******
Perjalanan MC di mulai dari nol,,, sehingga terlihat seperti real,, bukan sekedar fiksi
Dan tinggalkan jejak 👣👣👣👣
Semangat 💪💪💓💓
Jangan berhenti,,,, raihlah apa yang jadi mimpi mu.....
Ingatlah,,,, sukses berawal dari mimpi....
Meskipun tak menyukai Wu Xie,,,, nyatanya masih perduli,,, meskipun mungkin hanya untuk menjaga martabat keluarga Wang di mata umum,,,,
hehehehe 😁😁😁😁
Kenapa begitu panik...?!
Klo kematiannya begitu miris,, maka aku harap itu bukan Xiao Shuxiang, thor...
Cari tokoh lain aja,,, aku ngga rela Xiao Shuxiang di cabik-cabik...
Ini jejak-jejak 👣👣👣👣 kehadiranku