NovelToon NovelToon
Tangisan Di Malam Pertama

Tangisan Di Malam Pertama

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang / Beda Usia
Popularitas:8k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

Naia Seora 25 tahun, pengantin baru yang percaya pada cinta, terbangun dari mimpi buruk ke dalam kenyataan yang jauh lebih mengerikan yaitu malam pertamanya bersama suami, Aryasatya, berakhir dengan pengkhianatan.


Naia dijual kepada pria bernama Atharva Aldric Dirgantara seharga dua miliar. Terseret ke dunia baru penuh keangkuhan, ancaman, dan kekerasan psikologis, Naia harus menghadapi kenyataan bahwa kebebasan, harga diri, dan masa depannya dipertaruhkan.


Dengan hati hancur namun tekad menyala, ia bersumpah tidak akan menyerah meski hidupnya berubah menjadi neraka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 2

Arya sama sekali tidak peduli dengan nasib malang yang dialami oleh sang istri wanita yang baru dalam hitungan jam dinikahinya.

Baginya, selama tubuh Naia bisa menghasilkan uang, diperlakukan sekejam apapun tak jadi masalah. Cinta, kehormatan atau perasaan semua itu baginya tak lebih dari angka dan keuntungan.

Dengan langkah santai namun penuh aura pengkhianatan yang terpatri di raut wajahnya, Arya menoleh pada pria kaya yang duduk di hadapannya.

“Tuan Atharva,” ucapnya santai, seakan tak menanggung dosa apapun, “silahkan menikmati malam indah ini bersama istriku. Dua minggu lagi aku akan datang menjemputnya. Tapi kalau Tuan puas dengan pelayanannya, kita bisa bernegosiasi lagi dan tentu saja dengan kesepakatan dan harga baru. Saya yakin Tuan takkan kecewa, sebab istriku ini masih sangat polos, bahkan belum tersentuh.”

Kata-kata itu menusuk hati Naia lebih dalam dari belati mana pun. Baginya, itu bukan sekadar penghinaan tapi pembunuhan atas harga dirinya.

Naia terperangah, darahnya mendidih, air matanya jatuh tanpa bisa dibendung.

“Arya! Kau tega melakukan ini padaku? Aku ini istrimu! Seharusnya kau menjagaku, bukan menjualku seperti barang murahan!” suaranya bergetar, parau oleh isak tangisannya dan kemarahan yang bercampur dalam hati dan pikirannya.

Claudia masih menodongkan glock dingin ke pelipisnya, tapi dengan sisa tenaga dan keberanian, Naia memberanikan diri berontak.

Naia berjalan cepat ke arah suaminya yang hanya tersenyum tipis. Tangannya terangkat, menampar Arya dengan cukup keras, lalu memukul dadanya Arya berulang kali meski tubuhnya lemah tapi tak menyurutkan kemarahannya.

“Kau lelaki keji! Aku lebih baik mati daripada diperlakukan begini!” teriaknya di antara suaranya yang serak karena menahan isak tangisnya.

Arya hanya terkekeh sinis, wajahnya sama sekali tak menunjukkan penyesalan.

“Naia… kau masih terlalu naif. Dunia ini tidak butuh air matamu. Kau milikku berarti aku bisa melakukan apa saja yang aku inginkan, termasuk menjualmu.” Ucap Arya dingin tanpa sedikitpun rasa kasihan yang terbersit dalam hatinya.

Tubuh Naia merosot ke lantai, bahunya bergetar, air matanya jatuh tanpa bisa ia tahan. Namun di sela tangisnya, ia menatap Arya dengan sorot mata penuh luka bercampur perlawanan.

“Ya Allah…” bisiknya serak, “kenapa di malam pertamaku sebagai istri, aku justru dijual oleh suamiku sendiri? Harusnya aku tersenyum karena menikah penuh cinta, tapi yang kurasakan hanyalah duka.” batinnya.

Arya menatapnya dengan tatapan merendahkan. “Kau terlalu polos, terlalu gampangan. Mudah sekali percaya kata-kata manis. Makanya jangan salahkan siapapun kalau nasib kau berakhir begini.”

Naia menggertakkan giginya, meski tubuhnya masih gemetar. “Kalau aku terlalu polos, itu karena aku percaya padamu, Aryasatya Wijaya! Suamiku, orang yang kupikir akan menjagaku. Tapi ternyata yang kukejar hanyalah ilusi dan kebohongan. Kau tidak lebih dari pedagang murah yang bahkan tega menjual kehormatan istrinya sendiri.”

Senyum sinis tersungging di bibir Arya. “Hormat? Kau pikir harga dirimu begitu tinggi? Jangan bermimpi, Naia. Kau hanyalah barang. Dan barang tidak berhak memilih kepada siapa dia diberikan.”

Naia menyeka air matanya dengan tangan gemetar, tapi sorot matanya mulai terlihat tegas.

“Kalau aku barang, maka kau lebih rendah dari pedagang pasar gelap. Karena pedagang masih tahu cara menghargai dagangannya. Sedangkan kau bahkan tak tahu arti harga diri seorang istri.” ucap lantang Naia sembari menunjuk ke arah Arya.

Kata-kata itu menusuk, membuat wajah Arya mengeras. Tapi Naia melanjutkan dengan suara lirih yang terdengar getir tapi tetap berusaha untuk terlihat tegar.

“Mulai malam ini, aku mungkin tak bisa menolak takdirmu. Tapi satu hal yang pasti, aku tidak akan selamanya jadi korbanmu, Arya. Percayalah, waktumu akan tiba.” tegas Naia.

Begitu pintu kamar presidential suite itu tertutup dan langkah Arya menghilang, ruangan mendadak terasa hampa. Sunyi, tapi menyisakan ribuan retakan di hati Naia.

Tangannya gemetar, tubuhnya lemah, namun di tengah keputusasaan itu, seolah ada dorongan terakhir yang muncul.

Dengan sigap, ia meraih Glock hitam yang masih berada dalam genggaman Claudia. Gerakan itu cepat dan tak terduga. Senjata berhasil berpindah ke tangannya.

Claudia terperangah, Tuan Atharva pun sempat terkejut dengan keberanian mendadak itu.

Naia menodongkan Glock itu, bukan ke orang lain, melainkan ke kepalanya sendiri.

Air mata jatuh deras membasahi pipinya. Nafasnya tersengal, dada naik turun tak beraturan.

“Lebih baik aku mati daripada hidup ternoda begini,” ucapnya lirih namun tegas, suaranya bergetar tapi penuh ketegasan.

Tangannya gemetar hebat, jari telunjuknya sudah menyentuh pelatuk. Wajahnya pucat, matanya kosong antara pasrah dan ketakutan.

“Ya Allah… jika ini jalanku untuk menjaga kehormatanku, ambil saja nyawaku malam ini,” bisiknya lagi, matanya terpejam erat.

Claudia spontan berteriak panik, “Jangan bodoh, Naia! Turunkan senjatanya!”

Tuan Atharva berdiri kaku, antara kagum pada keberanian sang gadis polos itu sekaligus merasa tertantang.

Ia melangkah mendekat, nada suaranya dingin namun terdengar berat.

“Beraninya kau memilih mati daripada

tunduk padaku? Kau berbeda dari yang lain, Naia.” ujarnya.

Naia melebarkan kelopak matanya, kemudian menatap Atharva dengan sorot penuh luka.

“Aku bukan barang. Aku bukan budak. Aku ini manusia, Tuan. Dan aku lebih memilih mati dengan terhormat, daripada hidup tanpa harga diri!”

Suasana kamar seketika terasa sangat jelas ada ketegangan di dalam sana, waktu seolah berhenti. Senjata itu masih menempel di pelipisnya, sementara setiap detik terasa bagai pertaruhan antara hidup dan mati.

Naia masih menempelkan Glock itu ke pelipisnya, air matanya menetes tanpa henti.

Namun, sebelum ia sempat menarik pelatuk, gerakan cepat menyambar pergelangan tangannya. Dalam sekejap, senjata itu sudah berpindah ke tangan Tuan Atharva.

Gerakannya presisi, dingin, nyaris tanpa suara, buah dari latihan bertahun-tahun dan beberapa macam ilmu bela diri yang dikuasainya membuatnya tangguh dan tak terkalahkan.

Naia terbelalak, kaget sekaligus gemetar ketika pergelangan tangannya digenggam kuat, nyeri hingga membuatnya tak berdaya.

“Argh!” Pekik Naia yang terkejut hingga terlihat shock.

“Keberanianmu… luar biasa,” suara Atharva berat dan dalam, matanya menatap lurus ke dalam mata Naia. Ada ketertarikan yang tak bisa disembunyikan.

“Tapi kau lupa, Naia. Senjata hanya berguna di tangan orang yang cukup kuat untuk menahannya.”

Dengan gerakan halus tapi tegas, ia meraih dasi sutra yang tergeletak di atas meja. Hanya dalam hitungan detik, kedua tangan Naia sudah terikat rapi di belakang tubuhnya. Ia bergerak terlalu cepat, terlalu terampil, membuat Naia tak sempat untuk melawan.

Napas Naia memburu, tubuhnya bergetar hebat. “Lepaskan aku! Kau tak berhak menyentuhku!”

Atharva mencondongkan tubuhnya, suaranya berbisik dingin di telinga Naia.

“Berhak? Setelah suamimu sendiri menjualmu, aku punya semua hak malam ini, Naia. Tapi ingat aku sangat jelas berbeda. Aku tidak membeli tubuhmu. Aku membeli keberanianmu dan Kamu adalah wanita beruntung karena kamu adalah yang pertama dalam hidupku setelah istriku pergi.”

Wajahnya menegang, sorot matanya bagai pisau yang bisa menusuk jiwa. Ia menoleh ke arah Lampard, bodyguard setianya, dan Claudia yang masih berdiri kaku di pintu.

“Keluar dari sini! Sekarang juga!”

Nada suaranya datar, tapi otoritas dan ketegasannya tak terbantahkan. Claudia sempat ingin protes, namun tatapan tajam Atharva membuatnya tak berkutik.

Lampard pun menunduk hormat sebelum menarik Claudia untuk keluar dari sana.

Pintu kembali tertutup rapat. Hening sesaat. Kini hanya ada Atharva dan Naia di dalam kamar presidential suite yang megah itu.

Atharva meletakkan Glock di meja, lalu menatap Naia dengan sorot mata yang sulit ditebak yaitu antara kagum, marah, dan terobsesi.

“Sekarang, kau milikku. Tapi jangan salah paham, Naia. Aku tidak akan memperlakukanmu seperti barang murahan, karena kau jauh lebih berharga dari itu.”

Naia menunduk, tubuhnya gemetar, namun dalam hatinya ia tahu malam ini adalah baru permulaan dari neraka yang jauh lebih gelap dari yang sanggup dibayangkan.

Atharva menatap Naia dengan sorot mata yang membakar, antara obsesi dan kekuasaan. Nafasnya berat, tubuhnya menegang menahan gejolak yang menguasai seluruh jiwa dan raganya.

Jemarinya menyambar kain piyama sutra mewah yang membalut tubuh Naia, lalu dengan gerakan kasar ia merobeknya.

Srak!!

Suara kain yang terbelah memenuhi kamar, membuat Naia menjerit kaget.

“Argh tidak!! Jangan!” Pekik Naia yang berusaha untuk menutupi tubuhnya yang sudah terekspos tanpa memakai pakaian apapun menutupi seluruh tubuhnya.

Naia berusaha mundur, tubuhnya bergetar hebat, wajahnya memucat saking panik dan ketakutan.

“Jangan… jangan lakukan ini! Tolong, aku mohon Tuan Atharva,” isaknya, matanya berkaca-kaca penuh ketakutan seraya menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya yang tak tertutup cup pelindung.

Atharva mendekat, menunduk hingga wajahnya hanya sejengkal dari Naia. Sorot matanya dingin tapi penuh gairah penguasaan.

“Aku sudah katakan, Naia. Aku tidak membeli tubuhmu, tapi aku akan membuatmu tunduk. Sampai kau sendiri menyerahkan dirimu padaku, bukan karena paksaan, tapi karena kau tak mampu lagi melawan kekuasaanku.”

Tangannya mencengkeram dagu Naia, mengangkat wajahnya agar menatap lurus pada matanya. Naia meronta, tapi ikatan dasi di tangannya membuatnya tak berdaya dan sedikit perih.

Air mata jatuh, Naia menjerit lirih. “Aku bukan milikmu!”

Atharva hanya tersenyum tipis, senyum penuh misteri sekaligus ancaman. “Belum, Naia. Belum. Tapi malam ini akan mengubah segalanya termasuk hubungan diantara kita berdua.”

Kamar presidential suite itu bagai kurungan emas yang kini berubah menjadi neraka pribadi bagi Naia. Di balik cahaya lampu mewah, hanya ada tangisan dan rasa takut yang menelan habis hatinya.

“Ahh tidak! A-ku mohon lepas!”

Naia meronta sekuat tenaga, tubuhnya bergerak liar mencoba melarikan diri dari dekapan Atharva.

“Ahh sakit!! Ja-ngan!” Tolak Naia yang masih berusaha berontak ketika Atharva mencium dan menjilati seluruh wajah hingga ke leher putih jenjangnya Naia.

Air matanya bercucuran, suaranya serak karena terus berteriak meminta dilepaskan.

“Auh aahh hemph,” racaunya Naia yang ketika sekujur tubuhnya disentuh oleh tangan kekarnya Atharva.

Namun, tenaga Atharva terlalu kuat. Lengan kokohnya menahan setiap gerakan Naia dengan mudah, seolah kekuatan perempuan rapuh itu tak berarti apa-apa.

Setiap usaha Naia untuk bebas hanya membuat ikatannya semakin erat, membuatnya semakin kehabisan tenaga.

“Lepaskan aku! Aku tidak akan pernah menyerah padamu!” teriak Naia di antara tangisnya, suaranya bergetar namun penuh keberanian terakhir yang ia miliki.

Atharva menatapnya tajam, sorot matanya dingin tapi berkilat puas. “Kau boleh melawan, Naia tapi melawan hanya akan membuatmu semakin lemah. Pada akhirnya, kau akan mengerti kekuatanmu tak sebanding dengan kekuasaanku.”

Naia merosot, bahunya berguncang hebat, napasnya tersengal. Tenaganya terkuras, tubuhnya tak lagi mampu melawan.

Pandangannya kabur oleh air mata, hingga akhirnya ia hanya bisa menutup mata dan pasrah dalam kepungan bayangan pria dewasa itu.

“Ya Allah… lindungi aku…” lirihnya pelan, hampir tak terdengar.

Bagi Atharva, itulah tanda kemenangan saat seorang perempuan berhenti melawan dan tunduk dan tak berdaya dalam genggaman tangannya.

Tapi di balik pasrahnya Naia, ada api kecil yang masih tersisa yaitu sumpah dalam hatinya bahwa malam ini tidak akan menjadi akhir dari dirinya, melainkan awal dari perjuangannya untuk bangkit kembali.

Tubuh Naia menegang seketika, lalu perlahan bergetar tak beraturan ketika bibir Atharva menyapu lembut kulitnya. Ia menggelinjang, bukan karena sakit, melainkan karena rasa asing yang mengalir deras ke seluruh syarafnya.

Napasnya memburu, dadanya naik-turun dengan ritme tak terkendali. Sensasi itu membuatnya terperangkap di antara rasa kaget, malu, sekaligus geli yang tak sanggup ia pahami.

Pipinya memanas, telinganya berdesir, dan jari-jarinya mencengkeram sprei tanpa sadar, seolah mencari pegangan agar tidak larut dalam pusaran perasaan baru itu.

Di balik tubuhnya yang seperti tersengat listrik, air matanya jatuh, menyuarakan kegamangan hati seorang gadis yang untuk pertama kalinya disentuh sedemikian dekat.

Hatinya berbisik lirih antara ingin menjauh, tapi sekaligus tak kuasa mengingkari getaran yang membingungkan itu.

Atharva seperti orang yang menggila di atas tubuh perempuan yang masih suci dan tersegel.

“Kamu buat aku semakin tergila-gila cantik, tubuhmu buat aku semakin tertantang,” racaunya Atharva seraya menjelajahi setiap inci tubuhnya Naia dengan lidahnya.

1
Isma Isma
baguss Leni kasih tau niaa biar Ndak timbul masalah baruu 🥰🥰🥰🥰
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: kan bagus kalau banyak fans 🤭🤣
total 1 replies
Hana Ariska
gak sabar nunggu kelanjutan nya
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: Alhamdulillah makasih banyak.. insya Allah besok double update
total 1 replies
Milla
Pasti nyaaa anak buah tuan muda arthava 🤭 semangat up thorrr🙏🌹
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: Belum tentu 🤭🤣
total 1 replies
Hijriah ju ju
sangat bagus menghibur
Marlina Taufik
seru ni di tunngu lanjut y
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak kak 🙏🏻🥰

insha Allah besok lanjut soalnya kalau malam mau jualan dulu cari tambahan penghasilan meski dikit ☺️🤗🙏🏻
total 1 replies
Milla
Lanjutt thorrr💪🌹
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: insha Allah besok kakak 🙏🏻🥰
total 1 replies
Hijriah ju ju
sungguh miris kisah hidupmu
Rahmi Jo
kenapa nggak dibantu??
Hijriah ju ju
najong loh Arya
Rahmi Jo
kok bisa dahulu bisa jatuh cinta??
Hijriah ju ju
wajar dikasari
Uba Muhammad Al-varo
semoga semua usaha kamu berhasil Naia dan kamu bisa bangkit sementara Artharva menjalani kesembuhan, sebenarnya Artharva orang nya baik tapi caranya salah besar membuat Naia menderita dan kau Arya tunggu detik2 kehancuran mu
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: oh ho siap
total 3 replies
Uba Muhammad Al-varo
sungguh memilukan hidup mu Naia, semoga ditempat baru nanti hidup mu akan bahagia
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: amin ya rabbal alamin
total 1 replies
Uba Muhammad Al-varo
ayo Naia pergi dari kampung mu,cari daerah/tempat untuk menata hidup mu lebih baik lagi dan bikinlah hidup mu dan anakmu kuat,agar bisa membalas semua perbuatannya si Arya
Uba Muhammad Al-varo
kenapa kejadian tragis hanya terjadi pada Artahrva seharusnya terjadi juga pada si Arya keparat
Siti Aminah
ceritanya bagus
AsyifaA.Khan⨀⃝⃟⃞☯🎯™
semoga bahagia
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: amin ya rabbal alamin
total 1 replies
Ana Natsir
setuju
Ana Natsir
semoga nggak gila
Ana Natsir
sedih jdi mewek
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!