NovelToon NovelToon
Bukan Istri Bayangan

Bukan Istri Bayangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Cinta setelah menikah / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Dokter
Popularitas:556.7k
Nilai: 5
Nama Author: Desy Puspita

Bertahun-tahun memendam cinta pada Bagaskara, Aliyah rela menolak puluhan lamaran pria yang meminangnya.

Tak disangka, tepat di hari ulang tahunnya, Aliyah mendapati lamaran dari Bagaskara lewat perantara adiknya, Rajendra.

Tanpa pikir panjang Aliyah iya-iya saja dan mengira bahwa lamaran itu memang benar datang dari Bagaskara.

Sedikitpun Aliyah tidak menduga, bahwa ternyata lamaran itu bukan kehendak Bagaskara, melainkan inisiatif adiknya semata.

Mengetahui hal itu, alih-alih sadar diri atau merasa dirinya akan menjadi bayang-bayang dari mantan calon istri Bagaskara sebelumnya, Aliyah justru bertekad untuk membuat Bagaskara benar-benar jatuh cinta padanya dengan segala cara, tidak peduli meski dipandang hina ataupun sedikit gila.

.

.

"Nggak perlu langsung cinta, Kak Bagas ... sayang aja dulu nggak apa-apa." - Aliyah Maheera.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 30 - Terpesona (Lagi)

Sejenak, Bagaskara menghela napas panjang sebelum akhirnya membungkuk, menyelipkan satu lengannya di bawah lutut Aliya dan satu lagi menyangga punggung istrinya.

Tubuh mungil itu terangkat dengan mudah, meski sedikit berguncang membuat kepala Aliya miring dan bersandar di dada bidang Bagas.

Refleks, pria itu terdiam sejenak. Helaan napas lembut istrinya yang tertidur nyenyak terasa hangat menembus kaus tipisnya. Wajah yang beberapa menit lalu penuh air mata kini begitu damai, seperti anak kecil yang kelelahan setelah seharian bermain.

Bagaskara menatapnya sekilas, sorot mata yang awalnya penuh sebal perlahan mereda. “Dasar merepotkan,” gumamnya pelan, namun suaranya tidak lagi setajam tadi.

Langkah kakinya terdengar mantap menapaki tangga. Meski tubuhnya gagah dan langkahnya panjang, ia berusaha agar guncangan sekecil mungkin tidak membangunkan Aliya. Hingga akhirnya pintu kamar didorong dengan bahu, lampu tidur yang temaram menyambut mereka kembali.

Dengan hati-hati, Bagaskara merebahkan tubuh istrinya di atas ranjang. Aliya mengerjap sedikit, bergumam tak jelas, lalu meringkuk begitu saja, menarik selimut dengan gerakan refleks seolah tahu dirinya sudah kembali ke tempat aman.

Bagaskara berdiri di sisi ranjang beberapa detik, hanya memandangi wajah itu. Wajah polos yang barusan membuatnya kesal setengah mati karena puja-puji berlebihan pada aktor layar kaca, kini justru tampak begitu tak berdaya.

Ia sempat menunduk, mengusap wajahnya sendiri. “Aku bisa saja melemparkan tubuhnya dan buat perhitungan sekarang,” ucapnya dalam hati. Rahangnya sempat mengeras, teringat komentar-komentar Aliya yang membuat telinganya panas.

Namun, pandangannya jatuh lagi pada istrinya yang terlelap, bibirnya sedikit terbuka, nafasnya teratur, begitu tenang. Bagaskara akhirnya menggeleng lemah, memilih menarik selimut hingga menutupi bahu Aliya.

.

.

Malam berlalu, sinar matahari menembus tirai jendela, jatuh lembut ke wajah Aliya yang masih terpejam. Hangatnya cahaya membuat kelopak matanya bergerak, hingga perlahan ia membuka mata.

Pandangannya sempat kabur sesaat, kemudian fokus menatap langit-langit kamar yang asing baginya, asing karena tadi malam ia sama sekali tidak ingat kapan masuk ke sini.

Dengan malas, ia mengerjap beberapa kali, lalu mengulurkan tangan ke sisi ranjang. Kosong. Tidak ada siapa pun di sana. Aliya menoleh, berharap sosok suaminya masih berbaring, tetapi ranjang sudah rapi di bagian itu.

Keningnya berkerut, bibirnya mencebik. “Ke mana dia? Apa pergi dan sengaja nggak bangunin aku dulu?”

Akan tetapi, pertanyaan itu segera terjawab ketika pintu kamar mandi terbuka perlahan. Dari balik uap tipis yang mengepul, muncullah sosok Bagaskara hanya dengan handuk melilit pinggang.

Butiran air masih menetes dari ujung rambut hitamnya, menelusuri dada bidang hingga perut berotot yang jelas sekali terlatih. Setiap langkahnya meninggalkan aroma sabun yang segar, membuat udara kamar seakan ikut menegang.

Aliya yang baru saja ingin bangkit refleks menelan ludah. Tenggorokannya kering. Matanya terpaku, seolah dunia berhenti bergerak hanya untuk memperlihatkan pemandangan itu kepadanya. Ia bahkan nyaris lupa bernapas, saking terpana pada tubuh atletis yang jarang sekali bisa ia lihat dengan bebas begini.

“Astaga, gimana bisa dia seganteng dan segagah ini, sih?” batinnya meraung, wajahnya memanas.

Bagaskara yang menyadari tatapan istrinya segera mengangkat alis, lalu menghentikan langkahnya. Senyum tipis muncul di bibirnya, lebih menyerupai ejekan halus. “Sampai kapan kamu akan terus melihatku begitu, Aliya?”

Seketika Aliya tersentak. Ia mengerjap cepat, mencoba memalingkan wajah meski sudah ketahuan. Senyumnya canggung, memperlihatkan gigi rapi, lalu tangannya bergerak menggaruk lehernya yang jelas tidak gatal sama sekali. “Ehehe … aku … ya, soalnya … em ....” ia kehilangan kata-kata.

Bagaskara menggeleng kecil, menoleh ke arah lemari pakaian, lalu mulai memilah kemeja untuk ia kenakan hari ini. “Cepat bersiap. Apa kamu tidak bekerja hari ini?” tanyanya datar, nadanya ringan tapi jelas sebuah perintah.

Aliya mengerutkan hidung, kemudian mendekap bantal sebentar. “Hem … kerja … anyway,” ia mendongak, matanya berbinar penuh rasa ingin tahu, “Siapa yang bawa aku ke kamar semalam? Kakak ya?”

Pertanyaan itu membuat Bagaskara berhenti sejenak, tangannya menggantung di antara pakaian. Ia tidak langsung menjawab. Hanya menoleh sekilas, sorot matanya datar tapi penuh arti.

“Menurutmu? Apa mungkin aku akan minta bantuan security atau tetangga dulu?”

Aliya terdiam sepersekian detik, lalu tertawa kecil, menutup wajah dengan kedua telapak tangannya. “Iya juga, pakai nanya … oon banget sih, Aliya.” Ia menggerutu sendiri, masih sambil terkekeh.

Bagaskara lagi-lagi hanya menggeleng, sudut bibirnya terangkat samar meski ia tidak berkomentar lebih jauh.

Dengan tekad yang tidak sebulat sebelum menikah, Aliya akhirnya bangkit. Ia meregangkan tubuh sejenak, lalu turun dari ranjang. Namun, baru saja berdiri, matanya membulat kaget. Di seprai putih, tepat di sisi tempatnya tidur, terlihat noda merah mencolok.

“Waduh … kok bisa sederes ini?” bisiknya panik, menatap bercak itu seakan baru saja melakukan kejahatan besar.

“Kenapa?” Suara berat Bagaskara langsung memecah keheningan.

Aliya sontak menoleh cepat, jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya. “A-ah … nggak … nggak apa-apa kok, Kak.” Dengan gerakan terburu-buru, ia mencoba menutupi noda itu menggunakan bantal, bahkan sempat menjatuhkan selimut saking gugupnya.

Namun, justru gerak-geriknya yang kikuk membuat Bagaskara semakin curiga. Lelaki itu menutup pintu lemari, lalu berjalan mendekat dengan tatapan penuh tanya. “Aliya, ada apa?”

“Nggak, beneran … nggak apa-apa!” Aliya makin gelagapan, kedua tangannya sibuk menekan-nekan sprei seolah itu bisa menghapus noda. “Nanti aku cuci, sumpah … tenang aja, aku pastikan nggak akan menempel sant—”

“Sana mandi.”

Suara Bagaskara yang tegas memotong kalimatnya begitu saja. Ia bersedekap, berdiri tepat di hadapan Aliya yang masih sibuk menutupi sprei.

“Tapi ini ....” Aliya menunjuk noda itu, wajahnya memerah menahan malu.

“Nanti saja,” Bagaskara menatap lurus, suaranya tak memberi ruang untuk perdebatan. “Urusan itu nanti. Sekarang kita tidak punya waktu banyak ... aku ada rapat pagi ini, Aliya.”

.

.

- To Be Continued -

1
Layla 🌹
🤣🤣🤣🤣
Nabila hasir
bagus banget aiyan ma bagaskara lope lope
erma
maksudnya ngelawak....tp kurang lucu, jadi aneh. ... dokter yg sdh usia cukup tp pemikiran dan gayanya kok spt anak remaja...gak nyambung
Desy Puspita: Lu ribet banget sih, makanya sebelum baca itu sempetin untuk lihat blurb karena di situ secara sekilas udah dikasih gambaran karakter tokohnya. Level bacaan udah 20, tapi nggak bisa memahami hal sesederhana itu. Intinya aja ini bukan selera lu, jadi daripada lu nyampah di kolom komentar gue mending cari bahan bacaan yang sesuai sama keinginan lu.
total 1 replies
Layla 🌹
gantian bibir bagas yg merona🤣🤣🤣
Fitriatul Ilmi
bagas : tua tua gini juga bisa buat km terpesona. apalagi klo msh muda 😂
Fitriatul Ilmi
komprin terus jend; biar si babang satu ini luluh sama biniknya/Facepalm/
Fitriatul Ilmi
aduh adek meleleh bang/Kiss/
Herlita Liem
lanjut Thor makin seru ceritanya....😍😍
Hafifah Hafifah
kelakuannya kayak bocah ya gas 🤭🤭
Hafifah Hafifah
menghayati banget ya Al
Hafifah Hafifah
ngarep ya bang dikejar ama istrinya
Teh Yen
Aliya oh Aliya ada aj pembahasannya hihii Bagas bener" cocok sama Aliya yg atu diem yg atu cerewetnya level dewa 😅😅😅
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
aliya benar. 😁😁😁😁😁
jangan sampai ada lelaki lain yang menyayangi aliya melebihi kamu, bagas
վօօղíҽ̀z࿐༅ɯιƚԋ ʅσʋҽ࿐༅
Dasar piring, berisik aja elu 😆😆..
Kagak tauu ape, duo makhluk itu lagi kasmaran 😆..
Elu jadi saksi bisuuuu, gitu aja kagak paham, ngiri yaaa 😆...
վօօղíҽ̀z࿐༅ɯιƚԋ ʅσʋҽ࿐༅
Itu kan menurutmu Al, dahal kuping Bagas bisa menangkap suara infrasonik 🙊😅...
So selirih apapun suaramu selama tidak memakai bahasa kalbu Bagas bakalan dengar 😅..
Lain kali hati-hati ngomongnya apalagi kalau mau bully Bagas 😆✌...
🌸WD🌸
hati hati..keselek
🌸WD🌸
pisau: maaf nggak bisa bantu steaknya udah habis..mau mencari kegitan motong udah nggak ada yg dipotong..
🌸WD🌸
Aliya candaanmu selalu membuat dag dig dug derr..🤣🤣
~Ni Inda~
Habis ni sendok lg yg ngedumel 🤣🤣
Desmeri epy Epy
lanjut Thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!