Demi menutupi identitas aslinya, Elvano Abraham memilih Sena sebagai pendampingnya dalam suatu acara. Sena yang tak menyadari niat Elvano sesungguhnya menerima tawaran tersebut, karena ia pun ingin lebih dekat dengan Elvano.
Tapi Elvano salah, karena pilihannya tersebut malah membawa dirinya terjebak dalam pesona Sena, begitu pula sebaliknya.
Apakah yang akan Sena lakukan setelah mengetahui motif Elvano yang sesungguhnya? Apa mereka akan terus bersama? Atau justru motif Elvano menghancurkan hubungan keduanya?
Yuk! Ikuti kisah Elvano dan Sena yang harus menemukan cinta sejati di tengah banyaknya rahasia dan kesalahpahaman yang penuh dengan ketegangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SBDST 7.
"Sudah, Nona."
Sena tersenyum pada pelayan yang baru saja membantunya berpakaian. Wanita itu beranjak menuju cermin yang mampu memantulkan keseluruhan penampilannya.
Saat ini, Sena tengah bersiap sebelum mendampingi sang bos dalam pesta topeng yang akan mereka hadiri.
"Anda cantik sekali," ucap pelayan itu, ia ikut berdiri di belakang tubuh Sena.
"Betul, Nona. Anda sangat-sangat cantik, Tuan pasti akan semakin menyukai Anda."
Sena menoleh pada pelayan lain yang menimpali ucapan temannya sebelumnya. Mata Sena memicing, bukan pada pujian yang ia terima, melainkan pada kata-kata bahwa Elvano akan semakin menyukainya? Apa pelayan ini pikir, dirinya adalah kekasih Elvano?
Sena tiba-tiba saja tertawa, pipinya jadi bersemu merah. Andai saja benar seperti itu, Sena pasti akan sangat senang sekali. Sayangnya, saat ini Sena masih dalam tahap mendekati pria mengerikan itu. Pria yang tabiatnya sedikit demi sedikit sudah mulai Sena pahami.
Elvano mudah kesal tanpa alasan. Dan tampaknya, pria itu sangat membenci privasinya diketahui oleh semua orang atau publik, buktinya Elvano rela harus merogoh dompetnya dalam-dalam untuk menutup mulut Sena tentang apa saja yang akan dilihat dan didengar oleh Sena dalam pesta topeng itu.
Sena menandatangani surat perjanjian yang Elvano berikan. Sena juga penasaran, pesta topeng seperti apa yang akan ia dan Elvano hadiri sebenarnya. Seberbeda apa dengan jamuan makan malam antara kalangan para pebisnis pada umumnya, hingga ia harus menutup mulutnya?
"Ini, kalung Anda, Nona." Seorang pelayan yang membawa kotak perhiasan mendekat.
Sena memperhatikan satu set perhiasan yang Sena tahu harganya pasti sangatlah fantastis.
"Apa aku wajib memakainya?" tanya Sena. Ia menatap pada empat pelayan yang Elvano perintahkan untuk membantunya bersiap.
"Tidak, Nona."
Sena mengangguk, ia meraih anting, gelang, tapi meninggalkan kalungnya.
"Perfect," ucap Sena tersenyum setelah memutar tubuhnya sekali lagi.
Sena beranjak keluar dari dalam kamar setelah selesai bersiap. Wanita itu menuruni anak tangga secara perlahan, angin pantai bisa menyentuh lembut dress berpotongan sabrina serta berbahan sutra dengan warna merah anggur yang Sena kenakan.
Sena sangat memperhatikan langkahnya, hingga tak menyadari jika mata elang bosnya saat ini sudah membidik Sena sedari hells wanita itu menyentuh anak tangga pertama.
"Tuan," sapa Sena ketika berhadapan dengan Elvano. Ia tersenyum manis, menyapa sang atasan.
"Ck!" Elvano berdecak, tangannya bergerak cepat membuka kancing jas yang sudah terpasang rapi, melepaskannya lalu melemparnya pada Sena. "Kau akan masuk angin sebelum sampai di tujuan dengan pakaian seperti itu."
Netra Elvano tajam pada Sena, terlebih melihat bahu putih mulus itu yang terbuka, tak tertutup apa-apa, serta belahan panjang dress yang menampilkan garis jenjang kaki Sena.
Sena menangkap jas itu dengan memutar malas bola matanya. Lama-lama ia terbiasa dengan tingkah Elvano yang selalu saja melempar jas kepadanya.
Sena mengikuti langkah Elvano saat keluar dari mansion, pria itu melangkah panjang, membuat Sena kesulitan mengimbanginya, terlebih hells Sena selalu tenggelam di pasir putih pantai. Akhirnya Sena melepaskan kedua hellsnya dan menentengnya.
"Kau meninggalkan Sena?" ucap Zion ketika Elvano tiba di dermaga, sedangkan Sena masih berjalan di belakang dengan berjarak dari pria itu.
Zion memilih mendekati Sena, ia mengulurkan tangan, meminta hells wanita itu karena Sena harus melalui titian untuk masuk ke dalam kapal pesiar.
Sena ragu, tapi Zion mengangguk dengan senyum ramah yang tidak pernah pudar dan meraih hellsnya.
Elvano melanjutkan langkah lebih dulu, ia mengabaikan bagaimana sikap perhatian yang Zion berikan pada Sena. Dan saat Sena ingin melewati titian, dengan cepat Elvano mengulurkan tangannya.
"Dasar licik," umpat Zion pelan pada Elvano yang lebih dulu membantu Sena melewati titian dengan menyentuh tangan wanita itu.
Meski tak mendengar dengan jelas, tapi Elvano tahu jika Zion mengatainya. Mata elang pria itu melirik Zion disertai dengan seringai kepuasan.
Sena tersenyum pada Elvano. "Terima kasih," ucap Sena dengan suara yang sangat manis.
Elvano hanya mengangguk singkat, matanya tetap fokus pada Sena saat wanita itu masuk lebih jauh ke dalam kapal.
"Kau memang tidak bisa menyembunyikan sifatmu yang licik itu, El." Zion menggelengkan kepalanya dan menyerahkan hells Sena ke dada bosnya.
Elvano tidak membalas, tapi senyum sinisnya semakin melebar pada Zion. Dengan langkah yang tenang, Elvano mengikuti Sena ke dalam kapal pesiar, meninggalkan Zion yang masih menggelengkan kepala.
Elvano boleh saja membiarkan Zion memberikan perhatian pada Sena sebelumnya, tapi ternyata pria itu bergerak lebih gesit memanfaatkan kesempatan untuk menyentuh tangan Sena saat wanita itu ingin melawati titian.
"Kau sudah memastikan semuanya?" tanya Elvano pada Tracker.
"Sudah, Tuan."
Elvano mengangguk, ia menyimpan senjata kecilnya yang sudah terisi amunisi di balik vest hitam yang ia kenakan. Pria itu sudah tak lagi mengenakan jasnya karena sudah ia berikan pada Sena.
Kapal mulai berlayar, Elvano mendekat pada Sena yang berdiri, memperhatikan pemandangan indah yang mereka lalui.
"Duduklah. Atau kau mau masuk angin sebelum sampai di tujuan dan mempersulit ku?"
Mendengar ucapan dingin bernada perintah itu membuat Sena lekas duduk.
"Ini topengmu." Elvano menyerahkan kotak hitam pada Sena. Satu kotak masih Elvano pegang, kotak yang berisi topeng untuknya.
"Harus dipakai sekarang?" tanya Sena mendongak, menatap Elvano yang berdiri di hadapannya.
"Hm. Kemarikan." Elvano mengambil alih topeng Sena dari tangan wanita itu. Ia memasang dan mengikat pelan topeng perak dengan motif bulu yang halus, menambahkan sentuhan feminin dan elegan pada Sena.
Sedangkan Elvano, ia mengenakan topeng hitam dengan desain yang rumit dan mengkilap. Topeng itu tak hanya menutupi setengah wajah tampannya, tapi berhasil membingkai sempurna netra elangnya yang semakin berkilat tajam.
Dengan topeng yang elegan dan pakaian yang mewah, Elvano dan Sena terlihat seperti pasangan yang sempurna.
"Luar biasa." Sena tersenyum kagum memperhatikan penampilan mereka dari dinding kapal layar yang mampu memantulkan visual mereka.
"Apa saya boleh memfotonya, Tuan?" tanya Sena pada Elvano. "Tidak akan dipublish, hanya untuk memenuhi galeri," ucap Sena dengan tersenyum.
"Hm."
Mendengar deheman kecil itu, Sena dengan cepat meraih ponselnya. Ia memotret beberapa kali pantulan dirinya dan Elvano yang terdapat di dinding.
Tanpa sepengetahuan Sena, Elvano memposisikan dirinya sedemikian rupa, lebih mendekat dan berdiri di belakang wanita itu dengan satu tangan yang ia selipkan di dalam saku celana.
Sena tidak menyadari perubahan posisi Elvano, fokusnya hanya pada hasil foto di ponselnya. Namun, hasil foto itu menunjukkan Elvano dengan pose yang sangat maskulin dan sangat dekat dengan dirinya.
Sena abaikan aja terus Elvano. Buat dia jadi mayat hidup karena terlalu merindukan mu. Jangan mudah kasih maaf/Determined//Facepalm//Facepalm/