NovelToon NovelToon
My Sexy Lecturer

My Sexy Lecturer

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Dosen / Nikahmuda / Cinta setelah menikah / Diam-Diam Cinta
Popularitas:34.2k
Nilai: 5
Nama Author: Fhatt Trah

Niat hati hanya ingin mengerjai Julian, namun Alexa malah terjebak dalam permainannya sendiri. Kesal karena skripsinya tak kunjung di ACC, Alexa nekat menaruh obat pencahar ke dalam minuman pria itu. Siapa sangka obat pencahar itu malah memberikan reaksi berbeda tak seperti yang Alexa harapkan. Karena ulahnya sendiri, Alexa harus terjebak dalam satu malam panas bersama Julian. Lalu bagaimanakah reaksi Alexa selanjutnya ketika sebuah lamaran datang kepadanya sebagai bentuk tanggung jawab dari Julian.

“Menikahlah denganku kalau kamu merasa dirugikan. Aku akan bertanggung jawab atas perbuatanku.”

“Saya lebih baik rugi daripada harus menikah dengan Bapak.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fhatt Trah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

7. Tak Ada Protes

Tak Ada Protes

“Lumayan enak. Tidak buruk.” Tanpa diminta, Alexa malah sok memberikan komentar tentang rasa masakan Julian. Yang menimbulkan kernyitan tipis di dahi Julian.

“Lumayan?” tanya Julian.

Dengan santainya Alexa mengangguk sambil terus menyuapi mulutnya. Namun tidak dengan pikirannya. Isi kepalanya penuh dengan pertanyaan bagaimana caranya ia menaruh obat pencahar ke dalam makanan atau minuman Julian. Agar setelah semua ini selesai, ia tak perlu lagi bertemu pria menyebalkan itu.

“Saya memang belum pernah makan ramen. Tapi untuk ukuran rasa hidangan dari mie, saya rasa ini sudah lumayan. Tidak terlalu buruk kok rasanya.”

Julian menghela napas. “Dasar. Gadis sepertimu memang tidak pandai menghargai,” gumamnya hampir tak terdengar. Hanya sekilas matanya memandangi Alexa yang tengah menunduk di atas mangkuk.

Melihat Alexa makan dengan begitu lahap, ia pun jadi tak sabar ingin mencicipi masakannya sendiri, yang ia masak dengan sengaja karena tahu Alexa akan datang untuk bimbingan. Namun tanggapan gadis itu justru tak seperti yang ia harapkan.

“By the way, kamu ada hubungan apa dengan Robin?” tanya Julian tiba-tiba teringat mahasiswa yang pagi tadi merangkul pundak Alexa dan terlihat akrab dengan gadis itu.

“Tidak ada hubungan apa-apa. Cuma teman.”

“Cuma teman?”

Alexa mengangguk tanpa melihat wajah Julian yang berubah seketika. Ia masih asyik menikmati ramen yang rasanya biasa saja di lidahnya itu. Padahal ia tak tahu seberapa besar usaha Julian memasak hidangan itu.

“Tapi kalian tidak terlihat seperti hanya berteman. Mungkin ini cuma perasaanku saja, tapi sikap Robin sama kamu itu berbeda,” kata Julian memberi penilaian terhadap pertemanan Alexa dan Robin.

Padahal Alexa datang untuk bimbingan proposal skripsi, tetapi rasanya ia seperti sedang diinterogasi. Seolah ada yang salah dengan pergaulannya.

“Robin orangnya memang seperti itu, Pak.”

“Terus kamu juga memang seperti itu? Membiarkan Robin merangkulmu tanpa ada hubungan yang jelas?”

Gerakan tangan Alexa terhenti. Sumpit ia taruh kembali ke sisi mangkuk yang sudah kosong. Makannya sudah selesai, dan mungkin sudah saatnya ia mengingatkan Julian tentang skripsinya yang belum juga di-ACC pria itu.

Meladeni obrolan Julian, lama-lama Alexa merasa seolah pria itu sengaja mencari topik yang lain. Entah untuk apa tujuannya, namun obrolan ini seperti tidak ada kaitannya dengan skripsi.

“Pak, gimana kalau kita langsung ke skripsi saya saja. Saya sudah selesai makan. Ramen nya enak sekali. Sumpah.” Alexa mengulum senyuman yang dipaksakan. Menarik kembali penilaian yang sebelumnya, ia berharap pujian itu bisa sedikit melunakkan kerasnya hati Julian. Sembari mengubah topik obrolan yang sudah melenceng ke arah yang tidak seharusnya.

“Aku tidak akan terkecoh dengan pujianmu. Apa yang aku minta perbaiki, sudah kamu perbaiki?”

“Sudah, Pak.” Mata Alexa melirik ke arah jus yang belum disentuh Julian. Otaknya masih berpikir keras bagaimana caranya ia membubuhkan serbuk obat ke dalam minuman itu.

“Awas saja kalau masih salah.”

“Tenang saja, Pak. Jangan khawatir. Saya sudah merevisinya persis seperti yang Bapak minta.”

“Kamu yakin?” Julian kembali menikmati makanannya usai sekilas melirik mangkuk Alexa yang sudah kosong. Tanpa sadar dua sudut bibirnya tertarik tipis, membentuk lengkungan senyum yang nyaris tak terlihat.

“Seratus persen yakin. Bapak silahkan periksa saja sendiri.” Sengaja Alexa belum beranjak dari duduknya. Ia menunggu sampai Julian yang lebih dulu beranjak. Sebab kesempatan untuk menjalankan rencana nyaris tidak ada.

Julian berhenti makan. Kemudian mengangkat wajahnya menatap mata Alexa. Hanya tatapan biasa, namun mampu membuat Alexa membeku seketika. Sebab kekhawatiran kembali menelusup ke dalam diri Alexa. Khawatir jika upayanya menemui kegagalan kesekian kali.

Menoleh ke arah meja sofa dimana proposal skripsi tergeletak, Julian menghela napasnya sejenak. “Baiklah. Kalau begitu ayo kita periksa apakah kamu benar-benar merevisinya dengan baik kali ini atau tidak,” ujarnya seraya berdiri. Kakinya sudah mengayun saat dering ponsel tiba-tiba terdengar.

“Tunggu sebentar.” Pamit sejenak, Julian bergegas ke kamarnya.

Sepasang mata Alexa mengikuti ke mana Julian pergi. Sembari sesekali melirik segelas jus milik pria itu yang belum tersentuh.

Beberapa detik, menit berlalu. Julian belum juga keluar dari dalam kamarnya. Jantung Alexa berdegup kencang saat ia menemukan kesempatan. Tangannya merogoh kantong jaket jeans yang ia kenakan, mengambil obat dari dalam sana kemudian pelan-pelan mengulurkan tangan mendekat pada gelas jus itu.

Muncul ketakutan dalam diri Alexa, namun demi misi masa depan ia memberanikan diri. Apapun resikonya akan ia tanggung. Kalaupun ia kedapatan melakukan tindakan tidak terpuji, setidaknya ia punya alasan tersendiri. Semua dimulai dari keangkuhan Julian yang mempersulit urusannya. Jika sesuatu terjadi pada Julian nanti, itu tidak sepenuhnya salah dirinya. Julian punya andil mengapa sampai ia tega melakukannya.

“Sebentar lagi dia pasti bolak-balik WC,” bisik Alexa dalam hati.

Obat pencahar dengan dosis tinggi seperti yang dikatakan Robin sudah ia bubuhkan ke dalam jus milik Julian. Jantungnya masih berdegup kencang saat kemudian Julian terlihat keluar dari kamarnya mendekati meja makan.

Tangan Julian menyambar gelas jus itu, membawanya menuju sofa. Alexa menyusul, lalu duduk pada sofa tunggal.

Debar jantung Alexa mulai tak terkendali, keringat dingin pun mulai mengembun di dahinya ketika Julian mulai menyesap jusnya sedikit demi sedikit. Tangannya bahkan sampai gemetaran saat menyodorkan skripsi pada Julian.

“Silahkan, Pak,” kata Alexa. Rasanya ia mulai kesulitan bernapas, tak sabar menunggu obat itu bereaksi.

Sekarang jantung Alexa berdebar-debar bukan lagi karena khawatir skripsinya tidak di-ACC, melainkan tak sabar ingin melihat Julian tersiksa karena bolak-balik toilet.

“Bagian yang ini keliru, Alexa. Ternyata kamu tidak benar-benar-benar merevisinya dengan baik,” kata Julian.

Dan Alexa sekarang biasa saja saat lagi-lagi kalimat itu meluncur dari mulut Julian. Ia tidak sekesal dulu lagi. Ia mengangguk sebagai tanda setuju. Tak ada lagi protes yang ia layangkan sebagai bentuk tak terima.

Siapa sangka reaksi Alexa ini justru membuat Julian mengalihkan sejenak perhatiannya dari skripsi kepada gadis itu.

“Revisi lagi dengan benar,” titah Julian sembari menatap Alexa dengan seksama.

Alexa mengangguk. “Baik. Bagian mana yang harus saya revisi lagi?” tanyanya tanpa protes sedikitpun. Malah ia balas menatap Julian dengan wajah tersenyum.

“Masih sama dengan sebelumnya.”

“Baik.”

Dahi Julian berkerut tipis, merasa aneh dengan reaksi Alexa kali ini. Biasanya gadis itu marah-marah, protes, bahkan mengumpat.

“Revisi lagi, Alexa.”

“Iya, Pak. Saya tahu.” Alexa masih tersenyum-senyum sembari mengambil kembali skripsinya dari tangan Julian. Dilihatnya Julian seperti mulai tak tenang.

Julian meneguk kembali jus jeruk peras yang masih menyisakan setengah itu. Entah mengapa tenggorokannya mendadak terasa kering dan haus sekali. Sehingga ia meneguk jus itu sampai habis.

“Kamu tidak protes seperti biasanya?” tanya Julian, merasa aneh dengan sikap Alexa kali ini.

“Saya akan mengikuti arahan Bapak. Karena itu yang terbaik.” Alexa sudah tak sabar ingin melihat reaksi obat pencahar itu. Kali ini ia merasa rencananya berhasil.

“Alexa, kamu ...” Ucapan Julian terhenti ketika ia merasa ada yang aneh dengan dirinya. Padahal unit apartemen miliknya ini sudah dilengkapi dengan pendingin udara. Tetapi ia merasa tubuhnya kepanasan. Detak jantungnya pun mulai tak beraturan.

“Kalau saya protes, memangnya skripsi saya langsung di-ACC?” celetuk Alexa, melihat raut berbeda di wajah Julian. Pria itu terlihat seperti sedang cemas. Dalam hati ia bersorak gembira, rencana untuk mengerjai dosen menyebalkan itu berhasil. Berharap setelah ini dosen itu kapok memperlakukannya tidak adil.

“Jangan mimpi!”

“Tuh kan? Lebih baik saya menurut. Protes pun tidak ada gunanya.”

Alexa sudah mendekap skripsinya. Lantas ia berdiri. “Ya sudah, kalau begitu saya pamit pulang dulu,” katanya.

Julian tidak menanggapi. Pria itu terlihat cemas, mengusap tengkuk berkali-kali. Bulir-bulir keringat bahkan mengembun di dahinya. Hembusan napas panjangnya terdengar seolah sedang melepas penat.

“Permisi, Pak.” Bergegas Alexa mengayunkan kakinya. Dalam hati ia merasa yakin jika Julian pasti sedang menahan desakan rasa ingin buang air besar.

Namun Alexa tersentak saat tiba-tiba Julian mencekal lengannya. “Tunggu. Jangan pergi dulu.”

To Be Continued ...

1
〈⎳ FT. Zira
kann.. baru juga ditanya gitu dah bingung kan🤧🤧
〈⎳ FT. Zira
pikiran Robin terlalu pendek.. gak like... ma Julia ajaa/Grimace//Grimace/
Jumi🍉
Yang satu ngebet pengen sama Alexa yang satu gak tahu diri ngebet pengen balikan sama Julian, nikahin aja kak author dua mantan ipar itu...🙄
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
Robin udah ngalah saja😂😂
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
eluu yang ja langggg
〈⎳ FT. Zira
cara kaburnya pinter/Facepalm//Facepalm/
〈⎳ FT. Zira
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/ astaga Al
〈⎳ FT. Zira
mulai cinta itu namanya/Proud/
〈⎳ FT. Zira
calon suamimu itu🤭
〈⎳ FT. Zira
tidak ada kata cinta terucap bukan berarti gak cinta Al
lin s
koq saya heran Thor si Julian sm Alexa susah amat tinggal ktmu bicara lngsung atau minimal tlpon pdhl satu perusahaan, gmna mau nyelesain masalah, bikin greget
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
tabrakan kayanya...
Fhatt Trah (fb : Fhatt Trah): bisa jadi
total 1 replies
Dewi Saptiani
alexa ngomong dipotong trs kok pasrah aja ya.aneh deh
〈⎳ FT. Zira
nyerah aj.. dari pada tambah atit hatimu🤧
〈⎳ FT. Zira
plesetan dari Ivan gunawam gak sih🤭🤭 ciri cirinya pun sama🤭
〈⎳ FT. Zira: jadi sma kek Betty LaFea ya/Facepalm//Facepalm/
total 2 replies
〈⎳ FT. Zira
Julian lebih dari segalanya dibandingkan Robin, dan dia mau tanggung jawab,, Al nya aja yg belm cerita juga.. gemes jadinya
〈⎳ FT. Zira
Al kejebak..😫
Fhatt Trah (fb : Fhatt Trah): sepertinya
total 1 replies
〈⎳ FT. Zira
ternyata julian tetep mo lanjut..
ayooo berjuangg.. rebut Al dari robin/Determined/
〈⎳ FT. Zira
makin runyam kalo dah gini🤧
〈⎳ FT. Zira
julian dengar semua.. sekarang julian bakal gimana
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!