Nadira Keisha Azzura pertama kali co-ass di rumah sakit ternama, harus mengalami nasib buruk di mana Bapaknya masuk UGD tanpa sepengetahuannya akibat tabrakan, lalu tak lama meninggal dan sebelumnya harus mendengar ijab kabul mengatasnamakan dirinya di kamar Bapaknya di rawat sebelum meninggal. Pernikahan itu tanpa di saksikan olehnya sehingga dia tidak mengetahui pria tersebut.
Sedangkan dia hanya memiliki seorang Bapak hingga dewasa, dia tidak mengetahui keberadaan kakak dan Ibunya. Dia di bawa pergi oleh Bapaknya karena hanya sosok pria miskin dan mereka hanya menginginkan anak laki-laki untuk penerus.
Bagaimana nasib Nadira selanjutnya? akankah dia hidup bahagia bersama suaminya? akankah Nadira bisa menerima siapa suami dan siapa yang telah menabrak Bapaknya? Akankah dia bertemu dengan keluarganya?
Yu saksikan ceritanya hanya di novel 'Suami Misteriusku ternyata seorang Dokter'
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dira.aza07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 ~ Pemakaman
"Ra sabar ya ..., maaf gue baru bisa nyamperin lo, soalnya ini baru bisa keluar pas jam pulang," Ucap Siska yang tiba-tiba memeluk Nadira yang hendak menuju ke tempat wudhu.
Ken terdiam sejenak memperhatikan interaksi kedua wanita yang berada di hadapannya. Kemudian Ken kembali melangkahkan kakinya menuju tempat wudhu.
"Nara ..., ada apa ini? kenapa muka lo sembab gini?" Tanya Nabila ketika sedang berada di depan mesjid dan menghampiri temannya yang sedang dipeluk Siska. (Nabila adalah teman dekat Nadira dari satu kampus).
"Bapakku mau di sembahyangkan Bil, nanti kita bicara lagi aku mau ambil wudhu dulu," sahut Nadira dan di ikuti Nabila juga Siska yang berada di belakangnya.
Nabila belum mengerti arah ucapan Nadira, namun dia mengikuti terus ke mana kaki Nadira melangkah, Nabila ikut berwudhu, lalu kembali melangkah mengikuti langkah temannya menuju mesjid.
"Mbak, maaf sebenarnya ini ada apa?" tanya Nabila berbisik kepada Siska.
"Bapaknya Nadira meninggal dan sekarang kita mau menyolatkannya," jelas Siska dengan berbisik, lalu Siska berjalan memasuki mesjid.
Sedangkan Nabila tersentak kaget saat mendengar semua itu, dia terdiam sejenak, hingga tak menyadari jika shalat telah di mulai.
"Astaghfirullah," lirihnya dan langsung mengikuti shalat tersebut.
Setelah selesai mereka semua mengantar ke pemakaman, dengan menggunakan Mobil jenazah, namun Ken malah berjalan melewati mobil tersebut.
"Ke mana lo Ken?" Tanya Thomas dengan hanya menggerakan mulut tanpa bersuara sebelum menaiki mobil jenazah.
"Titip Dira," jawab Ken dengan sama-sama tidak bersuara dengan mengacungkan kunci ke arah Thomas.
"Oh Ok," Sahut Thomas dengan mengacungkan jempolnya.
Ken pun bergegas menuju mobilnya yang di parkir. Setelah masuk dalam mobil, Ken mengusap mukanya dengan kasar.
Tak lama kemudian mobil jenazah pun melewati mobil Ken, Ken pun bergegas mengendarai mobil tersebut yang tepat beriringan di belakang mobil jenazah tersebut.
Selang setengah jam kemudian, mereka pun telah tiba di pemakaman umum, Ken dengan cepat menghampiri mobil jenazah yang sedang menurunkan Jenazah.
Kemudian mereka beriringan mengantarkan jenazah itu untuk dikebumikan, Ken dan Thomas berada tepat di belakang Nadira yang di dampingi oleh Siska dan Nabila.
Thomas berjalan dengan merangkul bahu Ken, berharap Thomas dapat menenangkan sahabat sekaligus saudaranya ini.
Setelah di depan liang lahat, Ken berjalan ke arah depan, membantu jenazah untuk di kebumikan hingga dia telah berada di bawah liang lahat tersebut.
Dengan seketika mata Nabila, Siska terutama Thomas pun membulat dengan sempurna. Mereka tidak menyangka seorang Kendrick akan sepeduli itu bahkan berani memasuki liang lahat untuk membantu menguburkan jenazahnya.
Namun itu tak berlangsung lama, fokus mereka pindah ke Nadira yang sedari tadi terus terisak.
Selang beberapa menit kemudian, pemakaman pun telah selesai, Ken sedang berada di ujung makam, tepat di bawah pohon yang rindang, Ken terdiam menatap Nadira yang sedang menangis di pusara, yang ditemani oleh dua sahabatnya.
"Lo ga nyamperin Nadira Ken?" Tanya Thomas dengan sama-sama menatap ke arah 3 wanita yang berada tepat di hadapan mereka.
"Apa perlu gue jelasin? Gue kira lo udah ngerti!" sahut Ken ketus.
"Hmm, gue paham lo bingung plus takutkan? tapi kasihlah dia perhatian meski sedikit," saran Thomas.
"Ga usah urusin hidup gue, sekarang ajak mereka pulang, langit sepertinya mau hujan," ucap Ken dengan menatap langit yang mulai gelap.
"Hmm ko lo ga mau bertindak, heran gue!" Thomas mengerutkan keningnya sambil berlalu dari Ken, untuk mendekati ketiga perempuan yang berada di depan mereka.
"Bil, lo tolong ajak Dira pulang ya, liat langit sudah gelap!" Thomas menepuk bahu Nabila halus dengan suara berbisik dan memperlihatkan langit yang mulai gelap.
"Nara ..., kita pulang yu, jangan begini nanti kamu sakit, lihat langit sudah semakin gelap!" ajak Nabila kepada Nadira.
Perlahan Nadira pun berdiri yang dibantu oleh Siska dan Nabila.
Ken dari kejauhan sedang menatap Nadira yang berjalan menghampirinya dengan sendu.
Setelah mereka mulai mendekat, Ken berjalan terlebih dahulu, namun setibanya di area parkiran, para wanita melewati mobil Ken.
"Kalian bertiga masuk!" Seru Ken tanpa basa basi untuk bertanya.
Sontak membuat mereka bertiga melirik ke arah Ken. Dengan kompak diam mematung, seakan bingung dan Segan untuk menerima tawaran Dokter tersebut.
"Ayo masuk sini!, kalian mau ke mana? jalan ke depan itu jauh? sebentar lagi hujan loh!" Ajak Thomas dengan wajah ramah.
Akhirnya ke 3 wanita itu masuk ke dalam mobil Ken, dengan duduk di jok tengah dalam mobil tersebut.
Selama perjalanan Nadira terus menangis, Nabila dan Siska terus menenangkan Nadira.
"Kalian mau saya antar ke mana?" Tanya Ken yang memecah keheningan, di mana mata Ken terus menatap Dira melalui kaca spion.
"Ke rumah Nadira aja Pak," jawab Nabila dan Siska dengan kompak.
"Baik, tunjukkan jalannya!" seru Ken dan langsung di berikan arahan oleh Nabila.
Setibanya di rumah Nadira, "Pak masuk dulu!" pinta Nadira, dan di anggukkan oleh kedua pria tersebut.
Kemudian mereka berdua pun memasuki rumah sederhana nan asri Nadira.
Mereka berempat duduk disebuah sofa sederhana yang terdapat di ruang tamu di rumah Nadira.
"Pak, baju Bapak terlihat basah dan jelas sangat kotor, ini ada baju Bapakku. Jika Bapak mau pakailah!, dan bisa menggunakan kamar mandi yang berada di dalam kamarku, yang di sini sedang rusak," Tawar Nadira dengan menunjukkan kamar mandi yang berada di dalam kamarnya.
Ken pun mengikuti langkah Nadira, kemudian Ken memasuki kamar Nadira, dia memindai isi kamar tersebut.
Rapi, nyaman sekali kamarnya, sungguh pandai Nadira mengurus kamarnya. Batin Ken dengan tersenyum.
Ken, yang merasa dirinya kotor pun tidak hanya mengganti pakaiannya namun dia malah mandi dengan menggunakan air dingin yang hanya tersedia di dalam kamar mandi Nadira.
Ken menggunakan handuk Nadira tanpa izin, entah kenapa seorang Ken, yang begitu cuek kini pikirannya pun bertraveling saat menggunakan handuk Nadira, dengan wajah yang mengembangkan senyuman yang tidak biasa.
Setelah selesai berpakaian, Ken membuka pintu kamar mandi tersebut, namun nahas perut Ken bagai di peras, dia memasuki kamar mandi dan "Hoekk!, hoekk!"
"Kenapa tuh si Ken?" Tanya Thomas sambil berlari memasuki kamar Nadira, selain Kendrick, Thomas pun terpukau melihat kamar Nadira yang sederhana namun rapi.
Namun dengan segera memasuki kamar mandi.
"Kenapa lo Ken?" Tanya Thomas panik.
Setelah selesai, Thomas membantu memapah Ken keluar dari kamar mandi.
"Dira, kita pinjam kasur lo ya, Ken panas!" Seru Thomas sedikit berteriak.
Dira pun bangkit lalu membawa air kompresan ke dalam kamarnya.
Nadira mengompres kening Ken dengan lembut, "Apa yang terjadi sama Dokter Ken, Dok?" Tanya Nadira sambil mengompres kening Ken.
"Biasa maagnya kumat dan sepertinya tadi dia mandi pakai air dingin," sahut Thomas yang sudah terbiasa menangani Ken.
Mata Ken terus memindai wajah Nadira dari dekat, tanpa disadari Ken, ada seulas senyum yang berkembang di bibirnya.
"Hmm, kalian semua mau gue belikan nasi apa?" Tanya Thomas memecah keheningan dan menghancurkan senyuman yang berkembang dari bibir Ken, dan membuat Nadira berdiri hendak membawa uang.
"Bawa ATM gue!" Seru Ken tanpa basa basi.
"Dan tolong sekalian beli obat buat gue Thom," titah Ken, sambil mengulurkan ATM pada Thomas, dengan muka Thomas yang menahan amarah menghampiri Ken, dengan mulut yang terbuka hendak berbicara.
"Suruh siapa lo hancurin rasa happy gue," Bisik Ken tepat terdengar oleh Thomas dengan senyuman liciknya.
"Saudara kurang ajar, ga tau terimakasih, gue tolong lo dengan izin tidur di kasur Nadira, tapi malah bilang gue Thom!, lihat saja bakal gue kasih sambal sebaskom masuk semua dalam nasi lo, dasar Patrick," ejek Thomas.
"Saudara kurang ajar lo mau bunuh gue?"
"Yup!" sela Thomas yang masih emosi.
"Puas lo!, hmm Ok sorry Edisi Thom yang terbatas, eh maksud gue Thomas Edison." Ken sambil terkekeh melihat mata nyalang sahabat plus saudaranya itu.
Bersambung...