NovelToon NovelToon
Jebakan Satu Malam Bersama CEO

Jebakan Satu Malam Bersama CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / One Night Stand / Cinta Terlarang / Fantasi Wanita / Bad Boy / Trauma masa lalu
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Yourhendr

Ketika Liora terjebak dalam malam penuh kesialan, ia tak pernah menyangka hidupnya akan berubah selamanya setelah bertemu Felix Dawson, Sang CEO yang dingin sekaligus memikat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yourhendr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menggoda

Liora tak pernah mengira kalau akan memiliki hubungan dengan Felix Dawson—CEO baru di tempat Liora bekerja. Entah hubungan ini dinamakan apa. Liora tak mengerti. Ya, wanita itu sangat nekat menjalin hubungan yang rumit di saat dirinya yang masih proses move on dari mantan kekasihnya.

Liora tak pernah berniat menjadikan Felix pelampiasan, tapi hadirnya Felix seakan memberikan warna yang baru di hidupnya yang sudah gelap gulita akibat patah hati. Liora memilih untuk melangkah maju, tanpa mau peduli akan apa pun.

Hidup Liora sudah penuh dengan lika liku. Jika dirinya terlalu pusing tentang kerumitan hidupnya, maka tentu kerumitan hidupnya tak akan pernah bisa berakhir.

 Hidup yang rumit, akan lebih mudah kalau orang yang menjalani mengikuti alur kehidupan, seperti aliran sungai yang mengalir.

“Liora, kau dari mana saja? Kenapa datang ke kantor jam segini? Kau terlambat lima belas menit,” seru Rose menatap kesal Liora yang baru saja keluar dari lift.

 Hari ini, Liora datang terlambat. Beruntung saja Direktur sedang tak ada di tempat. Jadi Liora aman, tak mendapatkan masalah.

“Maaf, aku bangun terlambat. Kemarin aku sedang kurang enak badan.” Liora masuk ke dalam ruang kerjanya. Refleks, Rose melangkah sedikit mengikuti Liora dengan langkah kaki yang sedikit terburu-buru.

“Kau sakit?” tanya Rose khawatir.

Liora duduk di kursi kerjanya. “Aku hanya kelelahan saja. Kau tidak usah khawatir,” jawabnya berdusta. 

Liora tersenyum menampilkan wajah yang cukup senang. Terpaksa, Liora harus berdusta mengatakan dirinya kelelahan. Pasalnya tak mungkin dia menceritakan tentang hubungannya dengan Felix. Liora belum siap bercerita pada Rose.

Rose menarik kursinya, duduk di hadapan Liora. “Kau lelah karena bekerja dan mengurus pernikahanmu dengan Kevin?” tanyanya ingin tahu.

Liora mengambil gelas berisikan air putih di hadapannya, dan meminum perlahan. “Aku dan Kevin sudah berpisah. Kami batal menikah.”

“What? Berpisah? Bagaimana bisa? Lalu kapan kau berpisah dengan Kevin?” Mata Rose melebar terkejut, saat mendengar apa yang Liora katakan.

“Kevin memilih wanita yang lebih hebat dariku. Aku sengaja menyembunyikan ini, karena aku malas membahas tentangnya,” jawab Liora datar.

Akhirnya, Liora memilih untuk memberi tahu tentang Kevin pada Rose. Pasalnya, jika Liora hanya diam, maka pasti Rose akan terus menerus menanyakan sejauh mana persiapan pernikahannya dengan Kevin.

Hal yang paling Liora sesali dalam hidupnya adalah terlalu bahagia dan bersemangat, ketika dilamar oleh Kevin. Saat itu, Liora bercerita pada Rose kalau dirinya dilamar oleh Kevin.

Liora terlalu naif berpikir kalau Kevin akan menjadi satu-satunya pria dalam hidupnya. Sampai sepanjang hari selalu menceritakan kebaikan Kevin, dan kesempurnaan Kevin. Sayangnya, kesempurnaan itu untuk menutupi kebusukannya.

Rose nyaris tak mampu berkata-kata mendengar apa yang Liora katakan padanya. “Kau sedang tidak bercanda ‘kan, Liora? Bukankah kau dan Kevin—”

“Sudah menjalani hubungan bertahun-tahun?” Liora langsung memotong ucapan Rose.

Rose mengangguk cepat. “Ya, kau dan Kevin sudah menjalin hubungan bertahun-tahun. Rasanya tidak mungkin kalau Kevin melakukan itu padamu. Kau sendiri yang bilang padaku kalau Kevin sangat mencintaimu.”

Rose dibuat bingung luar biasa oleh Liora. Yang Rose tahu bahwa Kevin adalah sosok pria yang sangat mencintai temannya itu. Rose mengetahui ini, karena dulu dia kerap melihat Kevin memperlakukan Liora layaknya Ratu. Terlebih Liora dan Kevin sudah menjalin hubungan bertahun-tahun. Jadi wajar saja kalau sekarang Rose nyaris tak percaya dengan apa yang Liora katakan padanya.

Liora meletakkan gelas yang dia pegang ke atas meja. “Aku salah memahami akan teori cinta. Kenyataannya Kevin lebih memilih wanita yang jauh lebih sempurna dariku. Dan, ya, sudah waktunya aku move on. Aku harus menutup buku lamaku, dan membuka buku baru kehidupanku. Lagi pula, yang menikah saja bisa bercerai apalagi aku yang hanya sebatas berpacaran dengannya?”

Rose terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh Liora. Selama ini, Liora bukanlah pembual. Rose lihat dari mata temannya itu adalah sebuah kejujuran. Sama sekali tak ada kebohongan sama sekali di sana.

“Liora, kau sangat berharga. Kau sempurna di mata pria yang tepat. Lupakan saja si brengsek itu. Dia bukan pria yang tepat untukmu. Kalau aku bertemu dengannya, aku bersumpah akan memenggal kepalanya.” Napas Rose memburu kala mengatakan itu. Tangannya mengepal kuat. Sorot mata penuh emosi membakar.

Liora tersenyum samar. “Tenanglah, aku sudah benar-benar move on.”

Rose menatap Liora serius. “Kau sudah move on? Kenapa bisa secepat itu? Apa kau sudah menemukan sosok pria yang baru?” serunya.

“Move on bukan artinya aku sudah mendapatkan yang baru, Rose. Move on artinya, aku sudah belajar menikmati kehidupanku,” jawab Liora berusaha untuk tetap tersenyum. Wanita itu tak mau kelepasan bicara dengan Rose tentang dirinya memiliki hubungan khusus dengan Felix..

Rise mengangguk paham. “Alright, kau benar. Move on bisa diartikan dengan sudah belajar menikmati kehidupan. Lagi pula kau santai saja. Kau cantik dan pintar. Pasti banyak pria yang mengantri mendapatkan cintamu.”

Liora kembali tersenyum, dan memilih untuk tak menjawab dengan perkataan lagi. Ada rasa bersalah karena dirinya harus menutupi hubungannya dengan Felix. Tapi ini adalah jalan yang terbaik.

Waktu menunjukkan pukul dua belas siang. Liora masih tetap berada di ruang kerjanya berkutat pada pekerjaannya. Dia belum makan siang, karena masih ada beberapa pekerjaan yang harus dilakukan.

Hari ini, Felix datang terlambat ke kantor karena paginya dia memiliki meeting di luar. Liora sudah mengetahui ini, karena kemarin Felix bercerita padanya. Tentu, Liora sedikit lega tak melihat Felix di pagi hari. Pasalnya, Liora takut kalau dirinya akan salah tingkah saat melihat Felix.

“Liora, apa kau tidak mau makan siang bersamaku?” Rise menatap Liora yang sibuk bekerja..

“Tunggu sebentar, Rose.” Liora masih berkutat pada laptopnya.

“Liora, come on. Aku sudah lapar sekali. Ini sudah waktunya jam makan siang. Tinggalkan saj pekerjaanmu. Nanti setelah makan siang, kau bisa kembali melanjutkan pekerjaanmu,” kata Rose membujuk Liora. Raut wajahnya nampak sangat kesal akibat Liora terlalu lama.

“Baiklah.” Liora menutup laptopnya, lalu dia mengambil dompet dan ponselnya, melangkah menghampiri Rose. “Let's go.”

Rose mengangguk. Kemudian, dia dan Liora hendak menuju lift karyawan, tapi saat baru saja Liora dan Rose menuju lift, langkah mereka terhenti ketika berpapasan dengan Felix yang baru saja datang.

Tampak Liora sedikit gugup dan salah tingkah saat melihat Felix. Namun, Liora tetap berusaha untuk tenang agar tak dicurigai oleh Rose.

“Selamat siang, Tuan Dawson,” sapa Rose sopan.

Felix mengangguk singkat merespons ucapan Rose, lalu menatap Liora yang nampak menghindar darinya.

“Liora, tolong ke ruang kerjaku sekarang. Ada beberapa hal yang ingin aku tanyakan padamu.”

Liora terkejut. “S-sekarang, Tuan?”

Felix kembali mengangguk. “Ya, sekarang. Cepat segera temui aku.” Lalu, Felix melangkah pergi meninggalkan Liora dan Rose.

Liora nyaris tak mampu berkata-kata. Ini jam makan siang. Kenapa malah Felix memintanya untuk ke ruang kerja pria itu? Astaga, Liora takut sekali kalau sampai ada yang mencurigainya.

Rose mendesah panjang. “Liora, segeralah temui Tuan Dawson. Beliau bisa marah kalau kau lama menemuinya. Nanti aku makan siang sendiri. Ah, apa kau ingin menitip makanan? Aku akan membelikanmu makanan, jika kau mau.”

Liora menatap Rose. “Tidak usah, Rose. Aku akan meminta tolong office boy untuk membelikanku makanan. Kau nikmati saja makan siangmu.”

Rose mengangguk samar. “Alright, aku duluan. Hubungi aku jika kau membutuhkan sesuatu.”

Liora tersenyum. “Iya, thanks.”

Lalu, Rose masuk ke dalam lift karyawan. Sedangkan Liora menuju ke ruang kerja Felix. Sepanjang perjalanan Liora menuju ke ruang kerja Felix, tatapan Liora melihat ke sekitar memastikan bahwa tak ada siapa pun di sana. Tepat ketika wanita itu yakin bahwa tak ada siapa pun, dia segera mempercepat langkahnya menemui Felix.

Di depan ruang kerja Felix, Liora mengetuk pintu, dan tanpa menunggu lama, Felix sudah memintanya untuk masuk ke dalam. Lior menurut, masuk ke dalam ruang kerja pria itu.

“Felix, ada apa?” Liora menatap Felix yang duduk di kursi kerjanya.

“Mendekatlah.” Felix membalas tatapan Liora.

Liora melangkah mendekat. “Kau ingin tanya apa, Felix?” tanyanya.

“Lebih dekat, Liora. Kau bicara denganku terlalu jauh,” ucap Felix datar.

Liora mendecakkan lidahnya pelan. Lalu, dia melangkah mendekat ke samping Felix. Tiba-tiba, tangan Felix menarik tangan Liora, hingga membuat Liora terduduk di pangkuan Felix. Raut wajah Liora pun terkejut akan tindakan yang dilakukan oleh Felix.

“Felix, apa yang kau lakukan? Ini di kantor.” Liora ingin bangkit berdiri, tapi Felix melingkarkan tangannya memeluk erat pinggang Liora. Felix sama sekali tak mengizinkan Liora pergi dari pangkuannya.

“Aku merindukanmu. Biarkan seperti ini.” Felix membenamkan wajahnya di leher Liora, menghirup parfum lembut milik Liora.

Liora menghela napas dalam. “Felix, tadi malam kita sudah bersama.”

“Tapi aku masih tetap merindukanmu.” Felix mengecupi dada Liora.

Liora tersenyum sambil memukul lengan kekar Felix. “Jadi kau memanggilku hanya karena mengatakan itu?”

Felix menatap Liora. “Tidak hanya itu saja, tapi aku juga ingin mengajakmu makan siang bersama.”

“Hm? Kau ingin mengajakku makan siang bersama? Tapi ini di kantor, Felix. Nanti ada yang lihat,” kata Liora mencegah niat Felix.

Felix mengecup bibir Liora. “Aku sudah meminta asistenku untuk mengantarkan makan siang untuk kita ke ruang kerjaku.”

“Apa? Kau meminta asistenmu ke sini? Maksudmu, asistenmu tahu tentang kita?” ujar Liora yang terkejut.

Felix mengangkat bahunya tak acuh. “Mungkin saja dia tahu. Memangnya kenapa? Asisten pribadiku tidak mungkin membocorkan urusan pribadiku.”

“Felix, tapi—”

“Tuan.” Elvano masuk ke dalam ruang kerja Felix, membuat Liora menghentikan ucapannya.

Liora sedikit panik mengetahui asisten pribadi Felix melihatnya duduk di pangkuan Felix. Oh, astaga ini benar-benar sangat memalukan. Rasanya, Liora tak memiliki wajah lagi. Sialnya, Liora tak bisa bangkit berdiri dari pangkuan Felix. Sudah berkali-kali Liora berusaha bangkit dari pangkuan Felix, tapi tak bisa, karena Dante memeluk begitu erat pinggangnya.

“Letakan makanannya di meja,” ucap Felix dingin dengan raut wajah tanpa ekspresi.

“Baik, Tuan.” Elvano patuh dan meletakkan makanan yang sudah dia beli ke atas meja.

“Tuan, apa ada lagi yang Anda butuhkan?” tanya Elvano memastikan.

“Tidak. Kau boleh pergi sekarang,” jawab Felix.

Elvano menundukkan kepalanya, lalu pamit undur diri dari hadapan Felix.

“Felix! Kau ini menyebalkan sekali!” Liora memukul dada bidang Felix, saat Elvano sudah pergi. Sejak tadi, Liora menunduk malu. Bagaimana tidak? Liora tetaplah karyawan Felix. Jadi wajar kalau Liora malu.

Sekalipun Elvano tak akan memberi tahu siapa pun, tetap saja Liora malu.

Felix menarik dagu Liora, melumat bibir wanita itu. “Sekarang lebih baik kita makan. Tidak baik terus mengomel.”

Liora mendengkus pelan. “Bagaimana kita bisa makan kalau kau tidak mau melepasku.”

“Kau akan makan sambil duduk di pangkuanku, Liora.”

“Nanti kau sulit untuk makan, kalau aku duduk di pangkuanmu, Felix.”

“Tidak masalah. Kau bisa menyuapiku.”

Liora menatap Felix kesal. Pria di depannya ini menyebalkan. Tapi, tindakan Felix membuat hati Liora berdetak tak karuan seperti ini melompat dari tempatnya.

“Ayo, suapi aku, Liora,” pinta Felix.

Liora memukul lengan kekar Felix. “Kau ini sudah tua, tapi masih seperti anak kecil.”

Felix tersenyum samar. “Bertindak seperti anak kecil padamu, bukanlah sebuah kesalahan. Malah bukankah itu baik?”

Pipi Liora sedikit tersipu. Wanita itu kini membuka makanan dan mulai menyuapi Felix bergantian dengan menyuapi dirinya sendiri. Terlihat Felix tersenyum setiap kali Liora menyuapinya.

Felix mendekatkan bibirnya ke telinga Liora. “Besok adalah akhir pekan. Malam ini, aku akan ke apartemenmu.”

Liora menatap Felix sambil membelai rahang pria itu. “Jangan macam-macam, oke? Tadi malam kau sudah meminta banyak.”

Felix terkekeh rendah. Pria itu mencium bibir Liora sambil menyelipkan tangannya ke dress Liora, mencubit puncak dada wanita itu. “Kau tahu jawaban dari ucapanmu itu.”

“Ah, Felix. Jangan dicubit,” ringis Liora sakit dan bercampur desahan.

“Sakit?” Felix mencium leher Liora.

Liora mengangguk seraya menggigit bibir bawahnya.

“Kalau seperti ini?” Jemari Felix mengusap lembut puncak dada Liora.

“Ah,” desah Liora merasakan geli dan nikmat.

Felix tersenyum sambil menggigit telinga Liora pelan, dan berbisik serak, “Kau tahu? Aku sangat menyukai desahanmu.”

Pipi Liora tersipu malu mendengar ucapan Felix.

1
🦋™Chanzi®🦋
Aku mampir kak.
mampir karna nama PM sama kayak nama di cs aku Felix & Leora (Saudara kandung)/Sob//Sob/
lah disini malah nikah
bububbb
semangat kakak🥰
Piwpiwputri Pubg
BANTU RAMAIKAN NOVEL BARU AKU YUK 🫶
bububbb
keren banget kak...
kinggg
semangat thor
Yourhendr
bikin hati deg deg an, tunggu episode selanjutnya.!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!