"Hai ganteng, malam ini, mau bermalam bersamaku?"
~ Keira ~
"Kau tidak akan menyesalinya kan, little girl?"
~ Reynald ~
**********
Demi bisa menghadiri pesta ulang tahun pacarnya di sebuah klub malam, Keira nekat mencari cara untuk kabur dari pengawasan Raka, sang kakak yang overprotektif, dengan bantuan sahabatnya, Selina. Namun, sesampainya di sana, betapa terkejutnya ia saat mendengar bahwa Dion, kekasih yang selama ini ia sembunyikan dari sang kakak, justru malah menghina Keira di depan teman-temannya.
Hatinya hancur. Di tengah rasa sakit dan kekecewaan, Keira bersumpah akan mencari laki-laki lain yang jauh lebih tampan dan mempesona dari Dion. Saat itulah ia bertemu dengan sosok pria asing yang sangat tampan di klub. Mengira pria itu seorang host club, Keira tanpa ragu mengajaknya berciuman dan menghabiskan malam bersama.
Namun, keesokan harinya, Keira baru menyadari kalau pria yang bersamanya semalam ternyata adalah Reynald, teman dekat kakaknya sendiri!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Perasaan Terpendam
Mau tak mau, meskipun dengan sangat amat terpaksa, Keira tetap menuruti ucapan sang kakak. Karena kalau tidak, bisa-bisa kakaknya itu akan mengomel-omel panjang lebar kali tinggi padanya.
Lagipula Keira juga heran. Tiap kali dia membantah sang kakak atau berusaha berbohong padanya, pasti ada saja kejadian yang tidak mengenakkan menimpanya. Terakhir kali kejadiannya ya kemarin malam, saat ia menipu sang kakak dengan pergi ke klub. Dia malah berakhir mengetahui kebusukan Dion dan tidur dengan Reynald, si pria ganteng brengsek ini.
Saat mereka berdua sudah berada di halaman rumah, Keira langsung membuka pintu belakang mobil Reynald. Hal itu membuat Reynald langsung menahan pintu.
"Mau apa?" Tanyanya dengan tatapan heran.
Keira menatap pria itu sebal. "Ya masuk mobil lah. Katanya Lo mau nganterin gue!"
"Ya nggak duduk di belakang juga kali, emangnya Lo pikir Gue itu supir?"
"Ya emangnya bukan?" sahut Keira cuek.
Reynald hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan Keira. Ia kemudian membuka pintu mobil untuk penumpang bagian depan.
"Lo duduk di sini, temenin gue,"
"Nggak," Keira tetap bersikeras. "Gue mau duduk di belakang aja,"
Reynald menghela napas panjang. Dasar bocil kepala batu, batinnya. Tapi kemudian dia punya ide di kepalanya.
Reynald dengan sengaja melangkah mendekat ke Keira, sehingga membuat gadis itu mau tak mau harus mundur. Tapi karena belakangnya adalah mobil, maka Keira tidak bisa mundur lagi. Sehingga tubuh mereka pun menempel.
"Ma-mau apa?" Tanya Keira dengan nada gugup.
Reynald lagi-lagi menunjukkan senyum tipis khasnya. "Boleh aja kalau Lo tetep mau duduk di belakang. Tapi, gue nggak jamin kita bakal berangkat ke kampus hari ini,"
Dahi Keira mengernyit. "Maksudnya?"
Reynald mengelus dagu Keira. "Pernah dengar mobil goyang?"
Keira terbelalak. Buru-buru didorongnya tubuh pria itu. "Dasar mesum!" serunya kesal, tapi kemudian ia pergi ke bangku penumpang yang ada di depan. Reynald hanya terkekeh, mudah sekali baginya menggoda Keira.
Keira masuk ke dalam mobil sambil bersungut-sungut. Kesal sekali rasanya pagi-pagi harus berhadapan dengan pria ganteng menyebalkan itu.
"Jangan lupa pakai sabuk pengamannya," Ujar Reynald saat dirinya sudah masuk mobil. Tapi Keira tak bergeming. Ia hanya diam sambil melipat tangan di dada dan menatap lurus ke depan.
Reynald hanya bisa tersenyum melihat Keira yang ngambek. "Apa mau gue pakein?"
Keira langsung menoleh ke Reynald dengan tatapan mengancam. Reynald hanya mengangkat bahu. "Itu kan buat keselamatan Lo juga, little girl,"
Keira lagi-lagi mendengus. Tapi kemudian ia menarik sabuk pengaman dan memakainya. "Udah tuh, puas?"
"Good girl," Reynald tersenyum puas, lalu dihidupkannya mesin dan mobil pun meluncur pergi dari halaman rumah besar itu.
...----------------...
Sepanjang perjalanan, Keira diam seribu bahasa.
Reynald pikir gadis itu masih marah padanya, jadi ia membiarkan saja. Tapi suatu waktu saat ia menoleh ke arah Keira, Reynald baru menyadari kalau mata gadis itu terpejam. Reynald buru-buru menepikan mobilnya di pinggir jalan yang sepi.
"Little Girl," Reynald mencoba memanggil gadis itu. Tak ada jawaban, hanya dengkur halusnya yang terdengar. Reynald langsung menahan tawa.
"Astaga, bisa-bisanya Lo ketiduran?" Reynald melepaskan sabuk pengamannya, lalu mencondongkan tubuhnya mendekati Keira. "Bukannya tadi Lo marah sama Gue? Lo nggak takut apa Gue ngapa-ngapain Lo waktu Lo lagi tidur?" Reynald berkata sambil mengelus-elus wajah Keira. Selama beberapa lama, pria itu hanya terdiam sambil menatap wajah gadisnya itu.
"Cantik, gemesin," Gumamnya kemudian. "Kecuali kalau lagi ngomel," lanjutnya lagi sambil terkikik sendiri.
"Tapi, Lo tetep imut seperti dulu," Gumamnya lagi sambil tersenyum lebar.
Melihat Keira membuat Reynald teringat dengan pertemuan pertama mereka beberapa tahun lalu. Saat SMA, Reynald berkenalan dengan Raka, yang akhirnya menjadi sahabat terdekatnya. Ada hari saat Reynald harus menjalani hari-hari yang berat karena ibunya meninggal dunia dan ayahnya menikah lagi. Pada saat itulah Raka membantunya dan menawarkan untuk tinggal sementara di rumahnya. Di sanalah Reynald bertemu dengan seorang gadis kecil yang dikenalkan sebagai Keira, adik Raka.
"Kakak kenapa nangis?"
Reynald masih ingat ketika dirinya sedang duduk di halaman belakang rumah Raka dan diam-diam menangis karena merindukan sang ibu. Lalu Keira, si gadis kecil itu menghampiri dengan muka polosnya.
Reynald hanya tersenyum tipis, tidak terlalu menanggapi pertanyaan Keira kecil. Karena pikirnya, bocah itu pasti cuma kepo saja seperti anak kecil pada umumnya. Jadi ia mengabaikannya.
"Kenapa Kak? Ada yang sakit?" Tanya Keira kecil lagi.
Reynald tersenyum tipis dan mengangguk. "Iya," Katanya sekedarnya.
Keira kecil terdiam lama, seperti memikirkan sesuatu. Kemudian gadis itu pergi meninggalkan Reynald.
Setelah Keira pergi, Reynald menghela napas lega. Akhirnya tidak ada yang mengganggu lagi, begitu pikirnya. Jadi ia kembali menangis. Tapi tanpa diduga, beberapa saat kemudian Keira kecil kembali dengan membawa kotak besar.
Reynald menatap gadis kecil itu dengan heran. Keira tampak kesusahan membawa kotak yang jauh lebih besar dari badannya itu.
"Bagian mana yang sakit kak?" Tanya Keira sambil membuka kotak itu, yang ternyata isinya adalah obat-obatan.
Reynald kebingungan dengan apa yang akan dilakukan gadis itu. Tapi wajahnya yang polos itu membuat Reynald berkata dengan jujur.
"Di sini," Kata Reynald sambil menunjuk dadanya sendiri.
"Hm..." Keira kecil mengangkat tangannya, menempelkan jari ke dagu sambil menatap ke arah kotak. Keningnya sedikit berkerut, seolah tengah berpikir keras.
Setelah beberapa lama, Keira kemudian mengambil sesuatu di dalam kotak itu. Selama itu Reynald hanya bisa memperhatikan dalam diam, sibuk menebak-nebak apa yang akan dilakukan gadis kecil itu.
"Ini Kak," Keira lalu mengulurkan sebotol obat merah dan plester. "Coba diobatin dulu pakai ini,"
Reynald mengangkat alis. Apa dia pikir luka di hati bisa di obatin pake plester?
Tapi karena tak enak hati dengan Keira yang sudah susah payah mencarikan obat untuknya, Reynald pun menerima benda-benda itu. "Terimakasih," Katanya sambil tersenyum.
"Sama-sama. Semoga cepat sembuh ya Kak. Kakak jangan nangis lagi ya. Muka kakak ganteng soalnya, nanti kalau kebanyakan nangis jadi jelek kaya Kak Raka,"
Reynald terbelalak, lalu seketika tawanya pecah. "Buahahaha!!!"
Keira kecil mengerutkan dahi, bingung. "Kakak kenapa ketawa?"
"Heh bocil, kamu sadar tidak tadi sudah ngatain kakakmu sendiri jelek? kalau dia denger, nanti kamu dimarahin loh," Reynald menakut-nakuti sambil masih tertawa.
"Ih, emang Kak Raka itu jelek kok. Aku nggak suka sama dia. Sukanya marah-marah terus. Bikin kesel," Keira kecil berkata sambil mengerucutkan bibir.
"Jadi, karena aku ganteng, kamu suka?"
"Iya," Keira kecil mengangguk. "Kakak juga nggak suka marah-marah. Kakak mau nggak jadi kakak aku?"
"Terus nanti Kakakmu gimana?"
"Aku taruh aja di panti asuhan,"
"Hahahahahaha!" Tawa Reynald kembali meledak. "Parah banget sih kamu, cil!"
Keira kecil nyengir, menunjukkan giginya yang ompong satu. "Kakak udah ketawa, berarti Kakak udah sembuh ya,"
Tawa Reynald mereda. Ia baru sadar kalau dia baru saja tertawa dengan lepas. Padahal, entah sudah berapa lama ia tak tertawa selepas ini semenjak ibunya sakit parah.
"Iya, sepertinya begitu," Reynald tersenyum sambil menatap Keira kecil. "Ini semua berkat kamu. Terima kasih ya Bu Dokter,"
"Yey!" Keira mengangkat tangannya senang. "Aku berhasil!"
Reynald lagi-lagi tertawa. Bocah ini lucu sekali, batinnya.
Setelah pertemuan itu, Reynald masih sering menginap di rumah Raka. Hingga kemudian ayahnya menyuruhnya ke luar negeri dan mereka pun terpisah.
Namun, selama kepergiannya, tak pernah satu hari pun terlewati bagi Reynald untuk tidak memantau kabar Keira. Setiap kali Raka memposting foto atau video bersama sang adik, Reynald menyimpannya sebagai kenang-kenangan. Pada saat itu, Reynald berpikir kalau ia menyayangi Keira sebagai adiknya saja, sama seperti Raka. Tapi semuanya berubah saat ia melihat foto Keira saat sudah SMA.
Gadis itu tumbuh menjadi sangat cantik. Dan senyumannya masih sama cerahnya seperti dulu. Tiba-tiba, Reynald merasakan ada perasaan asing yang hinggap di hatinya. Seperti rasa ketertarikan dan ingin memiliki, tapi bukan sebagai adik.
Maka, saat pertemuan mereka di klub waktu itu, Reynald mulai memantapkan hati. Dia ingin menjadikan Keira sebagai miliknya, sebagai satu-satunya wanita yang akan mendampinginya selamanya.
...----------------...
...Ternyata oh ternyata, ada yang diam-diam suka🤭...