Setelah enam tahun menjalani hubungan jarak jauh, Raka dan Viola kembali dipertemukan. Namun cinta tak selalu berjalan mulus, mereka harus menghadapi tantangan dan rintangan yang menguji kekuatan cinta mereka.
Apakah cinta mereka akan tetap kuat dan bertahan, ataukah jarak akan kembali memisahkan mereka selamanya?
"Nggak ada yang berubah. Love only for you, Viola. Hanya kamu..." ~Raka.
🍁🍁🍁
Novel ini merupakan Sequel dari novel yang berjudul 'Sumpah, I Love You'. Selamat menyimak dan jangan lupa tinggalkan jejak. 😇😇😇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajar Riyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 : LOFY
Raka menarik tubuhnya mundur kebelakang, menatap Viola sebentar sebelum menoleh ke arah sumber suara yang memanggil namanya.
Willy. Dia datang bersama dengan Alina dan Boy. Mereka datang karena diminta oleh Raka. Raka ingin memperkenalkan Viola pada ketiga temannya itu.
"Mereka teman-temanku." ucapnya pada Viola saat melihat ketiga temannya datang mendekat. Raka kembali menjaga jarak, berdiri di samping Viola.
"Oh ini bidadarinya Raka. Cantik, pantas Raka sampai tergila-gila." puji Alina, memberikan senyuman manisnya pada Viola.
"Vio, mereka semua temanku. Ada Alina, Willy dan Boy." ucap Raka memperkenalkan semua teman-temannya.
Mereka menyalami Viola satu persatu. Boy paling lama menjabat tangan Viola, membuat Raka terpaksa harus menarik tangan kekasihnya itu dari genggaman Boy.
"Jangan kelamaan, takutnya cewek gue kena rabies." canda Raka, yang mendengar ikut tertawa.
"Sialan Lo, Ka."
"Tenang Vi, Raka disini nggak macam-macam kok. Dia ini gila belajar dan gila kerja, nggak ada waktu buat mikirin cewek lain selain kamu." ucap Willy, setengah bercanda tapi ucapannya adalah benar.
Boy ikut menyahut, "Gimana mau mikirin cewek lain, bidadarinya aja secantik ini." Dia mengedikan kedua alisnya sembari tersenyum lebar. "Seandainya nanti kamu putus dari Raka, aku siap membuka hati kok, Vio."
Alina menepuk pundak Boy. "Dasar gatel! Playboy cap nona. Diputusin cewek aja ngadu ke gue sambil nangis. Eh sekarang masih sok-sokan mau godain cewek orang."
"Ish, buka kartu banget sih Lo Lin." desisnya sedikit kesal. "Minimal jangan buka kartu gue didepan cewek cantik dihadapan gue ini lah."
"Ihhh, sok kegantengan Lo." Alina menjulurkan lidah.
Mereka menertawakan kelakuan Boy dan Alina yang sudah seperti tom and jerry.
Dan disaat itu Raka mengunci pandangannya pada wajah Viola yang sedang tertawa bebas, seperti tanpa beban. Melihat gadisnya bisa kembali senang, itu sudah cukup membuatnya merasa tenang. "Aku akan berusaha untuk selalu menjaga tawa itu. Nggak akan aku biarkan tawa itu hilang dari wajah kamu, Vio."
"Ehh, Ka. Makan malam dulu yuk? Kalian belum makan malam kan?" tanya Willy.
Raka mengangguk, "Ditempat biasa aja ya, gue bawa mobil sendiri."
"Oke, sampai ketemu disana ya."
Mereka kembali ke mobil masing-masing, mengunjungi salah satu restoran mewah yang ada di kota London. Willy sampai lebih dulu bersama dengan yang lainnya, disusul Raka bersama Viola.
"Kalian mau pesan apa, guys?" tanya Willy saat seorang pelayan datang dengan membawa buku menu.
"Kayak biasa aja gue, Will." jawab Alina, menatap Willy yang sedang memegang buku menu ditangannya. "Ka, kamu mau pesan apa?" tanyanya pada Raka.
"Hehh... Kamu???" Viola sedikit terkejut, menoleh cepat ke arah Alina. "Alina manggil ke Boy dan Willy Lo Gue, tapi kok ke Raka..."
"Sama. Kayak biasa aja." jawab Raka, lalu menoleh ke arah Viola yang duduk di sampingnya. "Vio, kamu mau pesan apa?"
"Heehh..." Viola terkesiap kaget. "A-aku..."
"Mau pesan apa, Sayang?" tanyanya sekali lagi, nadanya terdengar lebih lembut.
Viola mengerjap pelan saat mendengar Raka memanggilnya dengan panggilan 'Sayang'. Kupu-kupu seperti bertebaran, ditambah dengan senyum menawan yang sedang Raka perlihatkan.
"K-kamu aja yang pesenin, aku nggak tahu soalnya makan yang enak disini." Viola menegakkan duduknya, terlihat sedikit canggung dan salah tingkah, apalagi saat melihat ketiga teman Raka senyum-senyum ke arah mereka berdua.
"Ciye... ciyee... bikin gigi gue kering aja sih, Ka." ledek Boy. "Biasanya Lo yang paling kayak kanebo kering, sekarang seperti kucing yang lagi pengin."
"Eh, pengin apa dulu?" tanya Willy, berpura-pura polos.
"Pengen makanlah. Tapi makan yang empuk-empuk gitu.. Ha-ha-ha.."
Ketika pesanan mereka sudah datang, mereka mulai menikmati fokus menikmati makanan mereka masing-masing. Ditengah makan, Viola kembali teringat dengan panggilan Alina pada Raka tadi.
Oh ada apa dengan mereka berdua? Tidak mungkinkan ada hubungan yang spesial antara Raka dan Alina?
Viola menoleh ke arah Raka yang sedang menikmati hidangan makanannya. Wajahnya terlihat santai dan biasa-biasanya. Hanya sesekali tersenyum saat mendengar kata-kata absurd yang keluar dari mulut Boy.
"Tenang Vio, cuma panggilan aku kamu saja. Nggak mungkinlah mereka ada apa-apa. Raka setia kok sama kamu!" Viola berusaha meyakinkan dirinya sendiri. Meskipun tidak bisa bohong, kalau pikiran-pikiran negatif itu tetap berkeliaran di isi kepalanya.
"Ka. Habis ini jadi mau ke kantor?" tanya Willy disela-sela makannya.
Raka menangguk, "Ya. Biar gue sama Vio aja, kalian nggak ikut nggak apa-apa."
"Eh tapi gue juga mau kesana kok. Ada barang gue yang ketingalan soalnya tadi sore." timpal Boy. "Apalagi sekarang ada Vio, betah gue ngikut kemana-mana juga."
"Yee, itu sih maunya Lo, ngerusuhin orang pacaran." celetuk Alina. "Kebanyakan modus sih Lo, makanya diputusin sama cewek-cewek Lo."
"Punya cewek tuh satu kayak Raka. Lah ini Lo selusin, udah kayak koleksi manekin." Willy ikut menimpali.
"Sialan Lo berdua, buka kartu gue didepan Viola lagi." lagaknya seolah tidak terima, lalu melempar pandangan ke arah Viola. "Jangan didengerin ya Vio, nasib orang ganteng ya begini. Banyak yang syirik."
Viola hanya menanggapi ucapan Boy dengan senyum, merasakan tangan Raka menyentuh tangannya yang ada di atas meja dan menggenggamnya.
"Mereka memang suka absurd kalau ngomong. Dengerin aja, tapi nggak usah terlalu ditanggapi." ucap Raka sembari tersenyum simpul. "Lanjut makannya, habis dari sini aku ajak kamu kekantor tempat aku kerja, buat lihat-lihat."
Viola mengangguk, melanjutkan lagi makannya.
...------...
Selesai makan malam mereka kembali ke mobil masing-masing dan pergi menuju bangunan tempat mereka bekerja. Raka menggandeng tangan Viola dan mengajaknya naik ke lantai tiga. Didepannya Boy dan Alina sudah berjalan lebih dulu didepan. Sementara Willy jalan paling belakang sambil memain-mainkan ponselnya.
"Aku kerja disini, bukan kantor besar tapi cukup untuk mengisi waktu luang." Raka menuntun Viola kearah sofa. "Duduk disini, aku ambilkan minum buat kamu."
Alina ikut duduk di samping Viola, sementara Willy langsung duduk di meja kerjanya dan mulai menyalakan layar laptopnya. Dalam satu ruangan itu memang ada empat meja kerja untuk mereka masing-masing.
"Ka, kesini bentar, ada yang mau gue tunjukkin." panggil Willy.
Setelah memberikan segelas air putih untuk Viola, Raka segera menghampiri Willy. Dia berdiri di samping kursi yang sedang Willy duduki, membungkukkan sedikit badannya dengan kedua tangan berpegangan pada sisi meja dan punggung kursi. Rautnya berubah serius, mengamati layar laptop dimana Willy sedang menunjukkan beberapa file.
"Raka memang selalu seperti itu kalau sudah berurusan dengan pekerjaan. Serius." Alina mendesah pelan, menyenderkan tubuhnya pada punggung sofa. "Tinggi, tampan, dan pintar."
Viola mengangguk pelan, mengamati wajah Raka yang terlihat sedang serius dalam bekerja, lalu mengarahkan gelas yang ada ditangannya ke bibirnya.
Alina tersenyum tipis, menatap Raka dengan intens. "Aku suka, dan pernah nembak Raka juga."
"Uuhhuukkk..."
...♥️♥️♥️...
.. padahal aku belum baca bagian ini.. tapi jawabanku sama persis kek Raka/Joyful/
tapi lebih ke Raka ingin mandiri dia Mak
berharap On
.covernya kelar juga akhirnya👏👏
aaah bapak nya Raka pasti ini...
pengen sleding si papa 😠😠😠😠😠
so sweet 😍😍😍😍