NovelToon NovelToon
Agent Khusus Yang Diceraikan Istrinya

Agent Khusus Yang Diceraikan Istrinya

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Anak Genius / Mengubah Takdir / Kebangkitan pecundang / Anak Lelaki/Pria Miskin / Penyelamat
Popularitas:539
Nilai: 5
Nama Author: Khusus Game

Yansya diceraikan istrinya karena dia miskin. Setelah menjadi agent khusus, akankah hidupnya berubah menjadi lebih baik? atau menjadi semakin buruk?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khusus Game, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kabur

Saat kepulan asap mulai menipis, para agen khusus segera bergerak maju dengan senapan terangkat. Akan tetapi, mereka hanya menemukan kekosongan karena Fabian sudah tidak ada di sana.

Mereka segera menyebar, memeriksa setiap sudut ruangan. Fabian sudah menghilang tanpa jejak.

"Dia lolos!" teriak salah satu agen dengan suara dipenuhi kekecewaan.

Lisa yang tergeletak di lantai segera dievakuasi, sementara tim lain terus mencari Fabian, meskipun harapan untuk menemukannya semakin menipis.

Yansya yang masih memantau dari jauh melihat Lisa diangkat oleh beberapa agen. Ada sedikit rasa cemas yang muncul di benaknya.

Namun, ia tahu Fabian jauh lebih berbahaya sehingga ia harus segera memikirkan langkah selanjutnya untuk menjebaknya lagi.

Dengan Fabian yang berhasil kabur dan Lisa yang tidak sadarkan diri, Yansya merasa beban misi ini kini sepenuhnya berada di pundaknya.

Ia tahu bahwa inilah saatnya untuk membuktikan diri lebih dari sekadar agen biasa, dan ambisinya untuk meraih posisi tertinggi semakin membara.

Apalagi melihat kondisi Lisa yang babak belur, rasa tidak nyaman itu menghinggapinya. Ia harus segera menemukan Fabian dan mengakhiri semua kekacauan ini.

Yansya segera meninggalkan meja kendali dan bergegas menyusul Lisa ke ruang medis karena ia ingin memastikan keadaan Lisa baik-baik saja.

Ia juga ingin melihat seberapa parah luka yang dialami Lisa akibat pertarungan melawan Fabian. Ia melihat Lisa sudah terbaring di ranjang.

Seorang medis sedang membersihkan luka di sudut bibirnya. Yansya mendekat dengan langkah ragu.

Hatinya dipenuhi perasaan campur aduk antara cemas dan sedikit penyesalan, karena ia membiarkan Lisa sendirian menghadapi bahaya.

Beberapa saat kemudian, kelopak mata Lisa perlahan terbuka. Ia mengerjap beberapa kali, mencoba menyesuaikan pandangannya dengan cahaya ruangan.

Kemudian ia merasakan ada sentuhan hangat di tangannya. Ketika ia menoleh ke samping, ia mendapati Yansya sedang duduk di samping ranjangnya.

Yansya menatapnya dengan tatapan khawatir sambil menggenggam tangannya erat. Lisa tidak menyangka Yansya akan menemaninya di sana.

Tidak lama setelah itu, pintu ruang medis terbuka, dan Kepala Direktur Bram muncul di ambang pintu.

Ia diikuti oleh delapan ketua tim lainnya, ada Arjuna dari Tim Harimau, Dewi dari Tim Elang, Bima dari Tim Serigala, Citra dari Tim Naga, Danu dari Tim Beruang, Edo dari Tim Falcon, Farah dari Tim Panther, dan Galih dari Tim Cobra.

Mereka semua tampak prihatin dan segera menghampiri ranjang.

"Lisa, bagaimana keadaanmu? Kami sangat khawatir," ucap Kepala Direktur Bram dengan nada suara berat.

Ia kemudian menghela napas panjang, "Sungguh, saya tidak menyangka Fabian bisa berkhianat seperti ini, padahal kami semua sangat memercayainya, bahkan ia kami gadang-gadang bisa menggantikan posisi saya di masa depan."

Beberapa ketua tim lain mengangguk setuju. Raut kekecewaan terlihat jelas di wajah mereka.

Kepala Direktur Bram kemudian memandang sekeliling ruangan, menatap satu per satu ketua tim yang hadir dengan raut wajah serius.

Ia tahu bahwa posisi ketua tim yang ditinggalkan Fabian kini kosong.

Mereka sangat membutuhkan sosok yang mampu mengisi kekosongan itu. Seseorang yang tidak hanya kompeten tetapi juga memiliki integritas tinggi.

Itu adalah tantangan besar bagi organisasi ini. Mereka harus memilih pengganti yang tepat agar tidak ada lagi kejadian seperti Fabian.

Setelah mengamati sekeliling, tatapan Kepala Direktur Bram akhirnya berhenti pada Yansya yang masih setia menggenggam tangan Lisa.

Seulas senyum tipis terukir di wajahnya karena ia tahu Yansya adalah sosok yang dicari.

Mendengar semua rumor tentang bakat Yansya yang sudah diakui banyak orang, Kepala Direktur Bram tidak meragukan kemampuannya.

Hanya saja ia juga tahu tentang sikap Yansya yang cenderung santai dan kadang provokatif. Itu menjadi pertimbangan tersendiri bagi Kepala Direktur Bram untuk posisi sepenting itu.

Merasa dirinya diperhatikan, Yansya mendongok dan menatap langsung ke arah Kepala Direktur Bram dengan sorot mata penuh percaya diri.

Meskipun satu tangannya masih menggenggam erat tangan Lisa yang terbaring lemah, ia tahu ini adalah kesempatannya untuk meraih ambisi pribadinya.

Lalu Yansya berkata dengan suara lantang, "Saya akan mengisi kekosongan itu, Kepala Direktur. Saya akan buktikan bahwa saya mampu membawa tim ini menjadi yang terbaik dan mengalahkan Fabian."

Ucapan Yansya yang tegas dan penuh keyakinan itu sontak membuat suasana di ruangan medis menjadi hening. Semua mata tertuju padanya.

Termasuk tatapan kaget dari para ketua tim yang lain. Kepala Direktur Bram mengangkat satu alisnya, lalu ia menyunggingkan senyum tipis yang penuh makna.

Ia tidak menyangka Yansya akan seberani itu, tetapi ia juga melihat potensi besar dalam diri Yansya. Ini adalah tantangan yang menarik.

Para ketua tim lain saling berpandangan. Beberapa terlihat skeptis dengan keberanian Yansya, sementara yang lain tampak sedikit terkesan.

Mungkin saja ini adalah awal dari persaingan baru yang jauh lebih menarik.

Lisa yang mendengar pernyataan Yansya, meskipun tubuhnya masih terasa lemas, secara perlahan menoleh ke arahnya.

Sorot matanya yang awalnya sayu kini memancarkan keterkejutan, bercampur sedikit kekaguman.

Ia tidak menyangka Yansya akan mengambil kesempatan itu secepat ini, apalagi di hadapan Kepala Direktur Bram dan para ketua tim lainnya.

Kepala Direktur Bram mengangguk kecil, menyetujui pernyataan Yansya. Ia berkata, "Baik, Yansya. Saya akan memantau bagaimana kamu bisa membuktikan kemampuanmu."

Mendengar persetujuan dari Kepala Direktur Bram, lekuk senyum kemenangan Yansya semakin lebar.

Ia tahu ini adalah titik balik dalam kariernya dan juga kesempatan emas untuk mencapai semua ambisinya.

Meskipun ia tahu perjalanan ini tidak akan mudah, Yansya siap menghadapi setiap tantangan demi membuktikan dirinya.

Apalagi ia ingin segera menunjukkan kepada Lisa bahwa ia adalah pria yang pantas untuknya, bukan hanya dalam misi tetapi juga dalam urusan pribadi.

Lisa mengalihkan pandangannya dari Yansya ke Kepala Direktur Bram. Ada kerutan samar di dahinya.

Ia ingin mengatakan sesuatu, tetapi suaranya belum cukup kuat untuk keluar. Hanya tatapan penuh tanda tanya yang terpancar dari matanya.

Ia tidak yakin apakah keputusan Yansya ini akan membawa kebaikan atau malah menambah masalah baru.

Suasana di ruangan medis itu mendadak terasa lebih hidup, meskipun ketegangan masih menyelimuti.

Kini ada janji baru yang mengudara. Janji yang diucapkan Yansya dengan penuh percaya diri.

Itu jelas menarik perhatian semua orang yang ada di sana. Bahkan para ketua tim yang tadinya skeptis mulai terlihat memikirkan kembali pandangan mereka terhadap Yansya.

Ini adalah awal dari babak baru yang penuh dinamika.

Tiba-tiba, Lisa berhasil mengumpulkan sisa tenaganya, dan dengan suara serak yang masih terdengar lemah, ia berkata, "Yakin kamu bisa, Yansya? Jangan sampai seperti tadi, yang hanya bisa menonton dari jauh sementara aku babak belur."

Bibirnya menarik sudut tipisnya, meski ada nada mengejek. Tatapannya ke arah Yansya menunjukkan campuran lelah dan sedikit geli, seolah ia masih tidak percaya dengan keberanian Yansya.

Yansya terkekeh pelan. Ia menatap Lisa dengan mata berbinar, sama sekali tidak terpengaruh oleh ejekan itu.

Lalu ia menjawab santai, "Tentu saja, Nona. Bukankah kamu yang memintaku untuk tetap mengamati, aku hanya menjalankan perintah."

Ia menekan kata 'mengamati' seolah ingin menegaskan sesuatu. "Lagipula, aku tidak ingin mengganggu pertunjukanmu yang begitu dramatis tadi."

Kepala Direktur Bram, yang menyadari adanya percikan asmara yang terpancar di antara Yansya dan Lisa, hanya tersenyum samar.

Ia tahu bahwa interaksi mereka lebih dari sekadar dinamika atasan-bawahan biasa. Kepala Direktur Bram merasa sudah waktunya untuk memberikan ruang kepada mereka.

Lantas ia berkata, "Baiklah, saya rasa Lisa perlu istirahat, dan kita juga punya banyak hal yang harus diurus. Mari kita lanjutkan diskusi ini nanti."

Ia kemudian memberi isyarat kepada para ketua tim lainnya untuk mengikutinya keluar, meninggalkan Yansya dan Lisa berdua di ruangan medis.

1
Khusus Game
oke, bantu share k
Glastor Roy
yg bayak tor up ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!