Kehidupan Ayunda naraya dan Edward alexandra berjalan seperti biasanya, bahkan mereka terlihat romantis. Hingga disuatu hari ayunda harus menerima fakta yang menyakitkan, ia merasa dibohongi habis-habisan oleh suaminya sendiri.
Bagaimana kisah kehidupan ayunda selanjutnya?? Kepoinn terus cerita ini yaa...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaacy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
🌷**Happy Reading🌷**
Hari ini adalah hari minggu, edward sedang libur kerja, ia berencana ingin mengajak ayunda pergi jalan-jalan. Istrinya itu semalam bercerita jika ia merasa bosan dirumah, maka dari itu edward memutuskan untuk mengajaknya pergi berlibur.
Dan disinilah mereka berdiri, sebuah villa berlantai dua memiliki view yang mengarah ke pantai yang indah, deburan ombak pantai menenangkan.
Membuat ayunda berlari kegirangan menuju bibir pantai, ia akan bermain air disana dan mengabdikan momen bersama edward.
Ayunda merasa sangat senang karena dibawa kepantai, ia sangat menyukai pantai dan laut.
"Gimana sayang, suka?" Edward bertanya, tatapannya tak pernah lepas dari wajah cantik sang istri.
Ayunda mengangguk cepat dari wajahnya menampilkan senyuman lebar, tak bisa dipungkari ayunda sangat menikmati pantai ini.
Menjelang siang hari mereka memutuskan untuk kembali ke villa untuk makan siang, edward dan ayunda duduk dimeja makan, mereka begitu menikmati makanan siang ini.
Drrttt Drrtt
Suara deringan telpon menggaketkan mereka berdua, ayunda melirik kearah ponsel edward yang dilayarnya tertera nomor tak dikenal.
Edward menolak panggilan itu, namun selang berapa detik ponselnya bergetar lagi, nomor yang sama menelponenya kembali.
Dengan perasaan kesal, ia mengangkat panggilan itu sedikit menjauh dari ayunda.
"Hallo?"
"Hai sayang, apa kabar? Masih ingat sama aku?"
Degg
Jantung edward rasanya ingin meledak saat itu juga, suara tak asing yang menelponenya membuat tubuh edward berkeringat dingin, buru-buru ia mematikan sambungan telpone.
"Siapa mas?" Tanya ayunda penuh selidik saat ia melihat pelipis sang suami berkeringat.
"Bu-bukan apa-apa, dek. Ayo kita lanjutin makannya lagi ya." Sebisa mungkin edward menutupi kegugupannya, ia tak mau ayunda merasa curiga.
Ayunda masih diselimuti kecurigaan, ia menatap suaminya dengan lekat, seolah tau bahwa edward sedang membohongi dirinya.
"Aku sudah kenyang mas, mau ke kamar dulu ya."
Edward termenung menatap punggung istrinya yang masuk kedalam kamar, ia menghela napas panjang untuk menetralkan detak jantungnya.
Perasaan tak biasa itu membuat dirinya gelisah pada akhirnya edward memutuskan untuk keluar dari villa dan berjalan ke pantai untuk duduk dipohon kelapa yang tumbang.
Ia melamun disana, memikirkan orang yang baru saja menelponenya. Sedangkan ayunda, wanita itu melihat edward duduk dibatang pohon kelapa dari lantai dua.
Ayunda mulai menebak-nebak, siapa orang yang menelpone suaminya tadi? Hingga membuat edward terlihat tak nyaman?.
Pikir-pikiran buruk mulai menghantui kepala ayunda, ia takut jika sang suami memiliki selingkuhan diluar sana. Namun, pikiran buruk itu segera diusir oleh ayunda, tak mungkin edward sampai hati mengkhianatinya.
Ayunda menghela napas, ia duduk dibalkon menikmati angin serta deburan ombak yang menenangkan.
Sampai sampai ia tak menyadari jika edward sudah berdiri dibelakangnya seraya menatap sendu.
"Dek, mas harus pergi sebentar buat ketemu sama shaka, shaka bilang ada kerjaan yang harus segera diselesaikan. Gapapakan kalo kamu mas tinggal sebentar?"
Ayuna menoleh, ia berdiri menghadap suaminya. "Ini kan hari minggu mas, masa shaka nggak bisa menghandle pekerjaan?"
Edward tersenyum lembut, ia menyakinkan ayunda jika memang benar ada pekerjaan yang mengharuskannya ia sendiri yang menangani.
"Nggak bisa, sayang. Harus mas sendiri yang ngehandle nya."
"Ya sudahlah kalo begitu, tapi mas edward nggak akan lama kan?"
Lagi dan lagi edward tersenyum menyakinkan. "Iya sayang, mas pergi dulu."
Ayunda mengangguk, ia mengekori edward yang berjalan tergesa-gesa keluar dari kamar seperti seseorang yang ingin bertemu pujaan hati.
Mobil hitam milik edward meninggalkan villa, melaju kencang dijalanan sakura yang dimana letak villa itu berada.
Ayunda memutuskan untuk duduk dikursi ruang tamu, ia merasakan kesedihan, mengapa disaat libur seperti ini pun edward harus bekerja.
Huhh
Mungkin saja memang benar ada pekerjaan yang penting membuatnya mau tak mau harus menghandle sendiri, begitulah pikiran ayunda.
Sedangkan edward, mobil itu terus melaju menuju taman kota. Ponsel miliknya terus berdering, nomor tadi terus saja menelpone edward.
"Hallo mas, kamu udah dijalan kan?" Ucap suara seorang perempuan yang mendayu-dayu dari seberang sana.
"Iya, kamu tunggu aja ditaman."
Edward menambah kecepatan mobilnya, tak lama ia sudah tiba ditaman lalu keluar dari mobil, langkahnya tegap menuju kursi yang sudah diduduki seorang perempuan berpakaian seksi.
"Mas, akhirnya kamu datang juga. Aku kangen." Ucap wanita itu yang langsung memeluk tubuh edward.
"Lepas cla." Sentak edward pelan, wanita yang bernama clarissa itu melepaskan pelukannya dengan kasar.
"Kenapa sih mas? Kan cuma pelukan doang, sensi amat." Ketusnya dengan wajah cemberut.
Edward menatap clarissa tajam, "Kenapa kamu nelpon aku tadi? Sengaja supaya ayunda tau?"
Ya, edward berbohong kepada ayunda mengenai pekerjaan yang harus ia selesaikan, pria itu menggunakan nama shaka untuk bisa bertemu dengan clarissa, wanita pujaan hatinya.
Clarissa terkekeh geli menikmati ekspresi kesal dari edward, sedetik kemudian clarissa langsung mencium pipi lelaki itu.
Jpret!!
Tanpa diketahui oleh mereka berdua seorang pria berdiri dibalik pohon mahoni, memotret clarissa yang sedang mencium pipi edward, dan edward menikmati itu.
Setelah sudah mendapatkan apa yang disuruh, pria itu langsung pergi dari sana menyerahkan hasil foto kepada seorang pria yang sudah menunggu tak jauh dari taman tersebut.
"Bagaimana hasilnya?" Tanya pria itu.
Pria yang merupakan seorang fotografer itu menunjukan hasil fotonya kepada pria berjas hitam tersebut.
"Bagus, langsung aja kirim ke nomor saya." Perintah pria itu yang merasa puas dengan hasil foto yang jernih serta bisa menangkap jelas ekspresi edward dan clarissa.
Tingg!!
Foto itu sudah masuk ke ponselnya, ia menyeringai tak sabar ingin memberikan kejutan kepada wanita yang selama ini ia cintai diam-diam.
"Ini bayaranmu, kalo aku butuh lagi nanti aku hubungi. Pergilah."
Tukang fotografer itu mengangguk senang menerima uang yang bernilai besar itu, kemudian ia segera pergi dari sana meningalkan pria berjas itu berdiri didepan mobil.
"Semakin banyak kalian bertemu dan terlihat romantis, semakin banyak pula bukti yang ku dapatkan." Ia berucap seraya tersenyum tipis.
Kemudian masuk kedalam mobil meninggalkan taman kota tersebut.
Kembali ke edward dan clarissa, saat ini wanita itu sedang merengek untuk diantarkan pulang ke apartemen miliknya, dan edward pun tak keberatan akan hal itu.
Mereka berdua meninggalkan taman kota menuju apartemen milik clarissa.
"Mas, kenapa kamu nggak nikahin aku sih? Malah milih wanita kampung dan murahan seperti ayunda?" Tanya clarisaa saat didalam mobil.
Edward tersenyum sembari mengelus kepala clarissa. "Nanti juga kamu tau sendiri, cla." Terdapat senyuman misterius yang mencetak wajah pria tampan itu.
Mobil berhenti diparkiran apartemen, clarisaa keluar diikuti oleh edward. Pria itu berencana ingin bertamu sebentar dan melepas rindu kepada pujaan hatinya.
Mereka terus melangkah masuk kedalam gedung bertingkat itu dan mereka telah sampai didepan kamar milik clarissa.
Wanita itu membuka pintu apartemen lebar-lebar mempersilahkan edward masuk lalu menutup pintu.
"Mas!" Suara wanita itu terdengar sensual dan penuh gairah.
Tanpa aba-aba edward langsung mencumbui clarissa membuatnya mendesah nikmat.
Mereka melakukan hubungan haram itu dikamar apartemen clarisaa, suara desahan dan erangan kenikmatan memenuhi kamar itu.
Tanpa disadari oleh mereka sebuah kamera tersembunyi yang berada diatas lemari merekam jelas kegiatan panas mereka, entah siapa yang sudah meletakan benda kecil itu diatas sana.
****
Ayunda mondar mandir didalam villa, menunggu kedatangan edward dengan cemas, apalagi diluar sedang hujan serta petir yang menggelegar.
"Kamu dimana sih mas? Kok ditelpon gak diangkat-angkat." Ucap ayunda yang merasa frustasi, ia sudah menghubungi shaka, namun pria itu tak mengangkat telponenya.
Jedarr!!
Petir menyambar nyambar dilangit, angin kencang membuat ayunda ketakutan, apalagi ia sedang sendiri di villa yang berada jauh dari pemukiman.
Ayunda melirik jam dinding yang menunjukan pukul 08.40 WIB, sudah sembilan jam edward belum nampak batang hidungnya padahal pria itu berjanji untuk pergi tidak akan lama, tapi nyatanya sampai sekarang pun ia belum kembali.
Sedangkan pria yang dikhawatirkan oleh ayunda sedang memadu kasih dengan pacarnya.
Edward terus bersemangat tanpa merasakan kecapekan, ia seolah melupakan ayunda yang sedang menunggu kepulangannya.
Pria itu tak menghiraukan suara dering ponsel miliknya.
Hingga tiba dipuncak pelepasan, edward terjatuh dipelukan clarissa. Mereka sama-sama kecapekan, namun edward buru-buru bangun dan membersihkan dirinya, ia keluar dari apartemen clarissa meninggalkan wanita itu yang terkapar akibat kelelahan.