Wan Yurui terbangun kembali saat usianya masih belia. Ingatan di dua kehidupan itu melekat kuat tidak bisa di hilangkan. Satu kehidupan telah mengajarinya banyak hal. Cinta, benci, kehancuran, kehilangan, penghianatan dan luka.
Di kehidupan sebelumnya dia selalu diam di saat takdir menyeretnya dalam kehampaan. Dan sekarang akankah semua berbeda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tawanan kediaman
Di jam sepuluh malam Tuan Ning Geng memutuskan untuk pergi dari kediaman pribadi keponakannya. Di ambang pintu utama Wan Yurui menunggu hingga kereta yang di tumpangi pamannya melaju jauh. Baru setelah dia masuk kembali. "Ayun, kamu juga bisa istirahat lebih awal."
"Baik."
Wanita itu melangkah masuk kedalam ruangan kamar. Langkahnya terhenti, "Kamu sudah kembali?"
Yu Xiao melangkah mendekat. Dia telah bersembunyi untuk waktu yang lama mendengar semua obrolan istrinya dengan pria lain. "Sebenarnya kamu siapa?" Tatapannya sangat dingin.
"Aku putri angkat Panglima Wan Ding dari Kekaisaran Jing. Dan putri kandung satu-satunya dari Tuan putri pertama Li Xui." Tidak ada getaran dalam ucapannya. Tapi hatinya terasa sakit. "Maaf, karena aku telah menyembunyikan segalanya darimu." Wan Yurui tidak memiliki keberanian untuk melangkah lebih dekat. Semua kebenaran yang ia katakan seperti bilah pisau, terus menusuknya tanpa henti.
Suuiuttt...
Yu Xiao bersiul memberikan isyarat kepada prajurit bayangan.
Dreekkk...
Langkah kaki terdengar berdatangan mengelilingi kediaman.
"Panglima." Pengawal Hui An memberikan hormat.
"Jaga kediaman ini. Jangan biarkan Nyonya muda pergi," ujar Yu Xiao memberikan perintah.
"Baik."
Pengawal Hui An segara keluar setelah mendapatkan perintah.
"Yu Xiao, aku harus pergi. Aku tidak lagi bisa tinggal di sini."
Yu Xiao mendekat. "Aku suamimu. Kemana lagi kamu akan pergi jika tidak berada di dekatku." Dia pergi meninggalkan istrinya di ruangan kamar itu seorang diri.
Pelayan Ayun segara masuk kedalam kamar. "Nyonya muda."
Sedangkan Wan Yurui melangkah pelan menuju ujung ruangan kamar. Dia berdiam melihat kearah luar melalui jendela. Merasakan udara malam membelainya lembut namun juga menyisakan hawa dingin yang kuat. "Suamiku telah pergi?"
"Panglima sudah pergi," saut Pelayan Ayun.
Selama beberapa hari kediaman itu di jadikan tempat penawanan. Tidak ada ruang yang dapat di gunakan untuk melarikan diri. Yu Xiao hanya datang dua hari sekali. Setiap kali datang pria itu hanya diam. Tidak berbicara ataupun mengungkapkan keluhan di hatinya. Sedangkan Wan Yurui juga tidak bisa memberikan perlawanan kepada suaminya. Yang dapat wanita itu lakukan hanya tetap diam dalam pengaturan.
Selama dua puluh empat jam penuh penjagaan di lakukan silih berganti.
Di barak militer pasukan Liangyu, Tuan putri ketiga belas Yun Daiyu terus membuat keributan.
"Yu Xiao, kenapa kamu mengurung istrimu sendiri di kediaman? Apa kamu gila atau tidak memiliki hati nurani. Dia istrimu yang seharunya kamu berikan tempat perlindungan ternyaman. Bukan sebagai tawanan yang harus diam di kediaman dengan semua pengaturan yang kamu berikan." Gadis itu berteriak kuat meminta keadilan.
Brakkk...
Membuang lampiran surat kosong. "Sekarang juga tulis surat perceraian. Kamu tidak layak menjadi seorang suami."
Yu Xiao tidak memberikan tanggapan. Dia hanya diam menatap dingin.
"Daiyu, kamu tidak memiliki hak untuk ikut campur di dalam hubungan pernikahan orang lain." Pangeran ketujuh Yun Weisheng berusaha menahan adik ketiga belasnya.
"Kakak ketujuh, hubungan seperti ini sudah tidak sehat. Aku belum menikah. Tapi aku juga seorang wanita. Bisa merasakan kesedihan yang di rasakan kakak perempuan Wan. Sekarang dia pasti sangat tertekan hidup berada di kediaman tanpa bisa menghirup udara segar di luar ruangan." Emosi gadis itu semakin memuncak. "Jika kamu menikahinya hanya untuk memberikan pembatasan dalam hidupnya. Yu Xiao kamu benar-benar tidak layak menjadi seorang suami."
Tuan putri ketiga belas Yun Daiyu berjalan pergi keluar dari ruangan itu.
Pangeran ketujuh Yun Weisheng menghela nafas dalam. "Sebagai orang luar. Kami memang tidak memiliki hak untuk ikut campur urusan kalian berdua. Namun yang di katakan Daiyu ada benarnya. Jika kamu terus mengurung istrimu dalam kesendirian. Jarak di antara kalian hanya akan semakin jauh." Berjalan pergi.
Dalam kesendiriannya Yu Xiao berkata, "Aku hanya tidak ingin kehilangan dirinya."
Waktu silih berganti, selama dua bulan penuh Wan Yurui hanya bisa diam di kediaman. Hubungannya dengan suaminya juga masih berada di titik buntu. Di aula kecil yang ada di sisi kiri kamarnya. Wanita itu duduk menikmati suasana sore yang tenang.
"Nona muda, Kaisar Jing terus mengirimkan orang mendesak Panglima agar segara kambali ke Ibu Kota. Tapi dari pihak Panglima sendiri masih tidak memberikan tanggapan." Pengawal Qin Feng berdiri tepat di hadapan wanita itu.
Menatap kearah burung murai di atas pohon persik. "Dia ingin mempertahankanku. Juga ingin berada di posisi pasif. Namun keputusannya saat ini hanya akan membawa bencana untuk dirinya sendiri. Kaisar Jing yang selalu di liputi rasa curiga dan ketakutan akan kekuatan Raja kecil Xuanyu. Pasti tidak akan tinggal diam."
"Maksud Nona muda?"
Wan Yurui tersenyum lembut. "Persiapkan diri. Tidak lama lagi kita akan kedatangan tamu penting."
Pengawal Qin Feng yang telah berhasil membaca makna tersirat dari ucapan Nona mudanya langsung mengerutkan keningnya. "Baik."
Pelayan Ayun datang membawa kue kering kesukaan Nyonya mudanya.
"Ayun, untuk beberapa waktu kamu harus pergi dari kediaman ini. Qin Feng, carikan tempat akan untuk Ayun tinggal sementara waktu." Wan Yurui mengambil kue kering yang telah di siapkan pelayannya.
"Baik."
"Ayun tidak bisa pergi." Pelayan Ayun berlutut.
"Tenang saja." Senyuman lembutnya terasa menghangatkan. "Aku akan menjaga diriku dengan baik." Mengelus lembut perutnya. "Dan bayi yang ada di dalam kandunganku."
Malam itu suasana di kediaman pribadi menjadi jauh berbeda. Suasana terasa lebih suram dan dingin dari biasanya. Di dalam ruangan kamar Wan Yurui duduk tenang menatap kearah cahaya lilin yang ada di atas meja. Pengawalnya Qin Feng juga berdiri diam menemani Nyonya mudanya.
Di atas meja pedang tajam telah berada di sana sejak sore. Tidak pernah di geser ataupun di sentuh.
Suara langkah kaki ratusan orang mendekat dengan cepat.
"Nona muda, mereka telah tiba."
Wan Yurui bangkit dari tempat duduknya. Dia mengambil pedang di atas meja. Dengan langkah pasti wanita itu berjalan keluar di ikuti Pengawal pribadinya.
Seeettt...
Ttreenggg...
Suara pedang saling bersinggungan terdengar sangat nyaring menggema di setiap tempat.
Prajurit bayangan terus melakukan perlawanan meksipun begitu mereka kalah jumlah. Wan Yurui bersama pengawal pribadinya juga telah berhasil mendapatkan setiap nyawa yang datang kearah mereka.
Sseetttt...
Ddrskakk...
"Nyonya muda, saya akan membukakan jalan untuk anda." Sepuluh prajurit bayangan yang masih tersisa dengan sigap mengelilingi Wan Yurui di dalam perlindungan.
Penyerangan di malam itu telah menewaskan puluhan orang. Membuat kediaman di penuhi genangan darah segar dan puluhan mayat berserakan di setiap sudut ruangan.
Wan Yurui bersama pengawalnya juga semua prajurit bayangan yang tersisa mencoba melepaskan diri dari pengejaran. Mereka berlari menuju ketengah hutan mencari tempat persembunyian. Namun tidak ada tempat yang bisa membuat mereka terlepas dari penyergapan.
Hingga langkah mereka harus di hentikan batas jurang dalam.
kenapa jadi begini......😭😭😭😭😭😭