Wan Yurui terbangun kembali saat usianya masih belia. Ingatan di dua kehidupan itu melekat kuat tidak bisa di hilangkan. Satu kehidupan telah mengajarinya banyak hal. Cinta, benci, kehancuran, kehilangan, penghianatan dan luka.
Di kehidupan sebelumnya dia selalu diam di saat takdir menyeretnya dalam kehampaan. Dan sekarang akankah semua berbeda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pasar Hantu
Tringgg...
Lonceng kecil tergantung di penahan lentera. "Satu lentera untuk setiap tamu yang datang." Pria itu memberikan tiga lentera kepada tamunya. Setiap lentera memiliki gambar berbeda kelinci, kucing dan marmut. "Silakan ikuti saya."
Pria itu melangkah perlahan menyusuri jalur kecil yang hanya bisa di lewati dua orang. Beberapa kali ujung matanya melirik kebelakang.
"Suamiku, aku lelah." Wan Yurui menghentikan langkahnya dengan cemberut. "Kenapa jalan ini sangat panjang sekali. Kakiku sudah tidak lagi bisa di gerakkan."
Yu Xiao memberikan lenteranya kepada Pengawalnya. Setelahnya dia menggendong Wan Yurui dalam dekapannya.
Pria petunjuk arah melangkah kembali.
"Aku harap Panglima tidak keberatan untuk memberikan adegan tambahan menghapus kecurigaan." Bisik Wan Yurui tepat di telinga Yu Xiao.
"Tentu," Sautnya lirih.
Membutuhkan waktu tiga puluh menit hingga mereka sampai di sebuah jurang dalam. Di bawah jurang terdapat lembah dengan bangunan tinggi dan megah. Keramaian juga terlihat sangat jelas dari ketinggian. Cahaya ribuan lentera memenuhi setiap sudut pasar hantu.
"Turunkan aku." Wan Yurui menepuk pundak Yu Xiao.
Pria itu menurunkan istri pura-puranya dengan sangat hati-hati.
"Ini pasar hantu?"
"Nyonya ini lah pasar hantu," saut pria petunjuk arah.
"Waahhh... Suamiku lihat. Ini sangat menakjubkan. Apa kita akan melompat dari sini?" Wan Yurui menatap binggung.
Sedangkan Yu Xiao menatap tidak percaya dengan ucapan wanita di sampingnya. "Kamu ingin mati!"
Pria petunjuk arah menatap kearah tamunya. Raut wajahnya seketika berubah.
"Ehhemm..." Wan Yurui berdeham sebagai isyarat agar Yu Xiao menjaga ucapannya.
"Sekalipun kamu ingin. Aku tidak akan pernah membiarkan kematian mendatangimu. Istriku." Kalimat kasar seketika berubah menjadi kata-kata romantis.
Pengawal Hui An tersedak ludah pahit di tenggorokannya mendengar ucapan Panglimanya.
Namun Wan Yurui langsung menyerbu tubuh kaku di sampingnya. "Benarkah?"
"Ya."
"Jika aku tidak sengaja tersandung dan tergelincir jatuh. Bagaimana?"
"Aku akan berlari menangkapmu sekalipun harus ikut terjauh."
"Isss..."
"Kenapa?"
"Nyamuk menggigit leherku."
Yu Xiao mendekatkan wajahnya meniup bagian luka merah karena gigitan nyamuk. "Untung nyamuk itu telah pergi. Jika sampai aku menangkapnya dia pasti akan hilang dari dunia." Pandangan matanya bertemu dengan kedua mata indah Wan Yurui.
"Apakah ini yang di maksud sandirawa? Mereka lebih seperti pengantin lama penuh pengalaman," gumam Pengawal Hui An lirih. Dia sesekali melirik sebentar lalu mengalihkan pandangannya ketempat lain.
Pria pertunjuk arah kembali tersenyum. "Tuan, Nyonya. Silakan." Kembali melangkah.
Mereka terus mengikuti jalur kecil hingga menuruni tangga buatan. Tangga kayu itu menjalar jatuh menuju ujung jurang. Pada bagian ujung tangga terdapat gerbang masuk yang terbuat dari tumpukan batu bata merah. Di atasnya bertuliskan, 'Selamat datang di pasar hantu.'
"Saya hanya pengantar. Tuan, Nyonya selamat menikmati kemewahan pasar hantu." Pria petunjuk arah pergi meninggalkan mereka bertiga.
"Tuan, Nyonya. Perkenalkan saya salah satu orang yang mampu menunjukkan semua tempat dan jalan yang ingin kalian temukan. Jika kalian bersedia cukup dengan sepuluh tahil. Anda akan menikmati kepuasan layanan yang saya berikan." Seorang pemuda dengan baju sederhana datang memberikan penawaran.
"Baik." Yu Xiao menerima penawaran itu. Dia memberikan uang seperti yang di inginkan. "Tunjukkan jalan menuju ruang kegelapan."
"Baik. Silakan ikuti saya." Pemuda itu melangkah tegas menembus keramaian di jalur utama.
Setelah berjalan selama sepuluh menit mereka sampai di salah satu gedung cukup besar. Gedung itu terbuat dari kayu jati kokoh dengan tiga tingkat.
"Tuan, ruang kegelapan tidak ada di tiga tingkat itu. Anda harus masuk lebih jauh dan berhenti tepat di antara para penjaga yang ada di dalam. Mereka yang akan menunjukkan jalan menuju ruang kegelapan." Pemuda itu langsung pergi setelah memberikan arahan. Sebelum itu Yu Xiao juga memberikan uang tambahan sebagai rasa terima kasih.
Di depan pintu utama terdapat empat penjaga. Mereka harus mengeluarkan tanda ikan sebagai bukti keterlibatan mereka dalam keikutsertaan kegiatan pelelangan. Setelah terkonfirmasi mereka bertiga di perbolehkan masuk.
Baru saja melangkah masuk Wan Yurui langsung menggenggam kuat lengan Yu Xiao. Kegelapan di ruangan itu membuatnya teringat akan kesunyian yang selalu ia rasakan di masa lalunya.
"Kamu takut?" Ujar Yu Xiao sembari melihat tangannya di cengkeraman kuat Wan Yurui.
"Bukan takut. Hanya kurang nyaman," saut Wan Yurui.
Mereka melangkah lebih dalam hingga sampai di tempat yang di maksudkan pemuda itu. Di depan sebuah pintu masuk terdapat dua penjaga. Seperti halnya di pintu masuk utama. Mereka harus menyerahkan tanda ikan sebagai kunci yang digunakan untuk masuk. Salah satu penjaga mengarahkan mereka masuk lebih dalam lagi. Hingga sampai di ruangan luas dengan kristal-kristal bergantungan sebagai pencahayaan.
Sepasang suami istri duduk tenang di setiap tempat yang telah di sediakan.
Pengawal Hui An hanya diam di pinggiran ruangan. Sedangkan Yu Xiao dan Wan Yurui duduk di kursi tamu.
"Sepertinya aku kurang mengenal dunia ini dengan baik. Selalu ada rahasia tersembunyi di setiap sudut dunia yang belum pernah aku lihat," ujar Wan Yurui sedikit mendekatkan tubuhnya kearah Yu Xiao. Pria di sampingnya hanya tersenyum kecil sebagai tanggapan.
"Selamat datang di tempat pelelangan yang selalu memberikan barang terbaik dari yang baik. Para tamu sekalian kali ini tema kita adalah keintiman sepasang suami istri. Karena barang yang akan kita lelang juga berhubungan dengan keharmonisan rumah tangga." Seorang pria datang dari arah belakang panggung cukup besar yang ada di ujung ruangan.
Dorrrr...
Terdengar suara ledakan menggema memenuhi ruangan. Dari langit-langit ruangan ribuan kelopak bunga mawar merah bertaburan.
"Aaa... sangat indah."
"Lihat."
Semua orang memandang penuh kekaguman. Begitu juga Wan Yurui yang berhasil mendapatkan beberapa kelompok bunga mawar merah di telapak tangannya.
Puluhan pelayan wanita keluar dari lima pintu berbeda. Di masing-masing tangan mereka membawa sepasang lilin di atas tatakan berbentuk bunga mawar.
"Sebelum acara pelelangan resmi di mulai. Kita akan sama-sama menyaksikan suasana romantis yang telah kami siapkan untuk setiap pasangan yang datang."
Para pelayan itu berjalan mengelilingi semua tamu yang datang. Dalam sekejap kristal-kristal yang bergelantungan padam. Dan hanya menyisakan cahaya dari setiap lilin di tangan para pelayan.
Suara alunan musik terdengar. Sepuluh penari wanita berdatangan mengenakan gaun berwarna biru laut yang bisa mengeluarkan cahaya indah.
"Ini sangat indah." Wan Yurui melihat kearah Yu Xiao. "Apa kamu pernah terluka di bagian wajah?"
"Tidak."
"Lalu kenapa wajah tampanmu tidak pernah berganti ekspresi? Selalu dingin dan tidak bersahabat. Seperti mengalami kematian syarat untuk mengatur gerakan wajah." Sindiran itu langsung membuat tatapan mematikan tertuju kepadanya. Wan Yurui segera mengalihkan perhatiannya kembali.
Setelah semua penari berhenti gemuruh tepuk tangan terdengar menggema di ruangan itu. Semua pelayan wanita segera pergi keluar dari ruang di ikuti semua penari. Dan kristal-kristal di langit-langit ruangan juga ikut bersinar terang lagi.
pergi jauh jauh.....
jangan menempel sama mereka berdua.....