NovelToon NovelToon
Bukan Kamu Boss...Tapi Barista Berotot Itu

Bukan Kamu Boss...Tapi Barista Berotot Itu

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Persahabatan / Romansa / Satu wanita banyak pria
Popularitas:707
Nilai: 5
Nama Author: whatdhupbaby

Vivian Shining seorang gadis dengan aura female lead yang sangat kuat: cantik, baik, pintar dan super positif. Dia tipe sunny girl yang mudah menyentuh hati semua orang yang melihatnya khusunya pria. Bahkan senyuman dan vibe positif nya mampu menyentuh hati sang bos, Nathanael Adrian CEO muda yang dingin dengan penampilan serta wajah yang melampaui aktor drama korea plus kaya raya. Tapi sayangnya Vivian gak sadar dengan perasaan Nathaniel karena Vivi lebih tertarik dengan Zeke Lewis seorang barista dan pemilik coffee shop yang tak jauh dari apartemen Vivi, mantan atlet rugbi dengan postur badan bak gladiator dan wajah yang menyamai dewa dewa yunani, juga suara dalam menggoda yang bisa bikin kaki Vivi lemas sekita saat memanggil namanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon whatdhupbaby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 15 Serangan Balik Zeke Yang Super Telak

Vivian sedang berbaring di kasurnya. Wajah kikuk Nathanael masih melayang layang didepan matanya.

Jantungnya yang berdebar oleh rasa gugup ( dan perasaan lain yang samar mulai terasa ) masih meninggalkan jejak di dadanya.

Bagaimana ini?, ternyata Nathanael benar benar memiliki perasaan untuknya.

Mini-Vivi melirik Vivian dengan tatapan yang jelas mengatakan, ' I TOLD YOU SO!! '

Memeluk erat guling berbalut jaket Zeke berharap mampu menenangkan degup jantungnya, menghirup aroma samar kopi yang menjadi favoritnya ketika ponselnya bergetar.

Vivi meraih HPnya dan melihat nama pengirimnya yang seketika langsung membuat Vivian bangkit dari rebahannya.

DARI ZEKE!!!

[ Zeke] : "Hai Vi. Besok mampir ya, aku kangen nih. Dua hari gak ada kamu, kafe rasanya sepi."

Dada Vivian yang ia paksa untuk berdetak lebih perlahan seketika kembali berdegup kencang. Pipinya langsung memerah, dan tanpa sadar, senyum lebar merekah di wajahnya.

Mini-Vivi langsung melompat dari bantal, berguling-guling di atas jaket Zeke sambil berteriak: " NATHANAEL WHO??. ZEKE TETAP NOMER SATU!! WOHOOO!!!."

Vivian menutup wajah dengan bantal, tapi jarinya sudah mengetik balasan dengan cepat: "Iya, maaf ya. Aku sibuk banget akhir-akhir ini. Kafe tutup lebih awal tadi?"

Balasan Zeke datang dengan cepat.

[ZEKE] : "Iya, ada urusan. Mocca juga kangen loh sama kamu. Dia suka tidur di kursi favoritmu."

Vivian melemparkan diri ke kasur, memeluk jaket Zeke lebih erat.

Mini-Vivi mengintip dari balik guling. "KALAU DIA BILANG 'Mocca kangen', ITU ARTINYA 'ZEKE KANGEN'! KAMU NGERTI KAN? KAMU NGERTI KAN?!"

Dengan jari gemetar, Vivian membalas: "Aku janji besok mampir. Aku juga kangen Mocca."

Dan pengen ketemu pemiliknya, tambah dalam hati.

Zeke membalas dengan emoticon tertawa. "Jangan lupa bawa jaketku ya. Atau kamu mau jagain selamanya? Aku gak keberatan kok."

Vivian menjerit ke bantal.

Mini-Vivi mengacungkan dua pilihan di atas jaket Zeke: "OPTION 1: KEMBALIKAN JAKETNYA BIAR KITA PUNYA ALASAN UNTUK LEBIH DEKAT.

OPTION 2: SIMPAN TERUS BIAR KITA BISA PELUK TIAP MALAM. PILIH MANA?"

Pilihan yang berat tapi jari Vivian cepat mengetik: "Aku bawa jaketnya besok. Tapi jangan harap aku cuci ya." canda nya meskipun jantung berdegup kencang.

Zeke membalas dengan cepat:

[ZEKE]: "Gak usah dicuci. Biar baunya tetap ada wangimu."

Vivian menjatuhkan ponselnya ke wajah sendiri.

Mini-Vivi sudah pingsan di atas jaket, mengeluarkan asap dari telinga.

_______

Pagi masih sepi ketika Vivian melesat keluar dari apartemennya dengan langkah cepat. Dia sudah menyiapkan jaket Zeke semalaman dilipat rapi, bahkan diam diam disemprot parfumnya.

Mini-Vivi yang duduk di bahunya memakai baju olahraga mini teriak-teriak: "LARI LEBIH KENCANG VI!!. BIAR BISA CEPAT KETEMU ZEKE!!!"

Vivian tersenyum dengan kaki terus berlari dan hati yang berbunga-bunga.

Tapi tiba-tiba...

Ada langkah kaki mengikuti dari belakang.

Vivian yang menyadari ada seseorang yang mengikutinya, mempercepat langkahnya.

Tubuh tinggi dan besar terselubung dengan hoodie gelap menutup kepalanya, mengikuti setiap langkah Vivian.

Vivian panik. Dadanya berderu kencang. Tidak ada yang bisa dia mintai tolong karena jalanan masih sepi pagi ini.

Mini-Vivi teriak ketakutan." ASTAGA!! ASTAGA!! ADA YANG NGIKUTIN DI BELAKANG VI! LARI! LARI! LARI!."

Teriakan Mini-Vivi hanya menambah kepanikan Vivian. Dia berusaha tidak menoleh. Nafasnya memburu, jantungnya berdetak kencang, dan Vivian sudah hampir nangis.

Vivian berbelok tajam ke sebuah gang kecil, berharap bisa mengecoh si penguntit.

Tapi...

SOSOK BESAR ITU LEBIH CEPAT.

Sebelum sempat berteriak, lengan besar pria itu kuat mencengkram pinggang dan kemudian mengangkat tubuh Vivian dari belakang!

Vivian berteriak. "AAA...!! LEPASKAN...!!"

Vivian berusaha berontak, tendangan dan pukulan nyasar ke udara.

Lalu kemudian...

"Hei...tenang, Vi! Ini aku, Zeke!"

Suara itu.

Vivian berhenti berontak.

Dia menoleh pelan dan Zeke tersenyum lebar, matanya berbinar nakal, tangannya masih mengangkatnya dengan mudah.

"I-Itu gak lucu, Zeke!" wajah Vivian merah padam, mata berkaca kaca, suaranya gemetar campur kesal. "Kamu bikin aku takut!"

Mini-Vivi yang tadinya panik, sekarang terkapar di bahu Vivian dengan mata berputar-putar: "VIVI! ZEKE SEDANG MENGANGKAT KITA! DIA LITERALLY MEMBAWA KITA DALAM PELUKANNYA! INI BUKAN WAKTU UNTUK MARAH. INI WAKTU UNTUK MENIKMATI!"

Zeke tertawa, masih belum menurunkannya. "Maaf, maaf. Aku cuma mau kasi kejutan. Kamu pagi-pagi udah lari larian gitu ?"

Vivian cemberut, tapi menikmati kehangatan dada keras Zeke yang menempel di punggungnya dan tangannya tanpa sadar memegang lengan kekar Zeke yang masih melingkar di pinggangnya. "Aku... aku cuma mau kembalikan jaketmu."

Zeke melihat paper bag tergeletak diatas aspal yang gak sengaja di lempar Vivian pas berontak tadi. Jaketnya jelas terlihat. Matanya berbinar jahil "Terima kasih. Tapi..."

Dia mendekatkan wajahnya, sampai Vivian bisa mencium aroma kopi dan kayu manis dari Zeke.

"Kalau aku bilang aku sengaja ngejar kamu biar bisa gendong gini... Apa kamu bakal marah?"

Vivian menjerit pelan dengan wajah hingga telinganya memerah, kemudian menggelengkan kepalanya.

Zeke tertawa.

Mini-Vivi sudah pingsan, mengambang di udara dengan hati-hati kecil beterbangan di sekitarnya.

Zeke dengan Vivian masih dalam gendongannya (lagi, tapi sekarang dalam keadaan sadar ) berjalan menuju kafenya yang sudah dekat. Menurunkan Vivian saat sudah berada di depan kafe dan Vivi langsung berlari masuk kedalam kafe saking malunya. Zeke hanya terkekeh kecil dengan tingkah Vivi.

Kafe Zeke pagi itu masih sepi tanpa pelanggan, hanya diisi oleh aroma kopi yang baru diseduh dan sinar matahari yang masuk lewat jendela kaca. Vivian sudah duduk di kursi favoritnya, sambil memeluk Mocca, kucing hitam gemuk milik Zeke yang mendengkur puas di pangkuannya.

"Makasih ya, udah anterin aku pulang waktu itu," ucap sambil menunjuk jaket Zeke yang sudah ia bawa. Wajahnya yang merah terkubur separuh dibalik bulu halus Mocca. "Dan... maaf baru balikin sekarang."

Zeke menyunggingkan senyum lebar, tapi Vivian tiba-tiba menyipitkan mata.

"Zeke... pelipismu?"

Vivian baru menyadari bekas luka di pelipis Zeke yang masih merah, bahkan ada beberapa jahitan kecil yang terlihat baru.

Mini-Vivi langsung melompat dari bahu Vivian ke meja: " ASTAGA! APA YANG TERJADI PADA WAJAH TAMPANMU, ZEKE?! INI KAN ASET UTAMA KAFE INI! "

Zeke mengusap lukanya dengan sikap santai. "Ah, cuma luka kecil. Kemarin main rugby sama teman-teman lama."

Vivian membelalakkan mata terkejut. " Rug...rugby??. Aku gak tahu kamu main Rugby."

" Itu udah lama. Aku jarang main sekarang."

" Rugby itu olahraga yang saling tabrak buat ngerebutin bola kan?." Tanya Vivi polos dengan kepala sedikit miring. " Luka itu karena main Rugby...?."

Zeke tertawa. " Iya, tapi rugby itu kayak candu. Sekali main, susah berhenti."

" Lalu kenapa kamu berhenti main?."

" Cedera. " Jawab Zeke sambil mengangkat bahunya yang sebelah kanan yang memang terlihat lebih kaku. " Sekarang sedikit susah buat pegang bola."

Dia berjalan ke belakang counter, menyiapkan dua cangkir kopi, dan kembali duduk di depan Vivian. "Dulu waktu masih pro, aku sering banget cedera. Tapi justru di lapangan itu aku merasa... paling hidup."

Vivian memandangnya dengan tatapan polos tapi khawatir. " Tapi kan bahaya...kamu sampai luka kayak gitu..."

"Nggak lebih bahaya daripada kerja kantoran di depan komputer seharian," goda Zeke sambil menyodorkan kopi spesial untuk Vivian. "Kamu aja sampai lemes lembur, Vi."

Mocca menggesekkan kepalanya ke tangan Vivian, seolah setuju.

Mini-Vivi semangat berkata. " PERHATIAN! ZEKE SEDANG MENUNJUKKAN SISI VULNERABILITASNYA! INI JARANG TERJADI! KAMU HARUS RESPON DENGAN TEPAT!"

"Kalau... lain kali mau main, ajak aku nonton ya? Biar aku bisa pastiin kamu nggak cedera lagi."

Zeke terkejut, lalu tertawa. "Beneran? Rugby itu brutal, lho. Banyak darah, banyak lumpur."

"Aku nggak takut," Potong Vivian, matanya berbinar." Aku penasaran pengen liat kamu main."

Senyum Zeke melebar. "Deal."

_________

1
Naurila Putri
kereenn lanjutt terussssss kakkk
ethereal: terimakasih kak🙇🙇
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!