NovelToon NovelToon
DUDA LEBIH MENGGODA

DUDA LEBIH MENGGODA

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Duda / CEO / Nikah Kontrak / Keluarga
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: Monica

:"Ya Allah, kalau Engkau tidak mengirimkan jodoh perjaka pada hamba, Duda juga nggak apa-apa ya, Allah. Asalkan dia ganteng, kaya, anak tunggal ...."

"Ngelunjak!"

Monica Pratiwi, gadis di ujung usia dua puluh tahunan merasa frustasi karena belum juga menikah. Dituntut menikah karena usianya yang menjelang expired, dan adiknya ngebet mau nikah dengan pacarnya. Keluarga yang masih percaya dengan mitos kalau kakak perempuan dilangkahi adik perempuannya, bisa jadi jomblo seumur hidup. Gara-gara itu, Monica Pratiwi terjebak dengan Duda tanpa anak yang merupakan atasannya. Monica menjalani kehidupan saling menguntungkan dengan duren sawit, alias, Duda keren sarang duit.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Monica , isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

34

[02:59]

Lorong relay hanya diterangi kedipan merah dari lampu darurat yang berkedip-kedip, menciptakan bayangan yang menari-nari di dinding dan lantai. Setiap kedipan terasa seperti pukulan palu, mengingatkan mereka akan waktu yang semakin menipis.

02:58.

Monica memegang kabel utama di belakang relay, jari-jarinya gemetar saat mencoba membuka kunci pengaman fisik yang menghalanginya. Ia harus bertindak cepat, namun ia tidak boleh membuat kesalahan.

Teddy berdiri di depannya, pistol diarahkan ke Rendra, siap untuk melindungi Monica dengan nyawanya sendiri.

Rendra… membalas dengan moncong senjata otomatis yang menatap lurus ke dada Teddy, siap untuk melepaskan tembakan kapan saja.

Azzam berdiri di samping Monica, matanya terpaku pada panel override yang setengah terbuka, berusaha untuk menemukan cara untuk mematikan sistem.

Udara terasa tebal dan berat, dipenuhi dengan ketegangan dan ketakutan. Waktu seolah-olah berhenti, namun jam pasir terus meneteskan pasirnya terlalu cepat, membawa mereka semakin dekat ke kehancuran.

[02:41]

“Lepaskan senjatamu,” suara Rendra datar dan tanpa emosi, namun matanya tidak berkedip, menunjukkan bahwa ia tidak main-main.

“Kalau aku lepas, kau tembak kami semua,” Teddy membalas dengan suara pelan namun tegas, tidak mau menyerah begitu saja.

Rendra mengangkat bahu, seolah-olah kematian hanyalah bagian dari prosedur standar, sesuatu yang tidak perlu dirisaukan.

Monica memotong percakapan yang tegang itu, “Kalian berdua mau ego kalian yang menang, atau kita semua mati? Kita harus bersatu, bukan saling bermusuhan," serunya, berusaha untuk menyadarkan mereka.

[02:25]

Di Jakarta, Livia menekan tombol eksekusi kode failsafe, mengirimkan virus yang akan melumpuhkan sistem FUNDAMENTA. Layarnya berkedip-kedip dengan cepat, menandakan bahwa ia hanya memiliki 90 detik untuk sinkronisasi ke relay, jika tidak, usahanya akan sia-sia.

Kirana menatap monitor lain dengan cemas, melihat bahwa jalur komunikasi semakin sulit untuk ditembus. “Kalau dia tidak membuka jalur sekarang, semua ini percuma. Kita akan kehilangan mereka," bisiknya, putus asa.

Livia tidak menjawab, ia hanya mengetik semakin cepat, jari-jarinya bergerak seperti kabur di atas keyboard, berusaha untuk menyelesaikan pekerjaannya sebelum waktu habis.

[02:09]

Arsya memandangi titik merah di layar yang mewakili empat orang di sektor relay. Ia tahu bahwa setiap detik yang berlalu membawa mereka semakin dekat ke kehancuran.

“Kalau ada satu yang hilang, perhitungan berubah drastis. Semuanya akan menjadi tidak terkendali," gumamnya, khawatir.

Suara di headset bertanya, “Kita campur tangan? Apakah kita harus mengirim pasukan?"

Arsya menatap tombol besar bertanda Lockdown Level Omega, tombol yang akan mengunci seluruh sektor dan mengakhiri segalanya. Tangannya mengambang di atasnya, ragu untuk menekan tombol tersebut.

[01:54]

Teddy menatap Monica sekilas, matanya menyampaikan pesan yang tidak terucapkan: aku akan menarik perhatiannya, kau selesaikan pekerjaannya. Ia siap untuk mengorbankan dirinya demi menyelamatkan Monica dan yang lainnya.

Monica menggelengkan kepalanya sedikit, menolak tawaran Teddy. Kalau kau mati, aku tidak mau menjadi orang yang selamat sendirian. Kita harus keluar dari sini bersama-sama.

Azzam mengangkat obeng elektroniknya, bersiap untuk membuka kunci pengaman fisik di relay. “Kalian berdua debatnya nanti. Sekarang… aku butuh dua detik tanpa peluru. Aku butuh kalian untuk melindungiku," serunya, mendesak.

[01:39]

Lampu di lorong berkedip dua kali—tanda dari Livia bahwa koneksi siap, bahwa jalur komunikasi telah terbuka.

Monica berbisik, “Sekarang atau tidak sama sekali. Kita harus bertindak sekarang juga," serunya, memberikan semangat.

Teddy mengayunkan pistolnya sedikit, menembak lampu di atas Rendra. Kilatan cahaya yang tiba-tiba membuat lorong berkabut debu kaca, mengganggu penglihatan Rendra.

Azzam menyelinap ke panel, tangannya bergerak seperti bayangan, berusaha untuk membuka kunci pengaman fisik sebelum Rendra menyadari apa yang sedang terjadi.

[01:21]

Rendra menembak membabi buta, peluru

1
Wien Ibunya Fathur
ceritanya bagus tapi kok sepi sih
Monica: makasih udah komen kak
total 1 replies
Monica Pratiwi
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!