Sejak bersama dengan Kenneth hidup Bulan semakin dipenuhi dengan warna.
Sejak bersama dengan Bulan hidup Kenneth kembali dihiasi dengan kebahagiaan.
Kenneth selalu berhasil mengukir senyum di wajah Bulan bahkan hanya dengan melihatnya.
Bulan berhasil membuat Kenneth ingin hidup lebih lama.
Seperti tawa yang berdampingan dengan air mata, juga hal baik yang berdampingan dengan hal buruk. Kisah cinta pertama mereka juga begitu.
Bulan berharap mereka selamanya.
Kenneth juga berharap yang sama dalam ketakutannya.
Semua ingin akhir yang bahagia, tapi tidak ada yang benar-benar tau pada akhirnya akan seperti apa.
Kenneth yang selalu membuat Bulan tersenyum kini juga berhasil membuat Bulan sering menangis dalam keheningan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Keirina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
OBROLAN SINGKAT
Bulan berjalan keluar dari kamarnya dengan sudah memakai celana jeans sobek dan kaos hitam serta tas selempang kecil yang dikenakannya yang juga bewarna hitam, warna kebanggaan Bulan, jika kalian membuka lemari baju Bulan kalian bisa lihat gambaran hidup berduka didalamnya karena rata-rata pakaian Bulan bewarna hitam semua.
Tari saja Ibunya sampai bosan melihat baju anaknya itu, padahal Tari sering membelikan Bulan baju yang bewarna cerah, tapi tetap saja Bulan terus memakai baju hitamnya jika pergi. Kalau ditanya alasannya apa, Bulan akan jawab "Bingung nyocokin bajunya jadi pake hitam aja biar cepet." Katanya.
"Mau kemana kamu?" Tanya Tari yang sedang membuat brownies di dapur. Tari memang hobi memasak, jadi setiap hari entah apa saja yang dibuatnya di dapur kecil rumah mereka itu.
"Mau lihat Fahri sama yang lain main basket Bu" Ujar Bulan sambil duduk di meja makan dan mencomot brownies yang sudah jadi.
"Sama Sari juga?"
"Iya Bu," Ujar Bulan sambil mengunyah brownies di dalam mulutnya.
"Ibu ngapain sih bikin brownies banyak-banyak nanti gak ada yang makan juga" Bulan melihat satu loyang berukuran sedang yang ada di meja dan Ibunya juga sedang membuat satu loyang brownies lagi.
"Namanya juga Ibu bosan," Ujar Tari sambil memasukkan loyang adonan browniesnya ke dalam oven. "Ha..kamu kan mau ketemu teman kamu, ya udah bawa aja ini brownies Ibu dari pada kebuangkan sayang"
"Ya udah"
Tari pun mengambil tempat untuk menyimpan browniesnya, lalu memasukkan sebagian brownies kedalam tempat itu.
TIN..TIN..TIN...
"Sari pasti tuh Bu, Bulan pergi dulu ya" Ujar Bulan begitu mendengar suara klakson motor yang berbunyi dari luar rumahnya. Bulan mengambil bekal brownies yang sudah disiapkan Ibunya, kemudian berjalan keluar rumah yang diikuti juga oleh Tari.
"Halo Tante.." Sapa Sari yang menunggu dimotornya.
"Kita pergi ya Bu, Bye Bu.." Pamit Bulan sambil naik kemotor Sari.
"Hati-hati ya jangan ngebut-ngebut!" Ujar Tari mengingatkan.
"Siap Tante, Bye tante.." Ujar Sari, lalu menengendarai motornya menjauh dari perkarangan rumah Bulan. Begitu juga Tari yang kembali masuk kedalam rumahnya.
***
"Kok rame sih?bukannya mereka cuma main biasa ya?" Tanya Bulan begitu mereka sampai di tempat Fahri dan yang lainnya bermain basket dan melihat cukup ramai orang yang menonton permainan basket mereka.
Sari melirik Bulan yang berdiri disebelahnya, "Mungkin karena mereka main sama sekolah seberang kali makanya rame" Katanya.
"Males banget gue rame, ke tempat lain ajalah yuk!"
"Gila lo ya!lagian wajar kali kalau nonton ginian rame, lo kalau mau sepi di hutan sana!"
Sari celingukan mencari tempat duduk yang kosong, kemudian dia menarik tangan Bulan paksa yang terlihat malas untuk bergabung dengan penonton lainnya.
"Duduk!" Ujar Sari menyuruh Bulan untuk duduk. Bulan dengan wajah betenya duduk di tengah-tengah orang yang sedang bersorak kencang karena salah satu tim yang mencetak point.
Sari yang duduk di samping Bulan dengan cepat langsung beradaptasi dengan penonton lainnya. Dia ikut berteriak menyemangati Fahri dan yang lainnya.
"SEMANGAT GUYS!!" Teriak Sari menyemangati saat Gino dan yang lainnya melihat ke arah mereka.
Bulan melirik Sari sinis sambil menutup telinga sebelah kirinya, "Lo mau buat gendang telinga gue pecah?!" Sewotnya pada Sari yang tiba-tiba saja berteriak.
"Sorry Lan hehe.." Sari menunjukkan cengirannya pada Bulan yang terlihat sebal.
"WOI!" Bulan dan Sari bersamaan menoleh ke arah sumber suara yang sepertinya meneriaki mereka.
"Kok ada lo sih Jon!" Ujar Sari melihat Jono yang ternyata duduk di kursi kedua sebelah Bulan bersama dengan Kenneth yang ternyata sedari tadi duduk di sebelah Bulan.
Bulan tersenyum canggung pada Kenneth yang duduk di sampingnya. Bulan tidak menyadari jika Kenneth ada di sebelahnya karena ketika duduk tadi Bulan tidak melihat kanan - kiri lagi dan langsung duduk saja.
"Ya nonton basket lah!gak mungkin berenang kan!" Sewot Jono menjawab Sari.
"Perasaan dimana-mana ada lo, bosan banget gue lihat muka lo mulu!pindah duduk sana lo!"
"Lo pikir nih tempat duduk punya lo ngusir-ngusir gue?lo yang pindah sana!"
"Lo berdua kalau mau berantem mending di parkiran sana!" Ujar Bulan jengah melihat Sari dan Jono yang terus adu mulut jika bertemu.
"Lo ngalah dah Sar, budek gue lama-lama denger suara lo!" Bulan menyuruh Sari yang ada di sebelahnya untuk diam. Sari pun menurut dan memilih diam dari pada nanti dia yang diamuk oleh Bulan.
"Mereka emang selalu berisik kalau ketemu?" Tanya Kenneth pada Bulan yang ada di sebelahnya.
"Iya kayak anjing sama kucing gak pernah akur." Ujar Bulan, Kenneth mengangguk kecil menanggapi ucapan Bulan.
"Oh iya gue Bulan, Bulan Adeline" Bulan memperkenalkan dirinya pada Kenneth mengingat Kenneth yang belum tau namanya.
"Kenneth Angkasa" Ujar Kenneth.
Bulan mengangguk-anggukan kepalanya kecil, "Kayaknya orangtua dulu suka pelajaran astronomi kali ya?" Kata Bulan asal mengingat nama mereka berdua.
Kenneth tertawa kecil, "Mungkin kali ya" Ujarnya, Bulan ikut tertawa.
"WUUUUU..." Teriak orang-orang yang ada disitu bersamaan yang membuat Bulan dan Kenneth yang tidak memperhatikan permainannya sedikit kaget mendengarnya dan sontak bersamaan melihat ke arah lapangan.
Mereka berdua kembali tertawa melihat diri mereka yang bersamaan kaget karena suara teriakkan orang-orang.
"Oh iya lo kenapa pindah sekolah kan udah tahun terakhir bukannya tanggung ya?"
Kenneth terdiam sebentar, "Gakpapa nyari suasana baru aja" Ujarnya asal.
"Haha aneh,"
"Kan capek harus beradaptasi dengan lingkungan baru kalau gue sih males" Ujar Bulan lagi.
Begitulah Bulan terkadang banyak bicara, kadang juga malas bicara dengan orang lain, jadi kalian harus bersyukur jika diajak mengobrol duluan dengan Bulan karena dia sebenarnya bukan tipe yang suka mengobrol jika bukan dengan orang terdekat.
"Gue juga, makanya gue temenan sama si Jono" Ujar Kenneth.
"Anaknya SKSD emang semuanya diajak ngobrol sama dia, gue juga gitu awal kenal sama dia,"
"Ya udah kapan-kapan main sama kita aja dari pada lo ikutan stress nanti kebanyakan sama si Jono" Bulan tertawa sambil melihat Jono yang sedang heboh sendiri menonton permainan basket.
Kenneth ikut tertawa, "Oh iya lo di kelas berapa?"
"XII-1" Kenneth mengangguk kecil.
"Haus, minta minum!" Ujar Fahri, Gino, Niko dan Yuda yang baru saja mendatangi tempat mereka duduk.
Bulan dan Sari memberikan air mineral yang tadi mereka beli ketika dijalan. Bulan melihat mereka heran entah sejak kapan permainan mereka selesai, siapa yang menang juga Bulan tidak tahu. Bulan memberikan brownies yang dia bawa tadi kepada mereka.
"Nih dari Ibu" Ujarnya yang langsung diserbu oleh yang lain.
"Wihh tante Tari pengertian banget makin sayang dah gue sama nyokap lo Tar" Ujar Fahri dengan senyum lebarnya.
"Bilang makasih nanti dari Gino yang paling ganteng" Ujar Gino.
Bulan hanya melihati mereka jengah.
"Nih mau gak?" Bulan menawarkan pada Kenneth yang dibalas dengan gelengan olehnya.
"Gue mau, makasih Bulan" Celetuk Jono yang duduk disebelah Kenneth yang langsung mengambil sepotong brownies tanpa malu.
"Makanan aja cepet lo!" Sewot Sari melihat Jono.
"Heboh lo!" Balas Jono yang langsung dipelototin oleh Sari.
"Eh lo anak baru di kelas XII-3 kan?" Tanya Gino melihat Kenneth yang duduk disamping Bulan.
"Iya"
"Kenalin gue Gino, ini Fahri, Yuda, Niko" Ujar Gino memeperkenalkan.
"Kenneth."
"Ayo kapan-kapan main sama kita jangan kebanyakan main sama si Jono ketularan gobloknya nanti!" Ujar Gino asal yang mengundang tawa.
"Ngaca sono!" Sewot Jono.