Amira 22 tahun menikah kontrak dengan Ferdi baskara untuk biaya kesembuhan ayah angkatnya.
Amira bar-bar vs Ferdi yang perfeksionis
bagaimana kisah tom and Jery ini berlangsung
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
jodoh itu ditangan Tuhan
Amira berjalan dengan langkah jegang menghampiri Renata, sesekali ia meringis.
“Assalamualaikum, Oma,” ucap Amira sambil mencium tangan Renata.
Hah… apa-apaan vampir ini? Dasar munafik! Kenapa di depanku kasar, bar-bar, sedangkan di depan Oma dia seperti perempuan baik-baik saja, pikir Ferdi dalam hati.
Renata pun merasa heran. Sebenarnya ia ingin marah, tetapi perlakuan Amira yang sopan membuatnya bingung.
“Waalaikumsalam,” ucap Renata terbata. Sudah lama ia tidak mengucapkan hal itu. Kehidupan glamor penuh intrik telah menjadikannya wanita dingin dan hampir melupakan tata krama.
“Silakan duduk,” ucap Renata.
“Terima kasih, Oma,” jawab Amira lembut.
Ferdi semakin heran. Sebenarnya Amira ini punya berapa kepribadian? pikirnya.
Amira duduk dengan tenang, meski ada kegelisahan yang samar.
“Katakan padaku, apakah kamu mencintai Ferdi?” tanya Renata.
Suasana mendadak hening. Semua orang menunggu jawaban Amira.
Yang paling panik tentu saja Viona. Ferdi sudah tidak bisa diharapkan. Kini, satu-satunya harapannya hanya Amira. Ia berdoa dalam hati agar Amira tidak memberi jawaban yang mengecewakan.
“Jawablah!” ucap Renata dengan nada sedikit membentak.
Tubuh Amira tampak gemetar. Ia menunduk, bibirnya bergetar.
“A… aku tidak mencintainya,” jawab Amira perlahan.
Deg! Jantung Viona berdebar kencang. Tadi Ferdi sudah mengecewakannya, dan kini Amira pun sama saja. Andai tahu begini, lebih baik aku usir Amira sejak awal, batinnya getir. Kini ia yakin, semua orang akan menyalahkannya. Dalam hati ia hanya bisa berkata lirih, berakhirlah sudah…
“Dengarkan, Bu. Kak Viona tega mengorbankan cinta Ferdi dan wanita ini hanya karena ambisi pribadinya,” ucap Anton, nada suaranya terdengar puas melihat keadaan semakin keruh.
“Benar, Bu. Sekarang Ibu bisa lihat sendiri, menantu Ibu ini sangat mengecewakan. Dia tidak peduli dengan kebahagiaan Ferdi,” sahut Laudia, menambahkan minyak ke dalam api, memanaskan suasana.
“Diamlah!” ucap Renata dengan nada dingin. “Kalian ini selalu bicara tanpa izin dariku.”
Renata menarik napas berat, sorot matanya tajam menembus Amira.
“Lalu kenapa kamu mau menikah bohongan dengan Ferdi, kalau kalian tidak saling mencintai?” tanyanya penuh curiga.
Amira menunduk. Ia menarik napas panjang, seolah menjadi wanita yang pasrah.
“Apa itu cinta, Oma? Sekarang cinta sudah tidak penting lagi.… cinta itu derita tiada akhir.”
"dan mungkin ini ketentuan Tuhan Oma..jodoh itukan sudah ditentukan oleh Tuhan jadi aku terima saja ketentuannya" ucap Amira dengan nada lirih seperti ustadz memberikan nasihat.
'benar-benar pintar sandiwara bisa-bisanya menjelma jadi ustadzah ' pikir Ferdi kesal
Amira Suaranya bergetar, lalu Amira menambahkan dengan lirih,
“Aku sudah menyerahkan tubuhku pada Ferdi, Oma…”
Mendadak ia terisak, bahunya bergetar menahan tangis.
Ferdi mengernyitkan dahi. Apanya yang menyerahkan tubuh? Dia malah ganas menyerangku, pikirnya, heran dengan sikap Amira yang begitu manipulatif.
“Maksudmu apa?” tanya Renata, mulai memperhatikan lebih serius.
“Lihatlah seluruh tubuhku, Oma… Ferdi menyiksaku semalaman. Dia begitu ganas, Oma,” ucap Amira, suaranya bergetar. “Aku dan Ferdi memang tidak saling mencintai, Oma… tapi kami sudah melakukannya." Amira menjada ucapannya
"Melakukan seperti apa?" Tanya renata
"Ya itu ferdi menekanku Oma" ucap Amira
"Terus" tatapan Renata tajam
"Awalnya aku sakit Oma..tapi Ferdi terus memaksaku" ucap Amira
"Terus" ucap Renata semakin tegang
"Terus kami sama-sama enak dan sampai pagi Oma.. disitulah aku melupakan masa laluku..dan aku akan menjadikan Ferdi satu-satunya suamiku" jawab Amira
Hampir saja viona tertawa dengan keras..Amira diluar dugaannya Ferdi walau tidak mencintai Amira dia tidak punya jalan mundur selain menjadikan Amira istrinya karena Renata sangat mengutamakan nama baik keluarga.
"Dia pasti bohong Bu, Ferdi itu hanya mencitai Laras dan tidak mungkin berpaling ke perempuan lain" ucap laudia rencana laudia menghancurkan nama baik viona Akan berantkan.
“Ya, Oma! Dia pembohong. Aku tidak pernah menyentuhnya. Aku hanya mencintai Laras, Oma!” seru Ferdi panik. Baginya, menjadi pewaris tidaklah penting. Yang ia inginkan hanyalah menemukan Laras dan menikahinya.
“Cukup, Ferdi!” bentak Viona, tajam. “Mencintai atau tidak, itu tidak penting, yang terpenting sekarang adalah kamu sudah meniduri Amira. Jadilah anak pemberani, jangan pengecut. Lagian, dia itu istrimu—sah secara negara dan agama!” ucap Viona memperingatkan
“Tapi, Mah, aku benar-benar tidak melakukannya!” sahut Ferdi, wajahnya pucat, panik.
“Diamlah, Ferdi!” bentak Renata kesal. “Kamu juga diam, Viona!” sambungnya sambil menatap tajam.
Kemudian tatapan Renata beralih pada Amira.
“Apakah kamu jujur?” tanyanya penuh tekanan.
“Sudahlah, Oma. Kalau memang Oma dan keluarga tidak mempercayaiku, silakan lihat di kamar suamiku. Ada bercak darah… itu bukti aku sudah menyerahkan segalanya pada Ferdi. Jika aku hamil, biarlah aku tanggung sendiri. Aku akan membesarkan anak keluarga konglomerat ini dengan sederhana. Biarlah semua aku pikul sendiri…” ucap Amira dengan nada sendu.
“Oma, dia berbohong!” sahut Ferdi, kesal.
“Narti…” panggil Viona.
“Ada apa, Nyonya?” tanya Narti, menghampiri.
“Kamu cium Ferdi sekarang,” perintah Viona.
“Jangan… jangan! Aku bisa alergi!” jawab Ferdi panik.
“Nah, Ferdi. Aku ini ibumu. Kamu tidak akan alergi kalau memang mencintai orang yang menciummu. Artinya, kamu dan Amira sama-sama rela melakukannya,” ucap Viona, tegas.
“Tidak! Tidak seperti itu, Mamah. Apa yang dikatakan Amira semua bohong!” seru Ferdi.
“Bu, kita tidak bisa mempercayai orang asing begitu saja. Hanya bercak merah di leher tidak membuktikan kalau Ferdi sudah meniduri wanita ini,” sahut Laudia, mencoba menambah keraguan.
“Ya, wanita ini orang asing. Jangan mudah percaya, Bu. Sebaiknya kita periksa saja ke dokter, apakah dia masih perawan atau tidak,” saran Anton.
Tes keperawanan? Pasti dia bukan perawan. Tidak mungkin ada perawan seagresif dia, pikir Ferdi, wajahnya semakin tegang.
“Tidak, Oma… tidak! Dia bukan perawan!” ucap Ferdi, terburu-buru.
“Iya, dan kamulah orang pertamanya,” balas Amira cepat, menunduk dengan suara parau.
“Tidak! Bukan aku!” sahut Ferdi semakin panik.
“Ya sudah, periksa saja keperawanannya,” desak Laudia.
“Tidak… tidak bisa!” Ferdi makin kalut.
“Sudahlah…” suara Amira pecah di antara isak tangis. “Aku tidak menyangka Ferdi Baskara, dari keluarga terhormat, akan lari dari tanggung jawab. Aku tak menyangka nasibku akan seperti ini… padahal aku sudah menyerahkan segalanya
“Ferdi,” ucap Renata, suaranya tegas. “Kamu harus bertanggung jawab padanya.” Bagi Renata, moralitas adalah harga mati—dan pengakuan Amira sudah cukup mengguncang keyakinannya.
Lalu pandangan Renata beralih pada Amira. “Dan kamu,” katanya dingin, “jika dalam waktu setahun kamu tidak hamil, maka aku akan menghukummu.”
“Tidak, Oma… tidak! Dia bukan wanita, Oma. Dia vampir!” seru Ferdi, hampir menangis, frustasi.
“Jangan, Bu!” sela Anton cepat. “Jangan terburu-buru. Kita harus menyelidiki dia terlebih dahulu. Jangan-jangan dia berasal dari musuh kita yang ingin menghancurkan keluarga ini.”
Renata memikirkan perkataan Anton. Ada benarnya juga. Perlahan, ia menatap Amira dengan sorot mata tajam, penuh selidik.
“Di mana orang tuamu sekarang?” tanyanya dingin.
“Orang tua saya ada di Tiongkok. Saya di sini sejak kecil, bersama paman saya,” jawab Amira, berusaha tenang.
“Oh… Tiongkok, ya? Di bagian mana? Aku punya banyak kenalan di sana,” ucap Renata, nada suaranya makin menekan.
Mampuslah… aku kan cuma asal jawab, batin Amira, mulai panik.
“Kenapa diam? Di mana tepatnya di Tiongkok?” desak Renata, matanya tak lepas dari wajah Amira.
fer kecintaan buangttt ma Kunti