NovelToon NovelToon
JANGAN KE SANA!

JANGAN KE SANA!

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Kutukan / Tumbal
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: DENI TINT

DILARANG KERAS PLAGIARISME!

Aruni adalah seorang mahasiswi di sebuah universitas ternama. Dia berencana untuk berlibur bersama kawan-kawan baik ke kampung halamannya di sebuah desa yang bahkan dirinya sendiri tak pernah tau. Karena ada rahasia besar yang dijaga rapat-rapat oleh ke dua orang tua Aruni. Akankah rahasia besar itu terungkap?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DENI TINT, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 7 - "AKULAH DIRIMU... ANJANI..."

Desa Lanjani

Tempat di mana semuanya pernah dimulai.

Tempat yang telah mengoyak masa lalu.

Dan mungkin... akan kembali merenggut masa depan...

**********

Sosok wanita itu keluar dari dalam kamar, mendekat kepada Aruni yang tetap terpaku tak mampu bergerak sedikitpun. Aruni mencoba sekuat tenaga bertanya kepada sosok itu...

"Si... si... si... siapa kamu?! Di... di... di mana Ibuku?!"

Sosok itu terus berjalan perlahan mendekati Aruni. Dan ketika semakin dekat, tepat berdiri di hadapan Aruni, sosok wanita itu membelai lembut pipi Aruni, dan berkata dengan suara halus,

"Akulah dirimu... Anjani..."

Aruni terpaku bagaikan sebuah kayu yang ditancapkan ke dalam tanah ketika sosok wanita itu sangat dekat dengan dirinya. Masih membelai pipi Aruni dengan tangannya yang terasa dingin. Tercium di hidung Aruni aroma bunga dari tubuhnya, sekaligus aroma yang tak biasa, halus namun menusuk hidung, aroma darah.

"Si-si-siapa kamu sebenarnya?!" tanya Aruni dengan wajah yang semakin cemas dan ketakutan.

"Aku adalah dirimu... aku ada dalam darahmu... dan aku akan membawamu pulang..." jawab sosok wanita itu.

"Gak! Ini bukan rumahku!" jawabnya dengan suara bergetar.

Sosok wanita itu berjalan ke arah belakang tubuh Aruni, lalu membelai rambut Aruni. "Kamu tak bisa menolak takdirmu..." suaranya yang lembut, halus, namun membuat jiwa Aruni semakin ditekan.

"Kamu akan pulang... Sebentar lagi..." ucap sosok wanita itu di dekat telinga Aruni sambil memegang pundaknya dari belakang.

"Gak! Ini semua gak nyata! Aku hanya bermimpi! Iya, aku hanya bermimpi!" Aruni berkata sambil memejamkan mata. Mencoba untuk meyakinkan dirinya bahwa yang dia alami saat ini tak nyata.

Ia masih terus memejamkan ke dua matanya. Sambil menahan rasa takut yang mendera. Namun, tiba-tiba dalam pejaman matanya itu, suasana sekitar menjadi hening. Sangat hening. Aruni mencoba memastikan, masih dengan mata terpejam, dan memang ditelinganya hanya keheningan.

Pelan-pelan ia membuka ke dua matanya. Kali ini dirinya kembali terkejut bercampur kebingungan. Dan berkata, "Hah?! Apa?! Apa-apaan ini?! Di mana aku sekarang?!"

Aruni berada di tempat yang berbeda dari sebelumnya. Ia berdiri di tengah hutan. Hutan yang gelap dan hening. Ia memperhatikan sekitar dengan penuh waspada sekaligus ketakutan, dan tak ada lagi di sekitarnya keberadaan sosok Anjani, tak ada pula tanda-tanda kehidupan. Yang ada hanyalah barisan rapatnya pepohonan.

Di tengah ketakutannya itu, sejurus kemudian, ia seperti mencium aroma harum, aroma harum yang begitu halus. Merasuk ke dalam indera penciumannya. Seketika itu juga Aruni mencari sumber aroma itu.

"Aroma harum apa ini?" ucapnya sambil mulai berjalan perlahan.

Disusuri jalan setapak di hadapannya. Meski tak ada cahaya, namun langkahnya seperti terarah. Badannya semakin berirama mengikuti arah langkahnya. Aruni mulai tak menyadari akan gerakan tubuh dan kakinya, dia benar-benar seperti dituntun oleh sesuatu. Dan semakin lama aroma harum itu semakin kuat.

Dia berhenti sejenak, memperhatikan sesuatu di depan. Ada sebuah rumah di depan sana. Dari sana aroma harum itu berasal. Mendekatlah Aruni ke rumah itu. Dia berdiri beberapa saat di sisi luar rumah itu, terpaku diam namun seperti sedang memperhatikan sesuatu yang ada di dalamnya.

Entah apa yang terjadi dengan Aruni, tiba-tiba tubuhnya berubah perlahan. Namun sekali lagi, dia tak menyadari perubahan pada tubuhnya itu. Tangannya mengeluarkan kuku yang panjang dan tajam. Matanya mulai merah menyala. Dan... yang dirasakannya saat ini adalah... haus dan lapar...

Keanehan yang sudah tak disadari oleh Aruni semakin menjadi-jadi. Tubuhnya mampu menembus dinding rumah ketika dua tangan dengan kuku panjang tajam itu menyentuhnya. Dan dengan jelas Aruni melihat seorang pemuda sedang terlelap dalam tidurnya. Aroma harum berasal dari tubuh si pemuda di hadapannya itu.

Aruni mulai memperhatikan seluruh tubuh sosok pemuda itu. Ia melihat kalung di leher pemuda itu bertuliskan "Kirman". Namun karena rasa haus dan lapar yang semakin hebat ia tak mempedulikan tulisan itu.

Tiba-tiba pemuda itu terbangun dan terkejut saat melihat Aruni berdiri di samping dipannya, namun tak bisa bergerak dan berteriak. Kaku seluruh tubuhnya, bisu lidahnya, hanya terasa ketakutan yang sangat mencekam.

Rasa takut yang dilihat oleh Aruni dari pemuda itu bagaikan sebuah kekuatan yang perlahan masuk ke dalam tubuhnya. Dan... Aruni perlahan menyentuh tubuh sang pemuda itu, hingga tepat ke dua tangan Aruni itu berada di atas perut sang pemuda... kemudian... Aruni membelahnya...

Terlihat isi perut yang bersimbah darah dihadapan Aruni. Namun baginya saat itu seperti melihat sajian nikmat, harum, serta penuh kekuatan. Dan... Aruni melahapnya perlahan. Sang pemuda yang bergetar dalam kekakuan, merasakan sakit tak terkira, merasakan setiap bagian dalam perutnya ditarik, dirobek, dikunyah oleh Aruni. Hingga diujung nyawanya, sang pemuda hanya mampu berkata dalam hatinya...

"Ayah... Tolong..."

Pemuda itu pun tewas mengenaskan dengan isi perut yang sudah habis. Aruni masih berdiri di samping jasadnya, namun seketika itu juga dirinya seperti tersadar lalu wujudnya kembali ke wujud Aruni.

Dia melihat ke arah jasad sang pemuda, dengan amat sangat terkejut, dia berteriak histeris, "AAAAAAAAAAAAHHHH!!!!!!"

Badannya lemas, mundur mencoba menjauh. Dia sampai terjatuh, dan merasa tak percaya dengan apa yang dia lihat. Sesosok jasad pemuda. Lalu ia melihat ke dua tangannya, penuh darah. Ia memegang wajah dan mulutnya, penuh darah.

"Ada apa ini sebenarnya?! Apa yang terjadi padaku?! Kenapa aku membunuhnya?!" suaranya bergetar, tangannya bergetar.

Aruni meski kakinya terasa lemas tak berdaya, ia mencoba bangkit dan berjalan ke luar dari dalam kamar itu. Berjalan menuju ke pintu depan rumah, ia dobrak sekuat tenaga sampai tubuhnya kembali terjatuh. Aruni menangis dengan penuh ketakutan dan rasa tak percaya dengan apa yang baru saja dia alami.

Ia bangkit dan mencoba berlari menjauhi rumah tersebut. Terus berlari ke dalam gelapnya hutan. Berlari ke dalam keheningan. Dan... tak lagi terdengar suara apapun darinya, hanya... keheningan yang mencekam...

**********

Beberapa tahun kemudian, di desa Lanjani yang begitu asri dan tenang...

Anjani menjalani kehidupan yang penuh kebahagiaan. Kebahagiaan yang dirasakan pula oleh suaminya. Dirinya dihormati dan disegani oleh penduduk desa seperti mereka menghormati dan segan kepada mendiang Ayahnya. Anjani pun selalu baik kepada siapa saja seperti mendiang Ibunya.

Kebahagiaan itu semakin bertambah saat Anjani melahirkan seorang bayi perempuan yang cantik. Para penduduk desa satu persatu bergantian mengunjungi rumahnya. Untuk memberikan doa dan juga merasakan kebahagiaan dengan Anjani dan suaminya.

"Wah... cantik sekali ya anakmu Nduk... cantik seperti Ibunya..." ucap salah seorang penduduk desa yang datang berkunjung. Anjani membalas dengan senyuman yang hangat.

"Siapa nama anakmu ini Nduk?" tanyanya kepada Anjani.

Dan Anjani menjawab...

"ASIH"

1
Marta Quispe
Suka banget!
Deni Komarullah: Wah... Terima kasih Kak... Dukung terus ya... ☺️☺️☺️
total 1 replies
Gusti Raihan
Ditunggu kelanjutannya!
Deni Komarullah: Wah... Terima kasih sudah kasih komentar ya Kak... Oh iya, BAB 3 sudah rilis Kak... Selamat membaca ya...
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!