Hallo, selamat datang kembali di cerita kedua Author, semoga kalian suka ya. ❤️
••••••••••
"kenapa kamu lakukan ini mas?" ucap Sela, dengan tubuh bergetar.
"maaf." ucap bayu, dia menunduk tak berani menatap Sela.
"Mas, kamu sudah janji sama aku. kamu tidak akan pernah meninggalkan aku."
"aku tidak akan meninggalkan kamu sela, aku menikahi citra karena aku hanya ingin punya anak." ucap Bayu membela diri.
"tapi bukan seperti ini mas." lemah Sela.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona_Written, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25
Jam 11 siang banu yang sudah berada di ruangannya kembali keluar dan menghampiri sela yang sedang terfokus di komputernya.
"sel, aku akan keluar meeting sama perusahaan Y karna tuan bryn belum juga bangun, kamu jagain dia kalo bangun hampiri dia takut membutuhkan sesuatu."ucap banu.
"Kenapa harus aku, apa tidak ada OB yang mau menunggunya."ucap sela. Jujur saja dia masih trauma dengan kejadian tadi.
"bryn tidak akan mau kalo sama orang lain."ucap banu.
"Ta—tapiii."ucap sela ragu. Bayangan saat dirinya di cengkram tadi masih terus berputar di kepalanya dan membuatnya sangat takut.
"Dia tidak akan menyakitimu lagi, tadi hanya sedang tidak sadar saja."ucap banu, dia tau apa ketakutan sela.
"Hmmm, baiklah."ucap sela akhirnya pasrah.
banu mengangguk, lalu meninggalkan sela, dia kembali ke ruangannya untuk mengambil berkas yang dia butuhkan, setelahnya dia pergi meninggalkan gedung pencakar langit itu.
**
Jam 12 siang sela sudah sangat lapar, akhirnya dia memesan makanan karna tidak memungkinkan dirinya untuk meninggalkan bryn sendiri di ruangannya.
"Dia tidur apa pingsan si, kok gak bangun- bangun."gumam sela, dia menatap pintu ruangan atasannya itu sambil menunggu pesanan makanannya tiba.
"Apa dia baik—baik saja."gumamnya lagi, perasaan khawatir tiba- tiba menyeruak di pikirannya.
"Ahh, biarin sajalah, dari pada aku yang kena lagi."lanjut sela, dia memainkan ponselnya sambil memantau makanan yang sedang di pesannya itu.
Setengah jam kemudian, Makanan yang di pesan sela pun tiba, dia segera membuka makanan itu dan memakannya, namun baru saja dia memakan beberapa suap, pintu ruangan bryn itu terbuka dari dalam, sela mengalihkan pandangannya ke arah pintu itu.
"Tu— tuan, anda sudah bangun."ucap sela.
"Kenapa kamu tidak membangunkan saya."ucap bryn dengan suara dingin dan tatapan tajamnya.
"Ma— maaf tuan, saya hanya takut mengganggu, saya di perintahkan oleh tuan banu juga hanya untuk menunggu anda bangun."ucap sela.
"Kemana dia?" Tanya bryn.
"Meeting sama perusahaan Y tuan."Ucap sela.
"Pesankan saya makan siang."ucap bryn kepada sela.
"Mau makan apa tuan?" Tanya sela.
"Pesankan saya menu makan sayuran dan daging saja."ucap bryn.
"Baik tuan."ucap sela, "minumnya tuan?" Tanya sela lagi..
"Orange juice aja."ucapnya, lalu dia melangkah masuk kembali ke dalam ruangannya, menunggu makanan yang di pesan sela tiba.
sela segera memesankan makanan untuk bosnya itu, sambil menunggu makanan milik bryn, sela segera menghabiskan dan menyelesaikan makan siangnya terlebih dahulu.
Setelah makanan milik bryn tiba sela langsung menyiapkan semuanya dan membawanya ke dalam ruangan bosnya itu.
Tok tok tok
Ceklek, sela membuka pintu ruangan bryn.
"Permisi Tuan, ini makanannya."ucap sela, dia meletakan nampan berisikan makanan itu di meja yang ada di depan sofa yang terdapat di ruangan itu.
Setelah meletakan semuanya, sela bangkit dan hendak keluar dari ruangan itu.
"Tunggu."ucap bryn, dia menghentikan sela.
"I—iya tuan."ucap sela, dia berbalik menatap bosnya yang juga sedang menatap dirinya.
"Terimakasih dan maaf untuk hal tadi sela."ucap bryn, dia menatap sela dengan lekat.
sela hanya mengangguk mendengar ucapan bryn.
"Tidak apa tuan, itu sudah tugas saya sebagai sekertaris anda."ucap sela.
"Apa tubuhmu ada yang sakit, sebaiknya kita kerumah sakit untuk memeriksanya."ucap brun..
"Ti—tidak tuan, saya baik- baik saja."ucap sela dengan gugup.
"Saya mencengkram wajahmu dengan sangat kuat, sudah pasti itu sangat sakit, mungkin sekarang belum terasa olehmu, takutnya nanti malam atau besok berasa sakitnya."ucap bryn..
"Tapi saya bener tidak apa- apa tuan."ucap sela.
"Sudahlah, kamu tunggu saya makan, setelah ini saya antar kamu ke rumah sakit, saya sudah menghubungi dokter saya."ucap bryn.
"Tapi tuan."
"Tidak ada penolakan sel, kamu karyawan saya, jadi tanggung jawab saya, terlebih itu karna ulah saya."ucap bryn.
sela hanya diam, menolak pun di rasa akan percuma karna bryn tidak akan menerima penolakan apapun darinya.
"Saya keluar dulu tuan."ucap selaa, dia berbalik dan melangkah keluar dari ruangan bryn..
**
Kini sela dan juga bosnya sudah berada di rumah sakit untuk bertemu dengan dokter yang sudah di janjikan oleh bryn, mereka hanya menunggu sebentar, setelah itu langsung masuk ke dalam ruangan dokter itu.
"Siang tuan bryn."Sapa dokter itu dengan ramah.
bryn hanya mengangguk dengan tatapan datar, sedangkan sela mengangguk tersenyum.
"Periksa dia."ucap bryn, setelah mereka duduk di kursi yang ada di hadapan meja kerja dokter itu.
"Baik nyonya. Ikut saya."ucap Dokter itu.
"Silahkan berbaring, biar saya periksa rahangnya."lanjutnya, sebelum ke rumah sakit bryn memang sudah memberitahu semuanya kepada dokter itu.
Setelah di periksa dan di sentuh, akhirnya dokter menjelaskan jika tidak ada luka yang perlu di khawatirkan, dokterpun memberikan obat pereda nyeri kepada sela.
"Nanti di minum sehari 3 kali ya."ucap dokternya.
"Baik dok, terimakasih."ucap sela.
Dokter itu mengangguk, lalu bryn meletakan beberapa lembar uang berwarna merah dan keluar dari ruangan itu di susul oleh sela.
sela mengekor di belakang bryn. Namun saat tiba di lobi rumah sakit langkahnya terhenti karna seseorang yang memanggilnya.
"Wah, wah wah. Ternyata kamu tidak sebaik yang aku pikir ya mbak. Ternyata kamu juga memiliki laki- lain di belakang mas bayu, bagaimana ya jika mas bayu tau."ucap citra yang tidak tau muncul dari mana.
sela menatap citra dengan mata bulatnya, agar wanita itu diam.
"Kenapa panik mbak, kamu takut jika semua yang ada di sini tau jika kamu seorang istri tapi berselingkuh dengan laki- lain."ucap citra lagi dengan sengaja.
Hal itu membuat sela menjadi pusat perhatian dan semua yang menatapnya dengan sinis sambil berbisik- bisik.
"Siapa yang berselingkuh?" Tanya bryn, akhirnya dia angkat bicara.
"citra diamlah, jangan membuat hidupmu dalam masalah."ucap sela.
"Memangnya kenapa aku harus diam mbak, kamu takut jika kebusukan kamu terbongkar."ucap citra.
"Kebusukan apa yang kamu maksud. Bukannya disini kamu yang seorang pelakor dan istri kedua dari suamiku, kenapa sekarang kamu malah menuduhku yang berselingkuh dari suamiku."ucap sela. Kini mereka menjadi topik hangat oleh semua pengunjung rumah sakit itu.
"Hahahah, aku memang istri kedua suamimu mbak, tapi kami sudah menikah, tidak seperti dirimu, bilang ke suami bekerja, ternyata bekerja sebagai pemuas nafsu laki- laki hidung belang."ucap citra sambil menatap bryn yang juga sedang menatap dirinya dan juga sela secara bergantian.
"Jaga ucapanmu citra."ucap sela dengan kesal.
"Dia bosku di perusahaan, dia memang mengantarkan aku ke rumah sakit karna ada kecelakaan di perusahaan."lanjut sela.
"Mbak- mbak, memang kamu pikir bakal ada yang percaya dengan omong kosongmu itu."ucap citra sambil melipat tangannya di dadanya.
"Terserah apa yang kamu ucapkan, saya tidak memiliki waktu untuk meladeni wanita jalang sepertimu."ucap sela, dia hendak melangkah meninggalkan citra, namun citra menjulurkan kakinya ke depan hingga membuat sela keserimpet dan hampir terjatuh, beruntung ada bryn di depannya hingga dia terjatuh ke tubuh tegap bosnya itu.
sela diam dan menatap wajah bosnya yang juga sedang menatapnya.
"Maaf tuan."ucap sela, dia langsung membenarkan posisinya kembali.
bryn menatap marah citra.
"Jangan pernah mencelakainya, atau anda akan berhubungan dengan saya."Ancam bryn, setelah mengatakan itu bryn menarik tangan sela dan pergi dari sana.
"Si*lan, siapa sebenarnya laki- laki itu."ucap citra dengan penasaran.
bryn menarik tangan sela hingga di parkiran dan masuk ke dalam mobil, lalu menjalankannya dan kembali ke perusahaan, di perjalanan bryn tidak menanyakan apapun kepada sela, dia berpikir jika itu bukan ranahnya, dia bukan orang bodoh yang tidak bisa menangkap percakapan mereka tadi.