Ini salah, ini sudah melewati batas perkerjaan ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sansus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ciuman rasa teh
Karena aku baru bisa tertidur pada waktu subuh, aku pun bangun dari tidur pada siang hari, begitupun dengan Om Javar. Dengan rasa malas aku berjalan ke arah kamar mandi untuk melakukan ritual membersihkan diri karena ini sudah terlalu siang tapi aku belum juga membersihkan diri.
Sedangkan Om Javar setelah bangun tidur tadi, dia langsung membuka laptopnya dan mengerjakan sesuatu karena memang seperti yang dia katakan kepada ku jika dia akan bekerja dari rumah sampai besok, entahlah apa maksudnya, aku tidak mau banyak bertanya.
Kali ini aku tidak melupakan baju ganti ku seperti kemarin, aku sudah memakainya di dalam kamar mandi dan berjalan keluar dari sana. Aku pun menghampiri Om Javar yang sedang ada di meja kerjanya yang terdapat di kamar ini.
"Om, mau aku bikinin kopi atau teh nggak?"
"Teh aja kalo kamu gak keberatan."
"Oke! Tunggu sebentar ya!" Aku pun mulai melangkahkan kaki keluar dari kamar, tapi suara milik Om Javar menghentikan ku.
"Tunggu." Langkah ku tertahan, dan berbalik badan kembali menghadap ke arah nya.
"Ada apa?"
"Teh nya jangan manis-manis ya."
"Okkey, tunggu sebentar." Aku kembali melanjutkan langkah ku yang tertahan tadi.
Tidak memerlukan waktu lama untuk membuat secangkir teh hangat yang tidak terlalu manis sesuai permintaannya, aku pun langsung membawa teh tersebut ke dalam kamar, lebih tepatnya untuk memberikan teh itu kepada Om Javar.
Saat sampai di kamar, aku melihat Om Javar masih pada posisi yang sama seperti saat aku pergi ke dapur tadi, berhadapan dengan laptop. Melangkahkan kaki mendekat kepadanya dengan secangkir teh hangat yang ada di tangan ku.
"Ini teh nya, semoga sesuai sama selera Om." Ucapku sambil meletakkan cangkir teh hangat tersebut di meja kerjanya.
"Terimakasih, Amira. Hari ini kamu ada rencana buat ngelakuin apa? Maaf saya tidak bisa menemani kamu karena masih ada yang perlu saya urus."
"Eumm ngapain ya? Aku juga gak tau."
"Kalo gitu kamu istirahat aja di apartemen."
Mendengar perkataannya itu aku menjadi kepikiran bagaimana keseharian ku jika terus-menerus seperti ini setiap harinya, pasti sangat membosankan. Aku harus melakukan kegiatan apa ya agar tidak hanya diam di apartemen saja? Tiba-tiba les memasak melintas di otakku. Benar juga! Kenapa aku tidak mengikuti les memasak saja?
"Kayaknya kalo tiap hari aku kayak gini terus bakalan ngebosenin banget deh."
"Terus kamu mau ngapain?"
"Gimana kalo aku ikut les memasak? Itung-itung ngisi waktu luang aku, biar aku gak bosen juga di apartemen kalo Om Javar lagi kerja."
"Saya takut kamu kecapekan."
"Nggak kok! Lagipula les memasaknya pasti gak secapek itu."
"Kamu yakin?"
"Yakin banget! Aku bakalan bosen dan jenuh kalo tiap hari diem terus di apartemen."
"Ya udah, nanti saya minta tolong carikan tempat les memasak yang dekat dari sini."
"Yey! Makasih banyak Om Javar!"
Saking senangnya aku tidak sadar bahwa aku refleks memeluk tubuhnya yang sedang duduk di kursi yang ada di meja kerjanya, hal itu tentu saja membuat dia kaget dan aku langsung kikuk menjauhkan diri dari dekatnya.
"Eumm maaf ya Om. Gak sengaja, aku refleks saking senangnya." Ucapku pelan dengan kepala yang menunduk sambil memainkan jari-jari tangan ku.
"Tidak apa-apa. Saya tidak keberatan, malahan saya suka kamu melakukan itu."
Langsung saja aku melayangkan sebuah pukulan kecil pada bahu nya, itu sih namanya cari kesempatan!
"Ya itu mah Om yang keenakan."
"Memang enak, apalagi hal yang lebih dari ini pasti lebih enak."
Oh Tuhan! Bagaimana dia bisa mengatakan hal terkutuk itu di depan duriku?? Dirasa pipiku yang memanas karena malu, bisa aku pastikan jika pipiku sekarang sudah memerah.
"Hei! Apa kamu sakit? Kenapa pipimu menjadi merah begitu?" Kan memang benar dugaan ku.
"Aku malu, Om emang gak malu ngomong se vulgar itu di depan aku?"
"Ngomong vulgar? Pas kapan saya ngomong vulgar ke kamu?" Tanya nya dengan wajah yang menyebalkan.
"Udah ah gak tau!" Karena kesal aku pun menjauh dari nya dan mulai berjalan ke arah ranjang empuk yang ada di kamar ini, memilih untuk membuka ponsel ku dengan wajah yang cemberut.
Terdengar suara dentingan cangkir yang diletakkan, aku pun melirik ke arahnya, ternyata dia baru saja menyicipi teh hangat buatan ku dan beranjak dari kursinya, berjalan ke arah ku. Melihat hal itu, timbul pertanyaan di kepala ku, mau apa dia kesini?
"Teh buatan kamu enak, saya suka." Tanpa aku duga, dia mengatakan hal tersebut membuat aku semakin kebingungan.
"Beneran? Ini bukan cuma karena Om mau bujuk aku biar gak ngambek kan?"
"Kalo kamu gak percaya, kamu cobain aja sendiri."
Untuk membuktikannya aku pun berniat beranjak dari tempat tidur, tapi gerakan tiba-tiba dari nya membuat ku terkejut setengah mati, dia mencium ku! Tapi sepertinya ini termasuk kedalam lumayan karena lidahnya yang juga ikut bermain.
Tengkuk ku ditekan olehnya agar aku tidak memberontak ataupun melepaskan ciuman ini, merasa kehabisan nafas, aku pun memukul pelan bahunya agar dia mau melepaskan tautan bibir kami.
Akhirnya tautan bibir kami pun terlepas menyisakan benang saliva terbentang di antara kami berdua, aku berusaha untuk mengatur nafas ku yang memburu karena kehabisan oksigen akibat ulah dari pria yang kini sedang menatap ku dengan senyum jahilnya.
"Gimana? Anak kan rasa teh nya?" Itu pertanyaan yang dilontarkan dari bibir yang tadi dengan seenaknya mencium diriku. Memang rasa teh nya masih terasa, tapi bukan begini cara untuk memberitahu ku tentang rasa teh nya.
"Gak enak, Om apa-apaan sih?! Kaget tau." Aku pun semakin dibuat kesal olehnya.
"Harus mulai terbiasa, jangan sampe kaget lagi."
"Lagian siapa coba yang gak kaget digituin? Main nyosor tiba-tiba aja."
"Berarti kalo saya izin dulu, boleh?"
"Ya gak gitu maksud aku."
Dia pun terkekeh mendengar jawaban dari ku, hal itu lantas membuat ku semakin kesal, karena saking kesalnya, aku pun mencubit tangannya yang berbeda di bahu ku.
"Awhss.. tangan saya sakit Amira." Dia pun meringis kesakitan.
"Biar tau rasa!" Ucapku sambil beranjak dari kasur memilih untuk pergi keluar dari kamar daripada nantinya terjadi hal yang lebih dari yang sebelumnya.
"Hei! Tunggu! Kamu mau kemana? Katanya mau cobain teh nya enak atau nggak."
"Gak enak! Tadi aku udah cobain."
"Pas kapan kamu cobanya?"
Dasar! pria tua ini memang benar-benar sangat suka menggoda ku, rasa kesal ku sudah sampai di ubun-ubun, daripada kekesalanku ini meledak lebih baik aku pergi dari kamar ini, aku pun keluar dari kamar itu sambil menutup pintu dengan keras.
______________________________________
Tolong kasih ulasan buat cerita ini ya, biar aku makin semangat buat update nya.