Ayo Bercerai Kaisar!

Malam hari telah tiba, semua orang tampaknya sudah berada dalam dunia mimpi setelah melakukan aktifitas di hari yang cukup melelahkan ini. Namun, di dalam sebuah kamar yang baru saja di huninya seorang wanita muda tampaknya sedang membaca buku yang begitu tebal dengan sampul hitam tersebut.

“Huh,” Annete menghela nafas frustasi ketika membaca buku tersebut.

“Aku bisa gila jika terus membaca buku ini, tidak ada satupun dari kasus ini yang terlihat mudah,” gumamnya.

“Dasar Annete bodoh bukannya lebih baik meminta kompensasi yang lain dari pada ini. Seperti kata Gabriel ini sama saja dengan menggali kuburanku sendiri!” ujarnya dengan penuh penyesalan.

Annete terdiam sejenak lalu memperhatikan bulan yang bersinar begitu indah malam ini.

“Menyesal tidak ada gunanya saat ini, yang bisa kulakukan hanya berusaha dengan sekuat tenaga,” ujarnya pada diri sendiri.

Annete kembali membaca buku tersebut kali ini ia kembali membacanya dari awal dengan perlahan.

‘Kasus pertama yakni dimana dalam kasus tersebut seorang wanita di temukan tidak bernyawa di sebuah gang gelap di dekat pasar. Tidak di temukan bekas benda apapun di tubuhnya bahkan wanita itu terlihat baik-baik saja.’

“Apa mungkin dia di racun?” tanya Annete pada dirinya sendiri.

“Tapi jika itu racun maka tidak mungkin jika tim penyidik sebelumnya tidak bisa menemukannya,” jawabnya pada diri sendiri.

Alana menarik sedikit rambutnya yang mulai terasa pengap karena terlalu banyak berpikir.

“AKH, lebih baik aku tidur saja, bukankah lebih baik besok aku datang dan melihat sendiri daripada hanya seperti orang gila yang menebak sesuatu yang tidak pasti,” gumam Annete di akhir.

Wanita itu dengan perlahan berjalan ke atas kasurnya lalu mulai membaringkan tubuhnya yang mulai terasa sangat lelah karena perjalan dan semua yang terjadi pada dirinya.

‘Ku harap besok akan menjadi hari yang lebih baik dari pada hari ini,’ harapnya lalu masuk ke dalam dunia mimpi.

Tapi siapa sangka sesuatu yang menyebalkan telah menunggu Annete di esok harinya.

Keesokkan harinya di gang dekat pasar.

Annete telah berada di tempat itu dengan dua orang kesatria yang menjaganya. Untungnya kaisar tampaknya masih perduli dengan keselamatannya dengan mengirim dua orang tersebut.

“Jika menurut buku ini maka disini adalah tempat yang di maksud dan kejadiannya sudah berlangsung seminggu yang lalu sehingga korban juga telah di makamkan. Jika begini akan sulit bagiku untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dan siapa yang menjadi pelakunya,” gumam Annete. Ingin rasanya ia berteriak dan juga berguling saat tidak bisa mendapatkan petunjuk apapun.

Hingga beberapa saat Annete memutuskan untuk pergi dari tempat tersebut tapi baru saja ia akan pergi wanita itu mengingat sesuatu yang sangat penting.

“Kenapa aku baru menyadarinya sekarang,” gumam Annete lalu dengan cepat berjalan ke arah pasar yang begitu ramai di saat ini.

“Hei, kalian berdua juga ikut dalam penyelidikan wanita yang meninggal di gang tersebut kan? Menurut kalian apakah ada yang mencurigakan di awal penemuan mayatnya?” tanya Annete.

“Iya kami memang ikut dalam penyidikan hari itu dan tidak ada bentuk kekerasan yang di terima dengan wanita itu,”

“Apa ada yang kalian temukan? Maksudku apa mungkin dia meninggal kerena racun?” tanya Annete.

“Tidak nona, awalnya juga kami berpikir jika itu mungkin saja racun akan tetapi tidak ada racun yang terdeteksi di tubuhnya atau jika ada racun kami pasti akan menemukan sisa racun tersebut pada tersangka,” jelas salah seorang prajurit yang di setujui dengan yang lainnya.

“Huh, ini menyebalkan.”

“Jika begitu maka tolong antar aku untuk menemui keluarga korban, jika begitu mungkin saja wanita ini meninggal karena memiliki penyakit,” tebak Annete.

‘Ya ini adalah pilihan lain, jika dia tidak mati karena kekerasan atau racun maka itu bisa saja penyakit yang tiba-tiba saja kambuh,’ batin Annete.

Hingga beberapa saat kini mereka bertiga telah tiba di rumah wanita tersebut. Tampak di depannya ada seorang pria dan juga wanita yang tengah mengobrol di tambah dengan anak perempuan yang tengah asik bermain.

“Permisi, saya dari kekaisaran untuk kembali menyelidiki tentang kematian Arina,” ujar Annete lalu memperhatikan anak perempuan yang tengah sibuk memotong beberapa bunga berwarna putih untuk ia jadikan mainan.

“Ternyata petugas dari kekaisaran, silahkan masuk maka saya akan membuatkan minuman,” ujar wanita paruh baya tersebut.

“Hmm baiklah nyonya, tapi tidak perlu membuat minuman karena kami mungkin hanya sebentar saja,” jelas Annete.

‘Bukankah aku sudah terlihat seperti detektif yang sangat hebat?’ bangga Annete yang hanya bisa ia simpan untuk dirinya sendiri.

“Baiklah jika begitu maka saya ingin bertanya apa hubungan kalian berdua dengan korban?” tanya Annete yang sudah masuk ke dalam rumah tersebut bersama dengan kedua kesatria yang di bawanya.

“Kami berdua adalah bibi dan pamannya Arina, gadis malang itu padahal telah kehilangan ibu dan juga ayahnya pada saat ia masih kecil tapi sekarang dia juga harus kehilangan nyawanya,” ujar wanita tua itu dengan begitu sedih.

“Jadi kedua orang tuanya telah meninggal? Lalu dia tinggal bersama dengan kalian berdua di rumah ini?” tanya Annete.

“Iya, kami tinggal bersama di tempat ini dengan penuh kasih sayang,” jawab wanita itu sedangkan sedari tadi suaminya tersu mencoba untuk menenangkannya.

“Penuh kasih sayang?” ulang Annete.

“Iya dengan penuh kasih sayang,” kali ini pria itu yang menjawabnya.

“Aku cukup penasaran dengan apa yang kau katakan sebagai kasih sayang itu,” ujar Annete membuat semua orang menatap padanya yang baru saja mengeluarkan kata-kata yang tidak baik kepada seseorang yang baru saja kehilangan.

“Nona bukankah Anda telah keterlaluan,” ujar salah seorang prajurit yang ada bersamanya.

“Siapa namamu?” tanya Annete.

“Saya Elias,” jawab pria tersebut.

“Dan kau yang satunya?” tanya Annete.

“Saya Reno nona,” jawab yang satunya.

Tentu saja semua orang bingung dengan apa yang lagi-lagi dikatakan oleh Annete.

“Baiklah jika begitu maka saya tanya lagi apakah kalian berdua memiliki keluarga?” tanya Annete yang di angguki oleh kedua pria tersebut meskipun dengan wajah yang penuh dengan kebingungan.

“Maaf nona penyidik maksud Anda apa ya?” tanya wanita paruh baya tersebut yang mulai kesal dengan sikap Annete yang dengan jelas menghinanya.

“Saya belum selesai berbicara dengan rekan-rekaan saya jadi jangan memotongnya bibinya mendiang Arina,” pinta Annete. Jujur saja ia tidak mengenal wanita ini sama sekali.

“Apakah kalian akan meninggalkan anggota kalian yang kalian sayangi itu untuk tidak ikut di lukis bersama dalam lukisan keluarga?” tanya Annete yang membuat pasangan suami istri tersebut kaku.

“Apa maksud Anda nona, jika itu lukisan kelurga maka semua anggota keluarga harus ada di dalamnya,” jelas Elias.

Mendengar hal tersebut Annete tersenyum miring lalu menatap pasangan suami istri tersebut.

“Jadi bagaimana kalian menjelaskan lukisan keluarga kalian yang tidak ada nona Arina di dalamnya,” ujar Annete dengan menunjuk pada lukisan yang terpajang di ruangan tersebut.