Dewi Ular Seosen 3
Angkasa seorang pemuda yang sudah tak lagi muda karena usianya mencapai 40 tahun, tetapi belum juga menikah dan memiliki sikap yang sangat dingin sedingin salju.
Ia tidak pernah tertarik pada gadis manapun. Entah apa yang membuatnya menutup hati.
Lalu tiba-tiba ia bertemu dengan seorang gadis yang berusia 17 tahun yang dalam waktu singkat dapat membuat hati sang pemuda luluh dan mencairkan hatinya yang beku.
Siapakah gadis itu? Apakah mereka memiliki kisah masa lalu, dan apa rahasia diantara keduanya tentang garis keturunan mereka?
ikuti kisah selanjutnya.
Namun jangan lupa baca novel sebelumnya biar gak bingung yang berjudul 'Jerat Cinta Dewi Ular, dan juga Dunia Kita berbeda, serta berkaitan dengan Mirna...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua puluh enam
Angkasa menyusuri jalanan berkebut yang seolah tak mau pergi. Tatapannya selalu awas dengan dengan setiap arah yang ada.
Mereka terus berjalan melewati pepohonan yang tampak tumbuh liar dan menimbulkan kesan mistis yang begitu sangat kuat.
"Harap kalian berdoa, sebab pintu gerbang penyeberangan ke dunia kita akan terbuka hanya dengan ijin Sang Pencipta." Angkasa mengingatkan ketiga para mahasiswanya. "Apapun agamamu dan kepercayaanmu, mohon lah pada-Nya."
Kavita membolakan kedua matanya."A-apa maksudnya?" tanyanya dengan bibir bergetar. Selama ini ia tak pernah mempercayai hal ghaib, dan itu hanya ia anggap bullshit semata.
Namun kali ini ia harus mengalaminya sendiri, bahkan mendapatkan serangan yang sangat mengerikan dari sosok yang sangat mengerikan dan meninggalkan bekas luka dibagian lengan tangannya.
"Kita terjebak didalam dimensi lain, yang mana akan membuat kita terperangkap disini selamanya jika tidak dapat menemukan jalan keluarnya," Angkasa mencoba menjelaskan situasinya.
Gadis itu semakin bergidik ngeri. Andai ia terjebak berdua saja dengan Angkasa, mungkin ia rela, meskipun harus selamanya. Tetapi saat ini ada Dita dan Galuh yang pasti sangat menyebalkan.
Saat bersamaan, terdengar suara derit yang semakin lama semakin kuat. Bahkan suaranya bukan hanya satu arah, tetapi dari berbagai arah.
Saat mereka mendongakkan kepala keatas, terlihat rerantingan pohon yang bergerak dengan tak wajar, seolah mereka seperti tangan-tangan yang hidup dan sulur dari pohon beringin tampak memanjang dan seolah ingin membelit mereka.
Angkasa menggenggam keris ditangannya. Ia menarik pergelangan tangan Dita dan menoleh kearah Galuh yang sedari tadi hanya berdiam diri sembari memperhatikan luka dilengan Kavita yang tampak semakin menyebar.
"Galuh, tetap saling bergandengan tangan, dan jangan coba melepaskannya satu sama lain, kita harus segera kembali!" ucap Angkasa saat melihat dahan-dahan pohon yang semakin bergerak seolah hendak menangkap mereka.
Galuh meraih pergelangan tangan Angkasa dan juga Dita. "Vit, pegang tanganku dan juga Dita,"
Kavita tampak enggan. Tentu saja ia tak mau menggenggam Dita, itu sangat menurunkan gengsinya.
Sulur-sulur pohon beringin tampak semakin memanjang, dan Kavita masih dengan keras kepalanya yang tak mau juga memegang tangan Dita, hingga akhirnya Galuh mencengkramnya dan memaksa menggenggamnya.
Namun Kavita tak mau juga mendengarkan mereka.
Sukur semakin dekat dan ketika jarak semakin dekat, mereka harus segera saling mengeratkan, dan Dita dengan cepat menyambar pergelangan tangan gadis sombong tersebut, hingga akhirnya sulur pohon beringin itu membelit mereka.
Pohon-pohon disekitarnya terlihat memiliki wajah yang sangat mengerikan dengan mulut yang terbuka lebar dan bersiap untuk melahap keempatnya.
Dalam situasi yang sangat genting, Angkasa melantunkan doa yang dapat membuat mereka keluar dari dunia yang bukan menjadi tempat mereka.
"Bismillahi tawakkaltu 'alallahi, wa laa hawla wa laa quwwata illa billah," yang mana Artinya "Dengan menyebut nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah, tiada daya dan upaya kecuali atas pertolongan-Nya (Izin) Allah.
Sulur-sulur itu membawa mereka ke arah mulut pohon yang ternganga dan siap melahap mereka sebagai nutrisi yang sangat dibutuhkan untuk kekuatannya.
Saat mereka tiba dibibir mulut pohon. Terlihat sebuah kilauan cahaya berwana ungu dengan diiringi munculnya naga yang meliuk dan menyerang pohon yang hidup dan ingin memangsa mereka.
Lalu sebuah cahaya terlihat sangat berkilau bagaikan berputar membentuk spiral dan mereka berteriak kencang.
"Aaaaaaaaaa...,"
Braaaaak
Keempatnya terlempar ke hutan yang mana kabut embun tak lagi setebal seperti semula.
"Aaaaarrrgh," Kavita mengerang kesakitan, dan beranjak bangkit dengan kepayahan.
Dita mencoba membantunya dengan mengukurkan tangannya. Tetapi dengan cepat ia menepisnya. Kemudian bangkit dengan wajah masam.
"Kita sudah kembali kedunia nyata." Angkasa mengamati hutan yang dipenuhi oleh pohon eucalyptus, namun hari sudah gelap, dan pastinya malam hari.
Sementara itu, Rey tampaknya masih mencari seseorang, dan itu terlihat dari wajahnya yang gelisah dan ia berjalan menuju lorong dibalik stalagmit.
Aroma tubuhnya semakin jauh, namun ia tak ingin membuat kedua gadis yang berada dihadapannya kabur demi mengejar yang terlepas
Ia menggeram. Lalu memantik api menggunakan bebatuan dan menghidupkan serat kayu dan menggunakan lemak hewan sebagai bahan bakarnya. Aroma gurih menguar diudara saat lemak itu menguar diudara.
Setelah membuat ruangan bercahaya. Ia berjalan menghampiri keduanya. Ia berdiri menatap gadis cantik dihadapannya. Sepertinya ia sedang berfikir untuk memilih mana yang terlebih dahulu akan ia nikmati.
Hal itu menimbulkan ide bagi Clara untuk mengecoh sosok dihadapannya.
"Kau makan saja dia terlebih dahulu, dia itu masih bersegel, masih perawan, kau pasti puas, jangan aku, sebab aku sudah banyak ditiduri pria, nanti yang ada kau kena penyakit HIV Aids, tak mau kena penyakit-kan?" Clara mencoba meracuni fikiran makhluk tersebut.
Sontak saja Shasa terkejut mendengarnya. Tapi pengakuan Clara cukup membuktikan jika wanita itu ternyata murahan sekali, dan yang membuatnya kesal, ia harus dikorbankan demi menyelamatkan si gadis sialan itu.
Rey menoleh kearah Shasa. Mungkin ucapan Clara sebagai jawaban dari apa yang dicarinya. Ia membutuhkan darah perawan untuk membuatnya kembali kuat.
Ia menyeringai dengan senyum yang tampak menjijikkan, dan hal itu membuat Shasa bergidik ngeri. Ia merogoh saku celananya, dan beringsut mundur dari jangkauan tangan pria berbulu itu.
"Menyingkirlah, aku juga sudah tidak perawan." Shasa mencoba berbohong. Sungguh ia tak sudi jika segelnya dibuka oleh sosok menjijikkan itu.
Clara membolakan kedua matanya. Ia tau jika Shasa hanya berbohong, sebab gadis itu hanya orang rumahan dan tidak pernah keluyuran ke tempat-tempat maksiat.
"Bohong, dia berbohong. Kalau tidak percaya coba saja." Clara terus memprovokasi.
Rey menundukkan tubuhnya untuk menarik pergelangan kaki Shasa, dan hal itu memberikan kesempatan pada Clara untuk beringsut dari tempatnya, lalu berlari menuju lorong, dan ia berharap jika dapat membuka pintu goa sebelum sosok itu selesai bercinta dengan si gadis culun.
Clara berlari meninggalkan Shasa yang terpekik ketakutan saat sosok Rey mencoba menyentuhnya. Ia tak mengindahkan pekikan dari gadis lugu tersebut, baginya adalah menyelamatkan dirinya sendiri, itu yang terpenting.
Shasa mencoba melawan sosok itu dengan menancapkan ujung pisau dibagian mata kiri Rey, lalu cairan pekat itu memercik membasahi wajahnya, dan ia menariknya dengan cepat, bersamaan suara teriakan kesakitan dari Rey menggema.
Tak terima diserang. Rey mencekik leher Shasa dengan jemari tangannya yang berukuran besar dan membuat Shasa kesulitan bernafas.
Taaaaak
Kraaaaash
Sebuah pukulan dari tulang paha yang disertai tancapan dari ujung tulang rusuk ditelinga Rey, membuatnya kembali terpekik kesakitan.
Shasa tersentak kaget saat melihat seseorang yang mencoba menyelamatkannya.
Tak.sampai disitu, soso penyelamatnya menarik Shasa menjauh dari Rey yang saat ini sedang meraung kesakitan.
"Jenifer?" ucap Shasa lirih, dan gadis itu mepetakkan jemari telunjuknya dibibir agar tidak bersuara. Lalu mereka menyelinap dibalik stalagmit dan berlari menuju lorong, sepertinya ia menemukan sesuatu untuk mereka dapat menuju jalan keluar.
aduhh knp g di jelasin sih kannksihan dita nya klo kek gtu ya kann
Dia itu klu gak salah yg tinggal di rumah kosong yg dekat dg rumah orang tua nya Satria yaa , kak ❓🤔