NovelToon NovelToon
Ketika Dunia Kita Berbeda

Ketika Dunia Kita Berbeda

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:569
Nilai: 5
Nama Author: nangka123

Pertemuan Andre dan fanda terjadi tanpa di rencanakan,dia hati yang berbeda dunia perlahan saling mendekat.tapi semakin dekat, semakin banyak hal yang harus mereka hadapi.perbedaan, restu orang tua,dan rasa takut kehilangan.mampukah Andre dan fanda melewati ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nangka123, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 6: CINTA YANG TAK DIRESTUI

Beberapa hari setelah tinggal bersama Fanda di apartemennya, kesehatan Andre perlahan membaik. Walau masih sering merasa sakit di bagian kepala, tetapi sudah tidak terlalu parah. Ibu dan adiknya selalu memberi semangat, begitu pula Fanda yang tak pernah lelah merawatnya.

Suatu malam, ketika hujan turun rintik-rintik, Andre duduk di kursi roda dekat jendela. Ia termenung menatap derasnya hujan yang jatuh. Tiba-tiba kepalanya berdenyut keras, ia memejamkan mata dan tubuhnya sedikit gemetar.

“Mas kenapa?” tanya Fanda panik, segera menghampirinya.

“Seperti ada yang masuk di kepalaku…” ucap Andre terengah.

Ibu Andre dan adiknya ikut mendekat karena cemas melihat keadaannya.

Beberapa detik kemudian, kilasan demi kilasan mulai muncul di benak Andre. Ia melihat dirinya waktu masih di kampung, ibu dan adiknya sedang memasak di rumah mereka. Ia juga melihat dirinya yang dulu bekerja di bengkel mobil, dengan tangan kotor penuh oli. Lalu ia melihat saat pertama kali bertemu Fanda,waktu itu mobilnya Fanda mogok, wajahnya panik, dan dirinya datang menolong.

Kilasan berikutnya memperlihatkan tawa Fanda di warung makan sederhana, saat Andre melamar menjadi sopirnya. Hingga akhirnya, momen-momen indah yang terjadi di apartemen itu, juga kecelakaan, mobil yang menabraknya.

“Astaghfirullah…” Andre menutup wajahnya dengan kedua tangannya, air matanya jatuh.

“Mas?!” Fanda langsung menggenggam tangannya.

“Mas, ada apa?”

Andre menoleh dengan mata basah.

“Fanda, aku ingat… aku ingat semuanya.”

Ibu Andre yang melihat itu tak kuasa menahan haru. Ia ikut menangis sambil memeluk bahu anaknya.

“Alhamdulillah, Nak… akhirnya Allah kasih kesempatan kamu ingat lagi. Ibu bahagia sekali!”

Adik Andre ikut tersenyum lega.

“Mas, akhirnya ingatan mas sudah pulih.”

Andre menatap ketiga orang itu Dengan penuh rasa syukur.

Dua hari berlalu, akhirnya ibu dan adik Andre harus kembali ke kampung.

“Ibu sudah lega lihat kamu ada yang jaga, tapi jangan lupa, kalian itu belum menikah. Lebih baik kamu kembali ke kosanmu yang lama, Nak,” pesan ibunya.

“Iya, Bu. Rencananya aku memang mau kembali hari ini,” jawab Andre.

Fanda yang mendengar itu hanya menunduk, wajahnya terlihat sedih.

Tiba saatnya mereka mengantar ibu dan adiknya pulang.Suasana perpisahan di bandara penuh haru, melepas kepergian mereka.

“Benarkah mas Andre hari ini akan langsung pindah?” tanya Fanda, menggenggam tangan Andre.

“Apa nggak sebaiknya tunggu sampai kaki mas Andre benar-benar pulih dulu? Kan mas masih pakai tongkat untuk berjalan, apa nggak kesusahan di sana?”

“Tapi aku sudah banyak merepotkan kamu,” ucap Andre pelan.

“Aku tidak merasa mas Andre merepotkan aku,” balas Fanda lembut.

“Sebenarnya, ada yang ingin aku katakan.”

“Mau bilang apa?”

“Yang menabrak mas Andre itu… aku.” Akhirnya fanda jujur kepada Andre bahwa yang sebenarnya yang menabrak adalah dia

Andre terkejut.

“Kenapa mbak Fanda nabrak aku?” tanyanya.

“Saat itu aku ketemu Zul Mantan pacarku. Dia membuat aku kesal. Saat aku kembali ke kantor, aku ngebut bawa mobil dan nggak lihat kalau mas Andre lagi nyebrang jalan,” cerita Fanda sambil memegang tangan Andre erat.

Andre hanya menghela napas. Semua sudah terjadi, dan ia tak ingin Fanda terus merasa bersalah.

“Ya udah, lupain aja semua. Yang lalu biarlah berlalu.”

“Mas Andre, maafin aku ya.”

“Nggak perlu minta maaf, mbak Fanda. Kamu yang udah bantu aku selama ini. Harusnya aku yang berterima kasih.”

Fanda menatapnya penuh rasa sayang, lalu mengecupnya dengan lembut.

Di sisi lain, Zul duduk di dalam mobil mewahnya, menyalakan rokok dengan tangan sedikit gemetar. Matanya menatap kosong ke jalanan malam Jakarta yang ramai, pikirannya penuh dendam.

“Fanda… kamu pikir bisa hidup bahagia sama orang rendahan itu? Aku akan pastikan kebahagiaan kalian hancur,”

gumamnya lirih namun penuh amarah.

Setelah berpikir keras, Zul akhirnya menemukan cara agar mereka bisa terpisah.

“Bagaimana kalau aku beritahu saja sama Om dan Tante? Tapi… aku nggak punya kontak mereka lagi.”

Lalu terlintas ide.

“Oh iya, Om Broto kan teman dekatnya Om Hendra. Aku suruh dia aja yang beritahu.”

Beberapa hari kemudian, Fanda menerima telepon dari ayahnya.

“Assalamualaikum, Fanda.”

“Waalaikumsalam, Ayah…”

Suara ayahnya terdengar tegas.

“Ayah sudah dengar kabar. Katanya kamu pacaran dengan sopirmu? Apa benar itu?”

Fanda menelan ludah.

“Iya, Ayah. Aku memang pacaran dengan Andre, sopir pribadiku. Dia orang baik, Ayah. Dia selalu ada buat aku.”

Dari seberang, suara ibunya ikut terdengar, bernada kecewa.

“Fanda, kamu anak kami satu-satunya, yang selalu kami banggakan. Masa kamu pilih laki-laki yang asal-usulnya seperti itu?”

“Ibu, Ayah… jangan lihat dia dari statusnya. Aku bahagia sama Andre. Itu yang penting,”

ujar Fanda mencoba meyakinkan.

Namun suara ayahnya meninggi.

“Cukup! Hubungan ini tidak bisa kami terima. Kalau kamu masih keras kepala, kami akan segera pulang ke Indonesia dan bicara langsung dengan sopirmu itu agar dia menjauhi kamu”

“Ayah, Ibu… tolong beri aku kesempatan…”

“Tidak ada kesempatan! Hubunganmu harus segera berakhir. Kami akan segera pulang!”

Telepon langsung terputus.

Fanda terduduk lemas, air mata menetes di pipinya. Ponselnya hampir terlepas dari tangan. Andre segera menghampiri.

“Kenapa, sayang?”

“Ada orang yang memberitahukan ke Ayah dan Ibu tentang hubungan kita…” isak Fanda sambil menceritakan semuanya.

“Kamu tenang aja. Aku akan bicara dengan Ayah dan Ibumu setelah mereka tiba di Indonesia.”

“Tapi apakah mereka akan setuju?”

“Aku akan berusaha bicara dari hati ke hati sama mereka.”

“Apa lebih baik kita kawin lari aja?” tanya Fanda putus asa.

“Jangan, sayang. Orang tuamu justru akan makin menentang kalau kita lakukan itu.”

“Baiklah… aku percaya padamu, Mas. Semoga mereka bisa menerima cinta kita.”

Beberapa hari sebelum ayah dan ibu Fanda menelpon, ternyata Zul sudah lebih dulu menemui salah satu kenalan ayah Fanda di Jakarta. Dengan penuh kelicikan, ia memanfaatkan kesempatan itu untuk menyebarkan kabar.

Zul duduk di sebuah restoran mewah, berhadapan dengan pria paruh baya, pria itu adalah sahabat lama ayahnya Fanda.

Dengan wajah dibuat prihatin, Zul mulai bicara.

“Pak, saya minta tolong… sampaikan ini ke Pak Hendra, ayahnya Fanda. Sekarang Fanda sedang dekat dengan seorang laki-laki… tapi bukan sembarang laki-laki. Dia cuma sopir pribadinya.”

Pria itu terkejut.

“Sopir? Kamu yakin, Zul? Bukannya dia pacaran sama kamu?”

Zul mengangguk mantap.

“Iya, Pak. Namanya Andre. Dia orang kampung, nggak punya apa-apa. Sekarang Fanda bahkan tinggal serumah dengannya. Kami sudah putus karena dia lebih memilih sopirnya itu. Saya khawatir Fanda diguna-guna. Makanya saya merasa wajib memberitahukan ini kepada orang tuanya, karena saya nggak punya kontak ayah dan ibunya jadi saya mau minta tolong ke bapak.”

Wajahnya tampak seolah peduli, padahal di balik kata-katanya tersimpan api cemburu dan dendam.

Pria itu menghela napas berat.

“Kalau benar begitu, ini harus segera diberitahu ke orang tuanya.”

Zul pura-pura lega.

“Itu yang saya harapkan, Pak. Saya nggak mau Fanda jatuh lebih dalam lagi. Walaupun kami sudah putus, tapi dia perempuan baik, pantas dapat yang lebih baik.”

Tak butuh waktu lama, kabar itu pun sampai ke telinga ayah Fanda di luar negeri. Sang ayah langsung murka dan menelpon Fanda dengan nada keras, memintanya mengakhiri hubungan dengan Andre.

Sementara itu, Zul tersenyum puas di balik kemudi mobilnya setelah mendengar kabar orang tua Fanda benar-benar akan pulang ke Indonesia.

“Hahaha… bagus. Aku nggak perlu bersusah payah. Orang tuanya sendiri yang akan memisahkan mereka. Fanda, kamu pikir bisa lari dariku? Salah besar.”

Matanya menyipit, penuh rencana. “Begitu keluargamu datang, Andre nggak akan punya tempat lagi di sisimu.”

1
Nurqaireen Zayani
Menarik perhatian.
nangka123: trimakasih 🙏
total 1 replies
pine
Jangan berhenti menulis, thor! Suka banget sama style kamu!
nangka123: siap kak🙏
total 1 replies
Rena Ryuuguu
Ceritanya sangat menghibur, thor. Ayo terus berkarya!
nangka123: siap kakk,,🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!