Camelia mengulurkan tangannya untuk Raisa, ketika mereka masih kecil. Camelia meminta orang tuanya mengadopsi Raisa, menjadi kakaknya, karena Raisa sudah menjadi yatim piatu akibat kehilangan kedua orang tuanya dalam sebuah kecelakaan.
Sayangnya setelah dewasa, keduanya jatuh cinta pada pria yang sama. Raisa yang merasa iri dengki pada Camelia yang mendapatkan segalanya. Bahkan tega meracuni kedua orang tua Camelia, juga Camelia. Bahkan membakar rumahnya.
Setelah itu, Raisa melakukan operasi plastik persis seperti wajah Camelia. Rayyan yang baru kembali dari luar negeri, membawa Camelia palsu ke rumahnya, menikahinya.
Tanpa dia tahu, Camelia yang asli tengah berjuang antara hidup dan mati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6. Menghasutt
Dan begitu bibi Uni dan Vania meninggalkan kamar Camelia. Raisa pun duduk di tempat bibi Uni duduk tadi.
"Wah, ini kenapa bonekanya jadi begini?" tanya Raisa dengan ekspresi wajah seolah dia sangat terkejut melihat bagaimana boneka panda milik Caca itu.
Camelia menoleh ke arah Raisa.
"Kakak kenapa kaget begitu? kasihan Miao-Miao..."
Dengan wajah innocent, Raisa berdiri dan menenteng boneka panda itu di tangannya. Dan dengan cepat gadis kecil itu menggelengkan kepalanya.
"Tidak seperti ini Caca. Kamu sudah enam tahun kan? masa iya kamu tidak tahu bagaimana boneka yang jatuh dari lantai dua? paling hanya kotor. Tidak sampai seperti ini! aku yakin bahkan kucing yang membawa lari boneka ini tadi juga tidak akan mengoyaknyaa sampai seperti ini!" kata Raisa terdengar sangat meyakinkan.
Camelia yang mendengarkan ucapan dari kakak angkatnya itu terdiam di tempatnya. Camelia kecil terlihat bingung.
"Jelas-jelas tadi saat jatuh masih dalam keadaan utuh! lihat ini! ini!" kata Raisa yang menunjukkan mata dan tangan boneka itu yang hampir putus.
Bahkan dia sengaja menarik kepalanya lagi. Padahal bibi Uni, tadi sudah berusaha keras untuk menyatukan kepalanya itu dengan tubuh boneka itu.
"Ini dirusak dengan sengaja Caca! pasti bibi Uni!" ujar Raisa sangat yakin.
Raisa ingin meyakinkan Caca, kalau yang merusak boneka itu adalah bibi Uni. Karena, dia memang tidak suka dengan pengasuh Camelia itu. Menurut Raisa, pengasuh itu terlalu menempel kepada Camelia. Kemarin saja, saat dia mau pakai bajunya Camelia. Bibi Uni melarang. Saat mau pakai sepatu barunya Camelia, bibi Uni juga melarang. Jadi, dia sangat kesal pada bibi Uni. Dan ingin wanita itu dipecat supaya tidak bekerja lagi sebagai pengasuh Camelia. Hingga, dia akan bebas mengambil barang-barang, atau menggunakan semua pakaian dan sepatu Camelia. Juga semua mainannya. Karena kan ayah dan ibu Camelia selalu tidak ada saat siang hari. Weekend pun kadang masih bekerja.
"Jangan diam saja, kamu harus adukan ini pada ibu. Ini adalah boneka kesayangan kamu kan, dari nenek kamu kan? adukan pada ayah dan ibu. Supaya bibi Uni di pecat. Aku juga akan berikan pada gambar ruang yang baru ini padamu! bagaimana?" tanya Raisa.
Anak sekecil itu sudah sangat pandai menghasutt. Ya, sebenarnya semua yang menjadi sifat Raisa itu juga tidak lepas dari kedua orang tuanya yang selalu mengajarkan hal yang tidak benar. Keduanya adalah pemulung, yang terkadang tidak hanya mengambil barang-barang bekas yang ada di jalan. Akan tetapi, mengambil apapun yang mereka inginkan. Anak kecil, punya rekaman otomatis di mata, telinga dan otak mereka ketika melihat dan mendengar sesuatu. Mereka akan secara otomatis mempelajari apa yang mereka rekam di otak mereka. Dan kemudian merealisasikannya, tanpa harus dikoordinir seseorang.
Dan itulah yang Raisa pelajari dari kedua orang tuanya dulu. Terkadang, seseorang berpikir Kenapa hidup mereka selalu sulit dan selalu susah. Padahal, segala sesuatu yang terjadi kepada manusia itu adalah akibat dari amal perbuatan mereka sendiri. Jika nanti dan pikiran bersih mudah-mudahan hidup akan selalu tenang dan berjalan dengan lancar segala urusan. Sebaliknya, jika hanya memikirkan keuntungan dan keinginan semata maka biasanya akan jauh dari kata cukup. Karena sebenarnya terkadang sesuatu yang kita inginkan bukanlah sesuatu yang kita butuhkan.
"Cepat turun, dan adukan pada ibumu. Nanti aku akan memberikan boneka beruang ini padamu!" kata Raisa lagi membujuk Camelia kecil untuk melakukan apa yang dia inginkan.
Tapi, Camelia kecil merasa tidak ingin melakukan semua yang dikatakan oleh Raisa.
"Kakak, bibi Uni sangat baik!" katanya dengan manik mata bulat coklat mudanya itu.
Raisa mendengus kesal. Kenapa juga Camelia masih bicara seperti itu.
"Caca, ini boneka kamu rusak parah! masa kamu diam saja?" tanya Raisa kembali mencoba memprovokasii Caca.
Camelia kembali diam sambil melihat dengan ratapan yang begitu menyedihkan ke arah boneka panda yang diberikan oleh neneknya itu.
"Bayangkan kalau nenek Vivian datang, dan melihat boneka ini?" tanya Raisa lagi, mencoba menakut-nakuti Camelia kecil menggunakan nama neneknya.
Wajah Camelia kecil tampak bingung, dan semakin bingung. Tapi, dia memang tidak ingin melakukan apa yang dikatakan Raisa karena selama ini bibi Uni memang sangat baik padanya.
"Kakak, bibi Uni sudah jahitkan.."
Raisa hampir kehabisan kesabaran. Dia gemas sekali pada Camelia kecil di depannya itu.
'Huhh, ya ampun. Ini anak lemot banget sih! sama pembantu aja, kenapa gak tega bener! aduh gimana nih? kalau gak numbalin itu pembantu reseh, bisa-bisa aku yang dimarahin. Mana dia gak mau ambil boneka beruang ini' omel Raisa dalam hatinya.
Sementara itu di ruang tengah. Vania meminta kepada pengasuh anaknya itu menjelaskan semua yang terjadi sebenarnya. Dan bibi Uni menceritakan apa adanya sesuai dengan apa yang dia lihat dan apa yang dia dengar.
"Jadi begitu nyonya, tuan. Saya ambil boneka itu dari tanah. Pas sekali, di bawah jendela kamar nona Raisa. Tapi, kondisinya memang sudah terkoyakk, matanya hilang satu, lehernya hampir putuss. Nona Caca sedih sekali tadi. Dia takut Nyonya besar marah!" jelas bibi Uni panjang lebar.
Keanu yang duduk di sofa, sambil mendengarkan penjelasan dari pengasuh anaknya itu membenarkan kacamatanya.
"Apa mungkin semua ini ulah Raisa?" tanyanya pada Vania.
Namun mendengar pertanyaan dari suaminya, rasanya Vania sangat ragu. Masa iya, anak sekecil itu bisa melakukan perusakan yang cukup parah seperti itu pada sebuah boneka. Dan kalau memang iya, apa yang menjadi motivasi Raisa. Vania masih memikirkan hal itu dengan cermat. Dia tentu saja tidak boleh mengambil kesimpulan secara impulsif. Mereka masih anak-anak, salah langkah akan membuat meteja trauma nanti.
"Saya tadinya berpikir begitu, meskipun rasanya tidak mungkin anak sekecil itu, sampai bisa merusak boneka seperti itu!" ungkap bibi Uni.
Keanu menoleh ke arah istrinya.
"Sayang, lebih baik kamu pikirkan lagi untuk menambah kontrak kerja kamu di rumah sakit. Sekarang, kita tidak hanya punya satu anak, tapi dua. Bagaimana?" tanya Keanu.
Vania mengangguk paham. Sepertinya dia memang harus berhenti bekerja saja setelah kontraknya ini berakhir. Karena dia pikir sudah waktunya juga Camelia dan Raisa sekolah. Dia harus lebih banyak memperhatikan mereka lagi.
"Bibi Uni, kembalilah ke kamar Caca. Terimakasih sudah menjahitkan boneka Caca. Kami akan ganti pakaian, nanti kami kesana!" kata Vania yang diangguki dengan segera oleh bibi Uni.
Sementara di kamar Caca, Raisa masih belum menyerah mempengaruhi Caca.
"Caca, kenapa masih diam sih? cepat ikut aku ke bawah, kita adukan bibi Uni. Aku akan bantu kamu, ayo!"
"Mau kemana non?" tanya bibi Uni yang baru membuka pintu kamar Caca.
***
Bersambung...
m...
sulit berpaling dari pesona Camelia 🤭
hatinya Raisa kotor sekali ya, minta di Rinso sepertinya biar bersih tanpa noda 🤣🤣🤭🤭
kok jadi kayak gitu anaknya 🤭