Olivia adalah seorang Desainer terkenal di abad ke-21, saat acara penghargaan dirinya dia tidak sengaja mengalami insiden kecelakaan di tempat acara sampai akhirnya dirinya meninggal dunia. Namun, bukannya dia pergi ke alam baka arwahnya justru terlempar ke zaman di era 80-an, memasuki tubuh istri seorang tentara yang Antagonis. Di komplek militer dia sering membuat onar sampai membuat banyak orang yang tidak menyukai dirinya. Lantas bagaimana jika Olivia masuk kedalam tubuh wanita tersebut, apakah Olivia akan bertahan? atau justru sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rs_31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kontraksi dan melahirkan
Semua Pria yang berpakaian serba hitam itu telah tumbang tergeletak tak bergerak di lantai semua memiliki luka yang sama sayatan persisi di dada tepat di dekat jantungnya.
Jendral Rakha terpaku beberapa detik sebelum suaranya meledak.
" Bagaimana kamu bisa melakukannya, Ayu?" tanya Jendral Rakha dengan tatapan tidak percaya menatap istrinya Putri Ayu.
Tidak jauh dari sana, Dokter Novi berdiri goyang. Wajahnya pucat pasi seperti kertas tangannya memegangi perutnya yang terasa nyeri semakin kuat. Matanya membelalak, ketakutan menyapu darinya melihat bagaimana musuh-musuh itu tumbang tepat di hadapannya.
"Tidak, kenapa bisa seperti ini," ucap Dokter Novi tidak percaya. Dia menggelengkan kepalanya dengan kuat. Melangkah kakinya mundur kebelakang dengan tubuh yang bergetar hebat juga rasa sakit yang semakin kuat pada perutnya.Rasanya seluruh tempat itu berputar.
Anggota yang di bawah Jendral Rakha dengan sigap menangkap Dokter Novi memegangi kedua tangannya dengan kuat sebelum dia terjatuh. Menarik tangannya kebelakang lalu meringkusnya dengan kuat.
Novi menjerit kecil, bukan karena dia di tangkap, tapi karena rada sakit yang semakin menjadi di perutnya.
Melihat kondisi Novi, Jendral Rakha mengerutkan keningnya tajam dia begitu dangan kebingungan, marah dan iba bercampur menjadi satu apalagi mengingat tentang penghianatannya.
" Lepaskan dulu, Dia terluka, " katanya dengan geram.
Nada suaranya dingin, tapi tatapannya menunjukan kekhawatiran yang tidak ia akui.
Beberapa saat kemudian para petugas medis datang memeriksa Dokter Novi. Sementara Rakha memberikan instruksi tegas.
" Pastikan dia baik-baik saja lalu setelah itu bawa dia pergi ke markas. Kurung dia," kata Jendral Rakha dengan keras.
Para prajurit menegang. Tak ada berani yang menantang perintahnya.
Wajahnya mengeras seperti batu? tatapan tajam siapa saja yang melihatnya itu akan ketakutan bagaikan bertemu dengan dewa kematian.
Namun, Putri Ayu tidak menghiraukan itu. Dengan langkah tertatih memegangi perutnya yang mengeras, ia mendekati Anggun. Ia terlihat panik dia menggenggam tangan Putri Ayu dengan sigap memapahnya meninggalkan Jendral Rakha dan bawahannya.
"Kak... sakit..." Putri Ayu berdesis dengan pelan menahan gejolak yang terus bergelombang dalam perutnya.
Rasa itu semakin menjadi, perutnya terasa diremas dari dalam, lututnya goyang, dan keringat dingin mengalir deras. Anggun langsing meraih tubuhnya, menahan tubuhnya menahan agar ia tidak jatuh.
"Yu, kamu–kamu mau melahirkan!" seru Anggun dengan panik.
Mereka berdua berjalan tergesa, hampir berlari meski tangkai kaki Ayu sangat lemah.
"Iya kak."
Jendral Rakha membalikan tubuhnya untuk melihat kondisi Putri Ayu. Matanya melotot sempurna saat melihat Putri Ayu istrinya sedang merosot lemah dalam pelukan Anggun, menahan sakit luar biasa.
Tanpa menunggu sedetuk pun ada berlari secepat kilat, meraih tubuh istrinya mengangkatnya kepelukannya.
"Dokter, Tolong! Istriku dia akan melahirkan," teriak Jendral Rakha dengan panik.
Tubuh besar yang selalu terlihat kuat itu kini gemetar.Tangannya menurunkan Putri Ayu di atas ranjang. Dia menggenggam tangan Putri Ayu dengan erat menyalurkan rasa tenang kepada Putri Ayu supaya dia tidak tenggelam dalam kepanikan.
"Sakit Rakha," bisik Ayu dengan lirih.
Wajahnya yang terlihat pucat itu tersenyum menatap Jendral Rakha dengan tatapan berkaca-kaca. Cairan bening terjatuh perlahan dari kelopak mata Putri Ayu. Ada luka di sana. Luka yang bukan berasal dari rasa sakit saat melahirkan melainkan dari penghianatan suaminya bersama dengan Dokter Novi.
"Kenapa kamu membantuku Jendral?" tanya Putri Ayu dengan suara lemah dan serak.
Rakha tersentak. Di Moment yang susah genting seperti ini, Ayu masih memikirkan luka itu dan itu menusuk Rakha lebih dari apapun.
"Kenapa kamu berbicara seperti itu Ayu? tentu saja aku ada di sini. Kamu itu istriku, Ini anak pertama kita," jawab Jendral Rakha dengan suara bergetar.
Dia tidak kuasa membendung kesedihannya, melihat Putri berbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Jendral Rakha semakin sedih saat mendengar pertanyaan yang di lontarkan istrinya. Ia ingin menjelaskan semuanya , ingin mengatakan bahwa pernikahan dengan Dokter Novi hanyalah sandiwara untuk mengelabui para musuhnya dia tidak pernah menyentuh Novi sedikitpun. Tapi Rakha sadar ini bukan waktu yang tepat untuknya mengatakan semuanya.
Putri Ayu memalingkan wajah, menatap langit kamar dengan pikiran kosong. Air matanya terjatuh tanpa suara." Kalian harus kuat, Nak sebentar lagi kalian lahir."
Tiba-tiba saja dari luar seorang dokter masuk ke dalam ruangan Putri Ayu dengan langkah tergesa-gesa. Dia langsung saja mengecek kondisi Putri Ayu dan melakukan serangkaian pemeriksaan. Namun, dia sedikit terkejut saat melihat cairan putih yang keluar dari jalur lahir sang bayi.
"Air ketubannya sudah pecah," kata Dokter itu menatap manik mata Putri Ayu yang terlihat pasrah.
Jantung Rakha serasa berhenti berdetak.
"Mbak, kita lakukan persalinannya, sekarang," ucap Dokter.
Dokter itu menoleh menatap ke arah Jendral Rakha." Apakah anda akan menemaninya di sini, atau anda akan menunggunya di luar?"
Jendral Rakha menjawab dengan sangat tegas, tanpa ragu sedikit pun."Tentu saja saya akan di sini menamani istriku,"
Dokter itu menganggukan kepala. Dia langsung saja memberikan arahan dan instruksi kepada Putri Ayu. Ayu mengikuti sebisanya, wajahnya menegang menahan rasa sakit seperti tubuhnya hendak di robek dari dalam.
"Tarik nafas, Hembuskan, dorong bu."
Ayu mengejan sekuat tenaga hingga tubuhnya bergetar hebat.
"Rakha, tolong, Aku tidak kuat."
" Kamu kuat Ayu, aku ada di sini."
Rakha mengelus rambut istrinya, mencoba mentransfer ketenangan meski dirinya sendiri nyaris tidak sanggup bernafas.
" Aku benar- benar tidak kuat."
Rakha mendekat berbisik tepat di telinganya.
"Tidak, Aku benar- benar tidak kuat Jendral," jawab putri Ayu dengan lirih suaranya terdengar sangat lemah.
"Kamu harus kuat sayang, bagaimana mungkin kamu membiarkan aku mengurus bayi kita sendirian, atau kamu ingin Dokter Novi menggantikanmu untuk menjadi ibu sambungnya?" tanya Jendral Rakha kepada istrinya. Dia sengaja berkata seperti itu supaya Putri Ayu terbakar emosi. Dan benar saja baru saja Jendral Rakha berkata seperti itu Putri Ayu langsung membuka matanya melotot penuh amarah.
"Aku tidak sudi– aaaaaahhhhh!"
Dengan tenaga terakhir yang ia punya, ia mengejan berperang bukan hanya untuk hidupnya, tapi untuk mempertahankan tempatnya sebagai ibu dari anak itu.
Rakha menahan nafasnya, saat mendengar Ayu menjerit kesakitan sedangkan Dokter bersiap menyambut kepala sang bayi.
"Bertahanlah sayang ada aku di sini."
Rakha menggenggam tangannya kebih erat. Ayu mengejan untuk terakhir kalinya tubuhnya menegang begitu keras hingga urat-urat di lehernya terlihat jelas. Teriakan tajam menembus udara.
"Aaaahhhhhh–!"
Namun tiba-tiba
Srak
Suara aneh seperti sobekan dari dalan tubuh Ayu terdengar samar.
Lalu
Crosh.
Banyak darah yang keluar dari jalur lahir sang bayi. Bukan menetes atau mengalir tapi memancarkan menyemprot keluar dari bawah tubuh Ayu seperti air dalan pipa yang pecah.