Istri Pengganti

"Leon, aku tidak bisa."

"Jangan membohongi perasaanmu Anna. Aku tahu di dalam hatimu ada aku." Leon tidak membiarkan Anna menolaknya.

"Jangan terlalu percaya diri."

"Jika memang kau tidak memiliki perasaan padaku, kenapa sekarang kau masih ada di atas pangkuanku? Kau tidak sanggup melawanku karena tubuhmu sebenarnya nyaman."

Wajah Anna merah, membuat Leon merasa menang. Anna tidak bisa lagi menyembunyikan perasaannya. Anna merasa lemah. Kehadiran Alana membuatnya begitu cepat menyadari perasaannya terhadap pria itu.

Leon tertawa kecil, ia mencubit pipi Anna yang merah merona. "Itu tidak benar. Aku tidak punya perasaan apa-apa padamu!" Anna berusaha membantah.

Leon tidak memaksa Anna mengakui perasaannya, bahasa tubuh gadis itu sudah menunjukkan betapa Anna ingin selalu di sampingnya. Lagi pula Anna adalah wanita yang gengsi mengakui perasaannya.

"Terus saja menyangkal, cepat atau lambat kau akan datang sendiri ke pelukanku."

Ketika Anna dan Leon turun ke ruang keluarga, keduanya sudah tampak akur. Setelah Leon mengutarakan perasaannya, keduanya sepakat berdamai. Leon memperbolehkannya menemui David, asalkan Anna tahu batasan.

Di ruang keluarga hanya ada Alana yang sedang memainkan ponselnya. "Apa yang kalian lakukan di atas, kenapa lama sekali." Alana terlihat kesal karena sudah lama menunggu.

"Namanya suami istri memang apa yang bisa kami lakukan selain bermesraan." jawaban Leon membuat Anna melotot.

"Apa-apaan?" gerutunya.

"Dimana ayah dan ibu?" tanya Leon.

"Mereka pergi ke rumah sakit, Bibi ada jadwal pemeriksaan hari ini."

Leon mengangguk. Anna dan Leon duduk berdampingan di sofa, menghadap Alana.

"Anna, aku datang ke sini sebenarnya ingin bicara denganmu." Alana bicara terus terang.

Anna bingung, karena merasa tidak punya urusan dengan gadis ini.

"Bicarakan apa?"

"Apakah kau punya perasaan pada David?" Alana terus terang.

Anna menggeleng, "Tidak." jawabnya tenang.

"Baguslah. Sebenarnya aku menyukai Kak David sejak dulu. Aku pulang dari Paris demi David. Tapi melihatmu terus menempel padanya membuatku kesal." tegas Alana.

Anna tidak menyangka akan mendengar kalimat itu. Dia merasa seperti perempuan jahat yang merebut kekasih orang lain.

"Salah Alana, David yang terus menempel pada Anna." bantah Leon.

"Tapi kalau istrimu ini tidak memberi harapan pada David, David tidak akan mengejarnya." Alana balik menyerang.

Anna terpojok. Ia benar-benar seperti perempuan perebut kekasih orang. Padahal selama ini hubungannya dengan David hanyalah sebatas teman. Ia tidak punya perasaan lebih dari teman.

"Itu tidak benar. Aku tidak memberi harapan pada Kak David. Aku menganggapnya sebagai teman saja." Anna membela dirinya.

"Tapi kau sudah menikah. Tidak baik wanita yang sudah menikah memiliki hubungan yang akrab dengan laki-laki lain." ucap Alana, gadis itu tidak berhenti memojokkan Anna.

Leon tersenyum mendengar perdebatan dua wanita itu. Semua berjalan sesuai rencananya. Anna terlihat merasa bersalah setelah mendengar perkataan Alana.

Sebelumnya Anna pikir Alana menyukai Leon. Ternyata dia salah, alasan Alana tidak ramah padanya sejak pertama kali bertemu ternyata bukan karena Leon, melainkan karena David. Anna merasa malu pada dirinya sendiri dan merutuki dirinya dalam hati.

Anna menundukkan kepalanya, saat itulah Alana mengedipkan matanya pada Leon disertai senyum licik.

"Ya sudah, aku pulang dulu. Ingat, kau sudah bersuami. Jaga martabatmu sebagai seorang wanita." nasihat Alana sebelum akhirnya pergi meninggalkan rumah itu.

Anna masih menundukkan kepalanya. "Sudah, jangan dengarkan Alana, dia memang begitu orangnya." Leon menarik Anna hingga bisa melihat wajahnya. Leon terkejut karena ternyata Anna sedang menangis.

"Kenapa menangis?" Leon segera menghapus air matanya.

Ucapan Alana baru saja adalah fakta yang begitu memalukan. Anna merasa hina atas semua kalimat Alana. Tapi memang itu semua benar adanya. Dia tidak bisa menjaga martabatnya sebagai seorang wanita. Terlepas pernikahannya dan Leon adalah kepalsuan, seharusnya dia tidak boleh terlalu dekat dengan laki-laki lain.

Leon memeluk Anna, "Sudahlah, jangan menangis lagi. Mulut Alana memang pedas. Dia tidak bermaksud begitu."

"Sialan kau Al." lirih Leon, merutuki temannya itu. Rencana awal mereka membuat Anna tidak mau dekat dengan David, bukan malah membuat Anna sakit hati dan menangis.

Sebenarnya, Alana memang benar menyukai David. Tapi karena David menganggap Alana sebagai adik, David tidak pernah memandangnya sebagai wanita. Semua itu karena sejak dulu David hanya memperhatikan Anna. Alana tahu hal itu, makanya Alana dari dulu tidak menyukai Anna. Tapi karena sekarang Anna adalah istri Leon, rasa tidak sukanya mulai berkurang. Alana pergi ke Paris karena ingin melupakan David. Tiga tahun di Paris dia kira akan membuat hatinya tertutup pada pria itu. Tapi ternyata dia salah. Setelah kembali pun perasaannya tidak pernah berubah.

Leon akhirnya berhasil membuat Anna tenang. Dia membawa gadis itu ke kamarnya. "Mulai sekarang, kau tidur bersamaku di kamar ini."

"Apa? Tidak mau!" tolak Anna mentah-mentah.

"Aku tidak menerima penolakan. Besok pagi pelayan akan memindahkan barang-barangmu ke sini. Jangan membantahku, pasangan suami istri seharusnya tidur berdampingan."

Anna mendelik kesal, "Kau menjilat ludahmu sendiri. Bukankah kau yang tidak sudi satu kamar denganku sebelumnya?"

"Memang benar. Tapi itu sebelum kau mencuri hatiku." Leon tertawa membuat Anna berdecih.

"Yang benar saja. Mulutmu itu sangat berbahaya." Anna kemudian mengelilingi kamar Leon yang lebih luas dari kamarnya. Sudah dua kali masuk ke dalam kamar ini, tetapi dia masih merasa asing. Kamar Leon lebih gelap dari ruangan lain. Tidak banyak hiasan maupun barang-barang di dalamnya. Hanya sebuah ranjang besar, sofa, meja kecil, lemari pakaian dan beberapa barang penting lainnya.

Pandangan Anna tertuju pada foto-foto Laura yang tergantung di dinding maupun yang di atas meja. "Besok aku akan menurunkannya." ucap Leon yang mengawasi gadis itu.

"Kenapa harus diturunkan? Biarkan saja di situ."

Mendengar itu membuat Leon mendekatinya. Tangan pria itu merangkul Anna dari belakang, sementara kepala Leon bersandar di bahu Anna. "Kenapa lagi hem? Kau tidak ingin bersamaku?" Leon kemudian membalikkan tubuh Anna sehingga mereka saling berhadapan.

"Tatap mataku dan katakan kalau kau tidak ingin bersamaku." Leon tahu mata gadis itu tidak akan bisa berbohong.

Dan memang Anna tidak bisa melakukannya. Ia mendorong Leon dan segera masuk ke kamar mandi. Leon tersenyum, mulut gadis itu gencar menolaknya, tapi dia tahu sebenarnya Anna memiliki perasaan yang sama terhadapnya.

Mungkin Anna masih perlu waktu untuk menyesuaikan diri. Dan Leon pastikan akan menghujani gadis itu dengan perhatian dan kasih sayang sehingga Anna jatuh sendiri ke dalam pelukannya.

Sebuah notif di ponselnya membuyarkan perasaan Leon. Nama Laura yang tertera dalam pesan itu seketika membuat perasaannya kacau.

.

Yang mau pulsa/saldo dana 35k:

Like, subscribe dan rating bintang 5 Istri Pengganti

Share ke grup atau post di facebook sebanyak-banyaknya dengan membagikan link Istri pengganti

Follow akun instagram author @novia_buteraa dan kirim bukti share melalui dm @novia_buteraa

Yang share paling banyak adalah pemenangnya, ingat pemenangnya hanya tiga orang yaa...