NovelToon NovelToon
Santriwati Tengil Untuk Gus Zindan

Santriwati Tengil Untuk Gus Zindan

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Riyaya Ntaap

menceritakan kisah cinta antara seorang santriwati dengan seorang Gus yang berawal dari permusuhan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riyaya Ntaap, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Deeptalk

**

" Bik, ada yang perlu diva bantu ga? " Diva mendekati bik Ani yang sibuk mengupas kulit kentang, entah akan di sayur apa kentang tersebut.

Bik Ani menatap diva cukup lama, kemudian ia langsung tertawa kecil. Ia sudah bisa langsung tau maksud kedatangan diva ke dapur yang begitu tiba tiba saja ini. Pastinya karena hukuman.

" Di hukum siapa div? " Tanya bik Ani, ia menyerahkan satu pisau pada diva, membuat diva langsung duduk dan ikut serta mengupas kulit kentang tersebut.

" Gus zindol bik, biasa lah. Hehe "

Bik Ani geleng geleng kepala, mentertawakan diva yang selalu saja terkena masalah dari gus Zindan.

" Kayaknya nanti kalo kamu tamat, kesan pertama yang di inget Gus Zindan ke kamu itu hukuman div, tiada hari Tampa hukuman kalo udah ketemu Gus Zindan. " Kelakar bik Ani, diva tersenyum bangga mendengar nya.

" Keren kan bik? Dari banyaknya santriwati di pondok pesantren ini, cuman diva yang paling di inget sama Gus Zindan. " Ujarnya yang lantas di angguki oleh bik Ani.

Bik Ani begitu yakin seratus persen, bahwa diva pastinya akan selalu ada di dalam pikiran Gus Zindan. Dimasa yang mendatang, sekalipun santriwati nya baik baik, Gus Zindan pasti akan membahas sosok diva kepada mereka.

" Diva diva... Orang orang kalo bisa pas mau tamat pasti meninggalkan kesan yang baik, kamu kok Yo malah sebaliknya to. "

" Namanya berusaha tampil beda bik. "

Bik Ani tertawa, begitupun diva. Dari awal juga diva tidak ingin masuk pesantren, tapi mama nya saja yang memaksanya untuk masuk pesantren, jadi yasudah diva tidak ingin meninggalkan kesan baik apapun itu.

" Tapi bibik heran, walaupun sering di hukum, kok kamu bisa naik kelas ya? "

" Hoki bik, biasalah. "

Bik Ani mangut mangut mendengar jawaban singkat diva. Masih banyak orang di luaran sana yang mempermasalahkan hal yang sama, namun tidak menemukan jawaban atas pertanyaan itu sama sekali.

" Nanti kalo udah tamat, ada niatan ngabdi di pesantren ini ga div? " Tanya bik Ani, kembali membuka topik obrolan setelah beberapa menit saling diam.

Diva mengangkat pandangan nya, menatap bik Ani. Otaknya pun mulai berfikir keras, sebenarnya diva sangat malas jika harus mengabdi, tapi ketiga temannya itu pasti mengabdi.

" Ga tau bik, tapi kalok ngikut kata hati, diva ga mau. Diva pengen terbebas dari penjara ini. Pengen balik ke kehidupan diva yang sebelumnya. " Jelasnya, membuat bik Ani menganggukkan kepalanya paham.

Ya, memang tidak semua orang suka tinggal di pesantren, karena merasa kurang bebas. Apalagi untuk anak remaja seperti diva, yang secara naluri masih menginginkan kebebasan.

" Kuliah div? "

Diva menggelengkan kepalanya, ia tidak pernah memiliki niatan untuk kuliah, walaupun keluarganya termasuk kaya raya.

" Ga mau bik, mau santai santai di rumah. Nonton drachin, Drakor, drathai, atau paling paling diva mau jadi konten creator, kebetulan diva narsis orangnya. " Ujarnya di selingi kekehan kecil.

" Oh iya iya, bagus lah. Mau nikah di umur berapa? "

" Umur berapa aja bik, asal laki lakinya kaya. "

Bik Ani sontak tertawa mendapati jawaban diva. Di antara santri lainnya yang ia berikan pertanyaan seperti ini, mereka pasti akan memberikan jawaban target menikah mereka di umur berapa, namun berbeda dengan diva. Ia tidak menyebutkan nominal umur, yang penting kaya.

" Kalo type, diva suka nya laki laki yang kayak mana? "

" Kayak imama alhafiz yang di novel novel itu bik, atau yang kayak emm.... Kayak apa ya? Diva juga bingung. "

Bik Ani tersenyum tipis, diva ini ciri ciri gadis yang asik, walaupun terkadang memang sedikit menjengkelkan. Mulutnya yang ceplas ceplos menandakan bahwa ia bukan gadis yang suka berbohong. Ceplas ceplos yang di maksud bukanlah hal yang menyangkut bahasa kotor ataupun kalimat yang menyakiti hati, namun dalam artian lain.

" Sama Gus Zindan ga mau? "

" Gak " jawab diva dengan begitu cepat, bahkan tidak memberikan jeda sedikitpun pada bik Ani.

Diva menjawab seperti Tampa berfikir terlebih dahulu, sepertinya ia memang benar benar tidak memiliki perasaan apapun pada Gus Zindan. Bik Ani sedikit salut pada diva, karena hanya dia lah yang menolak Gus Zindan di era banyaknya gadis yang menyukai ataupun berusaha menarik perhatian Gus Zindan.

" Santai aja div jawabnya, ga di kejer kereta api kok. "

Diva menyengir kuda, ia menggaruk tengkuknya yang tiba tiba saja terasa gatal, kemudian kembali mengupas kulit kentang.

" Kalau kamu ga suka sama Gus Zindan, usahakan ga suka sebatas nya aja div, ntar jodoh loh. " Goda bik Ani

" Nanti diva bujuk Allah, biar ga jodoh bik. "

Bik Ani kembali tertawa, seperti ini lah suasana di dapur jika ada diva. Diva juga memang cukup sering datang ke dapur, biasanya bukan untuk membantu tapi untuk mencari makanan yang sekiranya bisa di makan. Jarang jarang diva membantu, palingan ketika sedang mood saja.

" Kalo sama Gus Alip, mau div? "

" Ga juga bik, Gus Alip kan katanya udah punya pacar. "

" Bohong itu div, Gus Alip mana punya pacar. "

" Tapi gosipnya begitu kok bik, ya diva ga tau sii bener apa engga nya. "

" Ga bener itu, tapi ya memang ada yang di sukai sama Gus Alip. "

" Orang mana bik? "

" Dia ada di pesantren ini juga div, cuman ya gituu "

Diva menganggukkan kepalanya, tidak bertanya lebih lagi. Diva seperti kurang berminat untuk membahas percintaan Gus Alip, bukan hanya gus Alip saja, bahkan ustadz maupun ustadzah.

" Kamu punya pacar div? "

" Hts doang bik, biasa lah namanya juga gen z. Suka nya yang Tampa hubungan tapi bisa di akui. "

" Ga official dong "

Diva tertawa kecil, ia sendiri juga bingung kenapa ia lebih suka menjalin hubungan Tampa status dari pada berpacaran.

**

" Gus "

Gus Zindan menghentikan langkahnya, ia tadinya berniat menuju kantor, namun di tengah jalan malah bertemu dengan ustadzah Malika.

" Ada apa ustadzah? " Tanya Gus Zindan Tampa berbasa basi.

" Gus Zindan mau ke kantor ya? Bareng boleh ga? "

Zindan tampak berfikir panjang sebelum mengiyakan. Sebenarnya ia hendak menolak, tapi apalah gunanya menolak, toh ustadzah Malika tetap akan berjalan menuju kantor juga.

" Yaudah boleh. " Jawabnya dengan singkat.

Mendapati persetujun dari Gus Zindan, ustadzah Malika tampak tersenyum senyum sendiri, mungkin karena salah tingkah. Gus Zindan hanya diam saja sepanjang perjalanan, kalaupun ustadzah Malika mengajaknya berbicara, ia hanya menjawab seperlunya saja.

" Kalo boleh tau, ada ga perempuan yang Gus Zindan suka di pesantren ini? " Tanya ustadzah Malika tampak merasa malu sedikitpun.

Rasa malunya tidak sebesar rasa cintanya. Begitu lah wanita, jika ia sudah jatuh cinta dan cintanya memang begitu besar, maka rasa malunya nyaris hilang.

Gus Zindan menggelengkan kepalanya pelan, membuat ustadzah Malika mengucap syukur di dalam hatinya karena merasa memiliki peluang untuk mendekati Gus Zindan.

" Serius Gus Zindan ga suka perempuan mana pun yang ada di pesantren ini? " Tanya ustadzah Malika, memastikan.

Gus Zindan menganggukkan kepalanya, membuat ustadzah Malika bertambah semringah..

" Saya ga suka perempuan mana pun di pondok pesantren ini, itu karena wanita yang saya sukai, yang saya cintai, adanya di luar pesantren ini. "

Senyuman di wajah ustadzah Malika seketika luntur setelah mendengar pengakuan dari Gus Zindan. Ia merasa sakit hati sekaligus patah hati, namun ia tetap berusaha terlihat biasa biasa saja, walaupun pikirannya di penuhi dengan keinginan mencari tahu siapa wanita itu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!