menceritakan tentang seorang wanita yang terlahir lagi menjadi seorang mafia untuk membalaskan dendam
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ridwan jujun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pemberantasan
Liana sudah siap untuk ke kuliah dan tinggal sarapan, ia melihat Bi Desfa sang pembantu sedang sibuk menyiapkan sarapan.
“𝘈𝘬𝘶 𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘬𝘢𝘴𝘪𝘩𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘥𝘢𝘯𝘺𝘢, 𝘴𝘦𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘢𝘳𝘪 𝘮𝘢𝘪𝘥 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘢𝘨𝘢𝘳 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘱𝘦𝘬𝘦𝘳𝘫𝘢𝘢𝘯 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘥𝘪𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘉𝘪 𝘋𝘦𝘴𝘧𝘢. 𝘉𝘦𝘯𝘢𝘳-𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘬𝘦𝘵𝘦𝘳𝘭𝘢𝘭𝘶𝘢𝘯!”
"Ada yang bisa saya bantu, Bi?" tanya Liana.
"Tidak usah, Nyonya. Saya bisa melakukan sendiri,"
"Tolong jangan panggil Nyonya, saya tidak nyaman dipanggil begitu," senyum kaku Liana.
"Kenapa tidak? Kau 'kan wanita ku,"
Liana terkejut mendengar suara yang familiar sambil memeluknya dari belakang.
"Lucas?!"
"Ya, sayang?" mencivm pipi Liana.
Liana langsung mendorong Lucas, ia malu apalagi ada Bi Desfa.
"Apa-apaan sih?!" malu Liana.
"Kamu yang apa-apaan? Kau tidak menyukai ku?"
"A–apa?" gumamnya.
"Yang lain bisa melakukan hal yang sama tapi kau tidak memberontak, kenapa dengan ku kau begini?" tatap Lucas.
"Bu–bukan begitu, a–aku cu–cuma kaget saja! Bukan bermaksud untuk menghindari mu," gelagapan Liana.
"Oh ya?"
"Iya! Lain kali jangan melakukan hal yang tiba-tiba!" tegasnya.
Lucas tersenyum seringai, "Kalau begitu, seharusnya kau yang berinisiatif kalau tidak ingin mendapatkan serangan tiba-tiba,"
"Apa?"
"Kau tidak suka kita melakukan sesuatu padamu secara tiba-tiba, bukan? Jadi, kau lah yang harus melakukan dahulu seperti apa yang kita lakukan pada mu,"
"I–itu ...."
"Tidak bisa, 'kan? Jadi biasakan dengan serangan yang ku berikan pada mu," Lucas mengelus pipi Liana dengan jarinya.
Lucas ini tipikal pria yang suka bercanda setiap dirinya berbicara, namun terdengar sesuai fakta tanpa harus berbelit-belit. Walaupun bukan seperti yang lain, Lucas bisa melakukan sesuai yang diinginkan tanpa persetujuan dari lawan bicaranya.
Itu sih gak ada bedanya dengan yang lain.
Liana mengalihkan pandangan karena tidak tahu harus berkata apa, toh dirinya juga tidak bisa melawan mereka.
Lucas tersenyum dan kemudian menampilkan ekspresi biasa yang ditunjukkan nya.
"Bagaimana kalau kita sarapan? Seperti biasa mereka akan menyusul,"
Liana mengangguk, Lucas menarik kursi untuk Liana. Liana pun duduk di kursi tersebut dan Lucas juga duduk di sampingnya.
Lalu datanglah yang lain duduk di kursi masing-masing.
"Jadi hari ini kau yang akan melakukan pemberantasannya?" tanya Revan melipat lengan kemejanya.
"Ya," jawab Arion.
"Bagaimana dengan perusahaannya? Apa tidak sekalian kau ambil?"
"Aku tidak butuh perusahaan yang kecilnya itu,"
"Ya sih, tapi bagi orang lain itu perusahaan yang cukup besar,"
"Selera orang lah yang kecil, perusahaan yang hanya ingin keuntungan nya saja juga percuma,"
"Namanya juga usaha, keuntungan memang harus ada. Minusnya dengan cara yang salah, pantas saja tidak ada kabar tentang keburukan pada perusahaan tersebut. Dia punya banyak uang untuk menutupi berita publik tentang perusahaannya," Felix.
"Hey, kalau begitu caranya aku juga bisa. Kau tahu tentang peredaran obat-obatan yang ku kirim, sebenarnya itu bisa menimbulkan berita di tv dan mengundang polisi ke Mansion ini. Kalau bukan Yohan yang membereskannya mungkin kita akan perang dunia dengan polisi," Carlos.
"Tidak akan mungkin kalaupun ketahuan, polisi hanya menggunakan senjatanya saja sebagai menakuti orang. Tanpa senjata juga mereka cuma orang yang bod0h tanpa berbuat apa-apa," Kenzo.
"Percuma dong pelatihan untuk masuk menjadi anggota polisi, zaman sekarang kebanyakan orang masuk karena bantuan orang dalam ataupun uang. Tanpa tes ya lulus," Elvano.
"Bagaimana dengan tentara?" Lucas.
"Dibanding dengan polisi, tentara lebih fokus dengan negara daripada kejahatan. Lagian kenapa kau bertanya soal itu? Sudah jelas 2 organisasi itu berbeda dari nama apalagi tugas!" Carlos.
"Tidak apa, aku kira kau akan menyamakan keduanya,"
"Tidak peduli mana yang unggul diantara keduanya, apa yang mereka kerjakan bukan menjadi penghalang yang berat untuk kita!" Edgar.
Liana yang mendengar percakapan mereka mulai mengerti setelah dipikir-pikir, mereka memang begitu jika menyangkut orang yang memiliki masalah dengan mereka. Karena itulah harus berhati-hati jika berhadapan dengan mereka, uang seribu diambil gantinya ya perusahaan atau aset rumah. Meminta ganti rugi selalu lebih dari uang yang kecolongan.
Padahal uang yang mereka hasilkan lebih dari orang yang menipu mereka, masalah keuntungan bukankah mereka yang lebih untung dengan cara memberantas? Soal kesadaran diri mereka sangat minus.
"Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Felix di samping nya sambil tersenyum.
"A–ah tidak!"
"Apa rencana mu hari ini?"
"Ntahlah,"
"Kau selesai ujian?"
"Yah, kemarin ujian terakhir,"
"Kenapa tidak libur? Seharusnya jika selesai ujian pasti libur,"
"Ntahlah, mungkin hari ini akan ada pengumuman,"
"Baiklah, kabari jika kau sudah libur," semangatnya.
"Memangnya kenapa?" Liana mengambil air minum dan meneguk minumannya.
"Kita gunakan waktu libur mu untuk bersenang-senang, kau tahu? Aku belum menyentuh mu,"
"UHUK! UHUK!"
"Hati-hati," Lucas mengusap punggung Liana.
"Apa maksud mu?!" toleh Liana ke Felix.
"Kenapa? Itukan benar, aku sama sekali belum menyentuh mu,"
"Omong kosong apa yang kau bicarakan?! Apa kau sadar apa yang telah kau bicarakan?!"
"Tentu saja, makanya aku bicara begitu,"
Padahal dia lah orang pertama kali mengg0danya dan sudah beberapa kali menc1vmnya dan bilang belum menyentuhnya sama sekali? Das4r pria!
"Kau memiliki daya ingat yang buruk!"
"Buruk? Kau salah menilai ku,"
"Salah bagaimana?! Jelas-jelas kau lah yang berani mengg0da ku waktu itu!"
"Itukan g0daan, bukan sentuhan. Kau harus tahu, jika tidak perang ranj4ng bukan sentuhan namanya,"
"Mesvm!"
𝘛𝘶𝘬!
Liana menyentil kening Felix, pria itu meringis mengusap keningnya.
"Duh~ kenapa kau menyentil ku!"
"Kau harus menghilangkan pikiran jorok mu!" Liana turun dari kursi dan pergi.
"Berani-beraninya dia gunakan jari kecilnya untuk memukul kening ku! Lihat saja, kau akan merasakan sakit yang lebih dari ini sampai tidak bisa jalan 2 minggu!" kesal Felix.
-
-
Liana di antar oleh Arion, sepanjang perjalanan mereka hanya ada keheningan sampai keheningan itu membawa mereka ke tempat sekolah universitas.
"Terima kasih sudah mengantarku, padahal arah tujuan kita berbeda," Liana melepas sabuk pengaman.
"Itu tidak mempengaruhi ku,"
Liana tersenyum tipis kemudian keluar dari mobil.
"Hati-hati di jalan," senyum Liana.
"Kau juga," senyum tipis.
Arion menjalankan mobilnya meninggalkan tempat, semua tatapan mahasiswa lagi-lagi membuat Liana risih.
"Lihat deh, kemarin dia diantar bukan menggunakan mobil itu deh,"
"Iya, mungkin saja orangnya juga berbeda,"
"Jangan-jangan dia punya Sugar Daddy lagi,"
"Heem, benar! Di sini 'kan memang ada yang punya Sugar Daddy, bisa jadi dia juga begitu,"
"Ya ampun, gitu amat cari uang,"
Sepertinya mereka sengaja berbicara keras agar Liana dengar, Liana tidak mungkin tidak mendengarnya malah dengan jelas mereka berbicara tepat di belakangnya.
Rasanya ia ingin memukvl kepala mereka dengan buku tebalnya yang ia bawa, tapi harus sabar tidak boleh tergesa-gesa. Liana lebih suka menunjukkan kenyataan daripada pukvlan. Toh jika dirinya mengelak mereka tidak akan percaya dengan ucapannya, karena semua sudah terbukti bahwa di tempat kampusnya ada beberapa mahasiswa mempunyai simpanan pria tua sebagai sumber uang.
-
-
Arion sampai di sebuah tempat yaitu tempat Paviliun, seperti rumah namun elegan dengan ukuran yang sepertiga Mansionnya. Arion masuk ke dalam, memasuki ruangan khusus dan di sana sudah ada Yohan yang sedang berdiri sambil mengetik sesuatu di komputernya.
"Bagaimana?"
Yohan menoleh kemudian membungkuk, "Saya sedang melakukan seperti apa yang anda perintahkan, tinggal menunggu waktu perintah selanjutnya untuk menurunkan sahamnya."
"Bagus," senyum Arion merogoh kantong celananya dan mengambil benda pipih yaitu ponsel.
"Halo, Tuan Dario. Bagaimana kabar anda?" senyum Arion menaruh kedua kakinya di atas meja.
“𝘔𝘰𝘩𝘰𝘯 𝘮𝘢𝘢𝘧, 𝘪𝘯𝘪 𝘴𝘪𝘢𝘱𝘢?”
"Nomor saya anda blokir yah? Trik murahan,”
“𝘛𝘶–𝘵𝘶𝘢𝘯 𝘈𝘳𝘪𝘰𝘯?! 𝘈𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘢𝘯𝘥𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘶𝘣𝘶𝘯𝘨𝘪 𝘴𝘢𝘺𝘢?!”
"Memangnya kenapa?"
“𝘔𝘢𝘢𝘧 𝘛𝘶𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘺𝘢 𝘴𝘪𝘣𝘶𝘬, 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘬𝘦𝘱𝘦𝘯𝘵𝘪𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘣𝘪𝘤𝘢𝘳𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘯𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘴𝘢𝘫𝘢!”
"Oh ini penting tapi hanya bagi anda,"
“𝘈𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘯𝘥𝘢 𝘮𝘢𝘬𝘴𝘶𝘥?”
"Saya bahas tentang pembangunan perusahaan yang kita sepakati bulan lalu, namun anda malah menggunakan trik murahan sebagai penipuan,"
“𝘗𝘦𝘯𝘪𝘱𝘶𝘢𝘯?! 𝘐𝘵𝘶 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘢𝘯𝘥𝘢 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘭𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘴𝘢𝘺𝘢!”
"Oh ya? Bagaimana dengan para pekerja anda?"
“𝘐–𝘪𝘵𝘶 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢! 𝘔𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘪𝘯𝘪𝘴𝘪𝘢𝘵𝘪𝘧 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘮𝘣𝘪𝘭 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘵𝘢𝘯𝘱𝘢 𝘴𝘢𝘺𝘢 𝘬𝘦𝘵𝘢𝘩𝘶𝘪!”
"Kenapa anda tidak mengganti rugi?"
“𝘐𝘵𝘶 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘢𝘺𝘢! 𝘏𝘢𝘳𝘶𝘴𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘯𝘥𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘪𝘯𝘵𝘢 𝘨𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘳𝘶𝘨𝘪 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢!”
"Itukan orang–orang anda,"
Terdengar tidak ada sahutan lagi, Arion tersenyum.
"Saya tidak masalah uang yang saya berikan anda gunakan untuk kepentingan anda sendiri, tapi bersiaplah untuk menerima konsekuensinya,"
“𝘏𝘢𝘩, 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘯𝘥𝘢 𝘴𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘯𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯𝘤𝘢𝘮 𝘴𝘢𝘺𝘢?”
"Tentu saja anda tidak tahu siapa saya, jika masalah status anda masih di bawah saya,"
“𝘈𝘯𝘥𝘢 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘨𝘪𝘭4 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢,”
"Itu wajar. Dalam hitungan 3 detik, perusahaan anda turun drastis,"
“𝘏𝘢𝘩𝘢𝘩𝘢𝘩𝘢! 𝘈𝘯𝘥𝘢 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘣𝘢𝘳𝘶 𝘣𝘢𝘯𝘨𝘶𝘯 𝘵𝘪𝘥𝘶𝘳, 𝘸𝘢𝘫𝘢𝘳 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘣𝘪𝘤𝘢𝘳𝘢 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘯𝘵𝘶𝘳 𝘣𝘦𝘨𝘪𝘵𝘶,”
Arion tersenyum seringai, "Kalau tidak percaya, bagaimana saya hitang 3 detik?"
“𝘏𝘪𝘵𝘶𝘯𝘨 𝘴𝘢𝘫𝘢! 𝘗𝘦𝘳𝘶𝘴𝘢𝘩𝘢𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘺𝘢 𝘴𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘣𝘦𝘴𝘢𝘳 𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘢𝘯𝘥𝘢 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘢𝘱𝘢?” merendahkan.
Arion memberikan kode pada Yohan, Yohan mengangguk.
"Baik, saya mulai. 1 ... 2 ...."
“𝘊𝘬, 𝘤𝘬,”
"3!"
“....”
“𝘈𝘗𝘈 𝘠𝘈𝘕𝘎 𝘛𝘌𝘙𝘑𝘈𝘋𝘐?!” setelah terdiam sesaat ia terkejut setelah melihat grafik yang ada di komputernya turun secara drastis.
"Bagaimana? Anda suka pertunjukan saya?"
“𝘚𝘐4𝘓𝘈𝘕! 𝘈𝘗𝘈 𝘠𝘈𝘕𝘎 𝘚𝘜𝘋𝘈𝘏 𝘈𝘕𝘋𝘈 𝘓𝘈𝘒𝘜𝘒𝘈𝘕?!”
"Saya sudah bilang, jika macam-macam dengan saya anda harus menerima konsekuensinya,"
“𝘚𝘐𝘈𝘗𝘈 𝘈𝘕𝘋𝘈 𝘚𝘌𝘉𝘌𝘕𝘈𝘙𝘕𝘠𝘈?!”
"Saya? Saya Arion Fernando, mafia yang menyamar menjadi pengusaha yang bod0h,"
“𝘈–𝘈𝘗𝘈?!”
•••
TBC