"Menikahlah lagi mas! Aku ikhlas!"
Kalimat yang pada akhirnya menjadi boomerang bagi pernikahan Sekar Indraswari
Keluarga besar Adrian Baskara sang suami, menuntut hadirnya penerus bagi keluarga, membuat Sekar mengambil keputusan yang begitu menyakitinya
hadirnya wanita lain sebagai madu perlahan memaksa Sekar meninggalkan indahnya mahligai cinta bersama Adrian
Kemana takdir akan membawanya? akankah pertemuan dengan seorang duda beranak satu bernama Alvaro menjadi awal kebahagiaannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon e_Saftri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cemburu
"Tapi kenapa harus Sekar? Saya juga bisa untuk produk baru itu bos!" Widia tak percaya ini, dirinya yang secantik ini saja ditolak, lalu kenapa wanita kampungan seperti Sekar malah terpilih
"Dia memang yang saya cari selama ini, jika kamu berhasil maka kamu akan jadi brand ambassador untuk produk baru kita yang lain" Sean memberi penawaran
"Tapi Sekar itu sudah menikah bos"
"Saya tidak peduli, kamu bujuk dia! Lalu dapatkan proyeknya"
Widia tampak berpikir "Baik bos, saya akan mencoba untuk membujuk Sekar"
"Bagus Widia, saya tunggu kabar dari kamu secepatnya"
Widia keluar dari ruangan tersebut, berbagai pertanyaan muncul dibenaknya
"Emang mbak Sekar itu secantik apa sih? Gak mas Adrian, bang Remon, bahkan bos Sean aja memuji dia"
***
Seperti biasa, Adrian bersama kedua istrinya tengah menikmati makan malam bersama
"Emm mbak, gimana sama tawaran bos Sean tadi siang sama mbak?" Widia memulai pembicaraan
"Tawaran? Tawaran apa sayang?" Tanya Adrian pada Sekar
"Gak penting kok mas, udah aku tolak juga!" Jawab Sekar tanpa beban
"Kenapa nggak mbak pikirin dulu? Itu tawaran yang bagus loh, semua model antri untuk dapet proyek itu!"
Sebenarnya Widia sengaja, selain dirinya akan untung besar, jika Sekar menerima tawaran ini maka dia akan sibuk dan mungkin perhatian pada Adrian menjadi kurang lalu ia yang akan menggantikan posisi Sekar
"Aku gak tertarik Wid, lagian aku juga nggak bisa jadi model"
"Jadi model?"
"Iya mas, tadi pemilik agency tempat Widia kerja nawarin aku untuk jadi modelnya, tapi aku tolak" jawab Sekar membuat Adrian merasa lega
"Bagus"
"Emang kenapa sih mas, bukannya ini bagus ya? Mbak Sekar jadi punya penghasilan dan yang paling penting mbak Sekar bisa terkenal" bujuk Widia
"Pertama, saya gak kekurangan uang sampai Sekar harus kerja. Dan yang kedua saya gak suka milik saya dilihat oleh banyak orang terlebih para pria diluar sana, Sekar itu hanya milik saya!"
Jawaban sang suami membuat Widia semakin geram, Adrian begitu posesif pada Sekar, hal itu sangat berbanding terbalik dengan sikap Adrian padanya padahal status antara dirinya dan Sekar sama
"Sudahlah mas, lagian aku juga gak mau, nanti kamu sampein aja sama Sean ya Wid! Aku gak bisa"
"Iya mbak"
"Kamu gak boleh lagi ikut Widia kesana! Kalau mau kemana-mana kamu harus sama aku" Ucap Adrian membuat Sekar terkekeh
"Iya mas, maaf ya"
Widia menahan diri, sikap posesif Adrian pada Sekar membuatnya cemburu. Ia bertekad untuk merebut Adrian dan menyingkirkan Sekar bagaimanapun caranya
"Malam ini aku mau tidur dikamar kita!" Pinta Adrian pada Sekar, kini keduanya tengah bersantai di ruang tengah seperti biasa sementara Widia telah berada dikamarnya
"Tapi aku masih.."
"Aku cuma mau tidur sayang, badan aku sakit-sakit karena tidur disofa" rengek nya
"Lagian ngapain juga kamu tidur di sofa? Padahal lagi ditungguin sama istri kamu dikamarnya!"
Sekar tak habis pikir dengan suaminya ini, Adrian memang sulit untuk ditebak, bagaimana bisa ada laki-laki yang menolak keindahan tubuh perempuan secantik Widia
"Boleh yaaa"
"Iya boleh"
"Kalau gitu ayo!" Adrian menutup laptopnya lalu segera berdiri
"Kok cepet banget?"
"Aku ngantuk"
Sekar menyambut uluran tangan suaminya lalu keduanya melangkah masuk kedalam kamar
***
Hampir satu bulan sudah Widia tinggal di rumah itu bersama Adrian dan istri pertamanya, Sekar. Namun Adrian tak pernah sekalipun masuk kedalam kamarnya. Jika tidak dikamar Sekar maka pria itu akan tidur di sofa membuat Widia kesal
Sekar tengah sibuk dengan pekerjaannya yang tengah mengaduk sup yang hampir matang. Hingga ia dikejutkan dengan sepasang tangan yang melingkar di perutnya
"Mas Adrian?"
"Aromanya enak banget!"
"Geli mas" seperti biasa, Adrian akan mengendus leher jenjang wanitanya membuat si cantik itu menggeliat
"Kamu wangi banget sih" Pria tampan itu bahkan mengecup bahu Sekar
Sekar mematikan kompornya lalu berbalik menatap sang suami "Udah Mateng?"
"Udah, sekarang lepas! Aku mau siapin makanannya!"
Bukannya melepas, Adrian justru semakin mempererat pelukannya pada tubuh mungil itu
"Katanya kamu laper?"
"Aku emang laper, tapi aku mau makannya yang ini aja!" Adrian mendaratkan ciuman pada bibir berwarna merah muda itu
"Jangan becanda deh mas, udah lepas!"
"Aku udah puasa seminggu loh, eh bukan, sepuluh hari!" Ucapnya dengan wajah memelas
"Ya udah nanti yaa"
"Mas!" Pekik Sekar kala tubuhnya didudukkan diatas meja makan
Adrian tak bicara, ia melumat bibir wanita itu dengan sangat lembut, bahkan kini mulai turun pada area leher jenjangnya
"Massh"
"Kita ke kamar aja!" Adrian menggendong tubuh sang istri ala bridal style lalu membawanya kekamar
Pada ujung tangga keduanya berpapasan dengan Widia yang hendak menuju meja makan
"Mas mau kemana?" Tanya Widia yang bingung melihat Adrian menggendong Sekar, sementara wanita cantik itu telah menyembunyikan wajahnya pada dada bidang Adrian karena malu
"Saya lagi ada urusan, kamu makan sendiri aja! Tolong pindahin sup yang masih diatas kompor kedalam wadah!"
Setelah mengatakan itu, Adrian segera menaiki tangga menuju kamar tidurnya dan Sekar, Widia hanya menatap sendu punggung suaminya hingga menghilang dibalik pintu kamar
Widia mengepalkan tangannya, ia tahu apa yang akan terjadi setelahnya
"Mas Adrian itu emang kayak gitu mbak!" Widia terkejut saat tiba-tiba Lilis berdiri disampingnya
"Kamu gak sopan banget sih!"
"Lilis cuma mau ngasih tau, biar mbak Widia juga terbiasa ngeliat hal kayak tadi!" Lilis terlihat meledek "Kadang mas Adrian itu gak tau tempat loh, gak jarang Lilis mergokin mereka mesra-mesraan didapur!"
"Saya gak peduli!" Widia hendak menaiki tangga
"Mbak mau kemana? Makan malamnya gimana?"
"Saya gak laper" Widia berlalu, rasa laparnya seketika menghilang, berganti dengan rasa kesal pada sepasang suami istri yang saat ini tengah bermesraan
Widia meraih ponselnya, menghubungi nomor sang ibu mertua "Halo Bu"
"Halo sayang" Suara Nina terdengar dari seberang
"Aku butuh bantuan ibu!" Widia mulai menceritakan semua yang dirinya alami selama tinggal dirumah ini
"Besok kita ketemu di cafe biasa!" Widia mengiyakan lalu mematikan ponselnya, ia baringkan tubuhnya diatas kasur empuk miliknya
"Sialan" Widia geram, Adrian tak tergapai, belum lagi pekerjaannya hilang karena tak dapat membuat Sekar menerima tawaran dari agency
"Terima kasih!" Adrian mengecup kening istrinya yang saat ini terbaring di sampingnya dengan napas keduanya yang masih memburu
"Aku capek mas!" Keluh Sekar
"Maaf yaa!" Adrian mengeratkan pelukannya "lagian siapa suruh kamu enak!"
"Huss.. mas ngomongnya. Astaga!"
"Mas cuma ngomong fakta, sayang!"
"Udah ah, aku mau mandi! Aku juga laper banget mas!" Sekar beringsut bangun