NovelToon NovelToon
Kanvas Hati

Kanvas Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Romantis / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Lia Ramadhan

Berawal dari seorang Pelukis jalanan yang mengagumi diam-diam objek lukisannya, adalah seorang perempuan cantik yang ternyata memiliki kisah cinta yang rumit, dan pernah dinodai oleh mantan tunangannya hingga dia depresi dan nyaris bunuh diri.
Takdir mendekatkan keduanya, hingga Fandy Radistra memutuskan menikahi Cyra Ramanda.
Akankah pernikahan kilat mereka menumbuhkan benih cinta di antara keduanya? Ikuti kelanjutan cerita dua pribadi yang saling bertolak belakang ini!.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lia Ramadhan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 6. PERNIKAHAN KILAT

Ketiganya terkejut mendengar ucapan Fandy saat itu, terutama Cyra. Disaat kondisi tubuhnya pasca operasi belum pulih sepenuhnya dan hatinya masih sangat rapuh hingga depresi.

“Jangan bercanda Nak Fandy, pernikahan bukanlah mainan. Saya menentangnya jika itu hanya gurauan.” Papa Cyra tidak percaya, Cyra dan mamanya juga menatap Fandy ragu.

“Tidak Om, Tante dan Cyra, demi Tuhan dan Almarhum kedua orang tua saya. Menikahi Cyra dengan kesungguhan hati terdalam dan niat yang tulus. Tolong percaya saya!” Fandy dengan tegas menyatakannya.

“Bang Fandy, saya tidak yakin untuk menikah saat ini,” Cyra ragu dengan dirinya juga.

“Tidak Kak Cyra jangan seperti itu, yakin dan genggam tangan saya ini. Mari kita menikah, hadapi dan jalani semuanya berdua. Siap bertanggung jawab atas diri kamu seumur hidup saya.” Fandy menatap mata Cyra dengan penuh keyakinan.

Papa, mama Cyra setelah melihat kesungguhan Fandy akhirnya memberikan restu meski ada sedikit keraguan dalam hati mereka.

“Tunggu Papa bertanya dahulu ke dokter Bimo untuk mengecek kondisi Cyra, kapan diperbolehkan pulang. Setelah itu kita boleh lanjut bahas tentang pernikahan.”

Fandy dan Cyra hanya mengangguk setuju dengan papanya. Tidak lama kemudian, dokter Bimo datang menghampiri dan mengecek kondisi Cyra.

“Cyra sudah lebih baik, hasil tes menunjukkan kondisi tubuhnya saat ini hampir pulih. Besok sudah boleh pulang, tetapi jika masih ada keluhan, tolong jangan ragu untuk menghubungi saya.”

“Satu lagi pesan saya, jika Cyra membutuhkan psikiater saya dapat merekomendasikannya.”

“Baik Dok, terima kasih penjelasannya.” Papa Cyra menemani dokter Bimo keluar dari kamar VIP ini.

Setelah itu, papa Cyra meminta Fandy duduk bersama dengan mamanya di sofa penunggu pasien. Menatap Fandy dengan serius.

“Sebelum kalian menikah, boleh saya mengetahui Nak Fandy dan latar belakangnya. Agar kami semakin yakin dan tidak salah memutuskan untuk masa depannya Cyra.”

“Tidak masalah Om, Tante. Saya anak tunggal, kedua orang tua sudah wafat saat saya kelas 1 SMP. Sekarang saya tinggal sendiri, di rumah warisan orang tua meski masih ada saudara dari pihak ayah dan ibu menawarkan bantuan.”

“Profesi saya pelukis jalanan, tetapi mempunyai lapak di Blok M Square. Dari menjual lukisan dan melukis pelanggan di lapak inilah saya mencari nafkah.”

“Satu lagi, saat ini saya tidak memiliki kekasih apalagi istri. Hanya fokus dengan lukisan saja,” jelas Fandy mantap.

Cyra dan orang tuanya tersenyum mendengar semua penjelasan Fandy. Seperti lega mengetahui siapa Fandy sebenarnya.

“Baiklah, Om menerima semua penjelasanmu. Jika kamu tidak keberatan, apakah siap menikah dalam waktu dekat?”

“Siap Om, kapanpun itu. Terima kasih mau menerima saya dalam hidup Cyra, saya sangat bersyukur dan menghargainya.”

“Tidak masalah Nak, kami melihat ketulusan dan kesungguhanmu. Semoga tidak berubah ya, jangan kecewakan kami.”

Tiga hari kemudian, pernikahan sederhana Fandy dan Cyra terjadi pada sabtu pagi. Kedua orang tua Cyra mempersiapkan dengan baik, meski singkat waktu persiapannya. Fandy dan Cyra hanya tinggal menikah saja.

“Bismilah, saya terima nikah dan kawinnya Cyra Ramanda binti Rio Alfian dengan mas kawin tersebut tunai,” dengan sekali tarikan nafas, Fandy tegas dan lancar mengucapkannya.

“Sah,” terdengar ucapan kedua saksi dan penghulu di sisi Fandy. Papa Cyra tersenyum menatap Fandy dan merasa lega akhirnya.

Lima menit kemudian Cyra dan mamanya menghampiri Fandy, dengan kebaya putih modern dan riasan natural seakan bersinar.

Menampilkan kecantikan dan keanggunan dirinya. Fandy sungguh terpana, sangat cantik sekali istrinya.

Cyra tersenyum manis dan duduk di sebelah Fandy, lalu menandatangani buku nikah. Fandy masih menatap kagum dan terharu pada Cyra, tidak menyangka hingga sejauh ini, memilikinya dengan sah di mata hukum, agama dan negara.

Fandy lalu menyematkan cincin di jari manis Cyra, dibalas Cyra menyematkan cincin juga di jari Fandy.

Setelah itu Cyra mencium takzim tangan Fandy, lalu Fandy mengecup lama kening Cyra, sambil mendoakan untuk kebahagiaan mereka kelak.

Fandy lalu tersenyum tulus menatapnya, Cyra perlahan terisak menangis penuh haru dan Fandy mengenggam mesra kedua tangan Cyra seolah menenangkan.

“Terima kasih telah menerima saya, setelah apa yang terjadi,” bisiknya lirih.

“Sama-sama, saya juga bersyukur Kak Cyra tidak menolak saya,” sahut Fandy.

Setelah itu keduanya mencium tangan dengan takzim dan memeluk erat orang tua Cyra . Papa Cyra memeluk bahu Fandy dan berbisik lirih padanya. "Titip Cyra ya Fandy. Tolong sayangi, lindungi dan bahagiakan dia dengan sepenuh hati dan ragamu.”

“Baik Om, saya berjanji,” jawab Fandy.

“Lho kok masih panggil Om, ganti Papa ya, Nak.”

“Iya Papa, terima kasih mempercayai Cyra pada saya.”

“Cyra, tolong hargai Fandy, dia suamimu sekarang. Belajar mencintai dan menerima dia dalam hati dan hidupmu sayang,” nasehat papa membuat Cyra makin terisak.

“Mama juga minta kalian turunkan ego masing-masing, saling mengalah dan menghadapi masalah dengan kepala dingin ya. Saling percaya, komunikasi dan menghargai, kunci utama pernikahan langgeng.”

“Terima kasih Papa dan Mama, kami akan selalu mengingatnya.” jawab keduanya lirih.

 ***

Siang harinya, setelah acara nikah selesai karena hanya mengundang sedikit tamu dan kerabat dekat saja.

Cyra lalu mengajak Fandy ke kamarnya. Dia pamit ke kamar mandi, ingin membersihkan dirinya terlebih dahulu. 

Fandy mengamati kamar Cyra yang rapi, wangi aroma vanila dalam kamar membuatnya nyaman. Semuanya tampak tertata baik dan bersih.

“Bang Fandy mau mandi juga?” tanyanya selesai mandi.

“Boleh deh,” jawab Fandy sambil membawa kaos dan celana pendek selutut.

“Handuknya ada di vanity cabinet ya, pakai saja.”

“Iya, terima kasih.”

Setelah mandi, Cyra duduk di ranjangnya menunggu dan menatap Fandy. Seperti ingin mengatakan sesuatu tetapi ragu.

“Ada apa Kak? Apa ada masalah atau yang salah?” tanya Fandy.

“Hmm, kita suami istri sekarang. Jangan panggil Kakak lagi, umur saya 25 tahun, dua tahun di bawah Abang.”

“Iya maaf, masih canggung saya,” sahut Fandy sambil menggaruk leher, salah tingkah sepertinya.

“Satu lagi Bang Fandy, maaf, saya ragu menjalankan tugas saya sebagai istri dalam hal memenuhi kebutuhan batin Abang, teramat malu karena telah dinodai mantan saya,” jelas Cyra sambil menundukkan kepalanya.

“Tetapi Abang boleh tidur bersama saya mulai hari ini,” tambahnya.

Fandy menghampiri dan menggenggam tangan Cyra, meraih dagu untuk menatap padanya. "Saya menikahimu dengan niat tulus, menghargai keinginanmu."

"Jangan khawatir aku tidak masalah, asalkan Cyra mau membuka hati dan belajar menerima saya.” Fandy mengangguk pada Cyra dengan tersenyum seolah meyakinkan ucapannya.

“Terima kasih Abang, boleh saya minta peluk?” tanyanya malu-malu.

“Sangat boleh Cyra, minta cium sekalian juga tidak?” Fandy menggoda sambil mengedip sebelah matanya, Cyra reflek mencubit gemas perut Fandy.

Fandy memeluk Cyra dengan erat sambil menepuk lembut punggungnya, lalu menghirup wangi tubuhnya. Perlahan Fandy melepas pelukan dan menatap Cyra intens. Cyra balas menatapnya seakan mengharap lebih pada Fandy.

Fandy mendekatkan bibirnya pada kening Cyra, perlahan dia kecup lama kening Cyra, lalu meraih kedua pipinya, dia cium pipi Cyra dengan sangat lembut. 

Cyra hanya diam terpaku dan matanya terpejam seolah malu menatap Fandy, lalu Fandy cium bibir tipis Cyra dan dilumatnya pelan, Cyra tidak menolak bahkan membalasnya meski awalnya mereka kaku tetapi lama kelamaan menikmatinya.

Dorongan kuat dalam diri Fandy untuk tidak melepaskan tautan bibir mereka dengan cepat, dia tetap mencium bibir Cyra yang terasa manis seperti ceri, lama-lama keduanya semakin terbawa suasana hangat penuh hasrat.

Bibir Fandy makin antusias melumat bibir Cyra, tangannya reflek meraih kedua buah dada Cyra dan diremasnya pelan. Cyra tidak menolaknya, melenguh manja seakan terbuai. Perlahan Fandy baringkan tubuh Cyra di ranjang. 

Fandy menciumi seluruh wajah Cyra, bibirnya melumat lagi bibir Cyra yang awalnya lembut tapi lama kelamaan menjadi agresif seolah terbawa na*su.

Tangannya masih meremas lembut dada Cyra yang terasa pas ukurannya di tangan Fandy. Tatapan gairah di antara keduanya semakin terasa, seakan menuntut lebih dari sekadar berciuman.

Fandy menghentikan ciumannya sesaat dan menatap sendu mata Cyra, lalu membelai lembut wajah cantiknya. “Bolehkah saya memilikimu secara utuh? Jika Cyra menolak, saya hentikan saat ini.” tanya Fandy meminta izin.

“Bang Fandy tidak masalah, saya sudah tidak perawan lagi dan bekas dinodai mantan berengsek?”

“Tidak mengapa Cyra saya tidak perduli, saya ikhlas menerimamu apa adanya, hasrat memilikimu secara utuh dan menyatu denganmu saat ini,” ucap Fandy meyakinkan.

“Jika Abang yakin, lakukanlah, miliki saya seutuhnya.” Cyra mendahului, meraih kepala Fandy dan melumat bibirnya penuh na*su. Lalu tangannya erat memeluk Fandy.

Fandy balas memeluknya, perlahan dia buka gaun tidur Cyra, lalu melepas penyangga dadanya. Menciumi lembut dada Cyra yang nampak indah di matanya, satu tangan meremasnya lembut dan satu tangan lagi bergerak pelan ke arah bawah perut Cyra.

Tangan Fandy mengelus lembut di lapisan terakhir penutup area intimnya, Cyra mengeluh manja. "Ahhh... Bang,” mendengar desah manjanya Fandy makin berna*su. 

Fandy menurunkan lapisan terakhir Cyra dan menatap memuja area intimnya yang bersih terawat tidak berbulu. Fandy membuka lebar kedua pahanya, Cyra melihat apa yang Fandy lakukan pada dirinya.

Fandy menghirup harum area intimnya, perlahan menciuminya dengan lembut. Cyra makin mendesah. "Ahhhh... Abang.” 

Lidah Fandy terulur menjelajahi milik Cyra hingga basah, menggesekkan hidungnya, menciumi dan menjilat gerbang rahimnya dengan intens, lalu menghisapnya dengan kuat dan lidah Fandy mendorong masuk ke dalam liang miliknya.

Cyra mendesah makin kencang. "Ahhhh... ahhh... Abang, saya tidak kuat.” 

Cyra reflek mengangkat kedua pahanya tidak sanggup lagi menahan gelombang gairahnya, tidak lama kemudian cairan bening dari miliknya mengalir, pertanda dia mencapai puncak kenikmatannya.

Fandy membuka kaos dan sisa baju yang melekat ditubuhnya, hingga polos seperti halnya Cyra. Setelah itu, mata Cyra menatap milik Fandy dengan lekat seolah-olah ingin menyentuhnya. Fandy mengangguk, mengizinkannya.

Perlahan Cyra menyentuh milik Fandy dengan lembut lalu mencoba menghirup sebentar aromanya.

Mulutnya menciumi lembut area intim Fandy dan menjilatnya seperti menikmati es krim. "Ahhh... nikmat Cyra,” desah Fandy menikmatinya.

Cyra lalu memasukkan milik Fandy ke dalam mulutnya, dia coba memasukkannya sedikit demi sedikit hingga masuk hampir seluruhnya di dalam mulutnya yang kecil itu.

Perlahan Cyra menaik-turunkan milik Fandy sesuai nalurinya. Tangannya yang lembut bergerak dan menggenggamnya penuh antusias.

Fandy makin menikmati, tangannya meraih kepala Cyra dan makin mendorong miliknya dalam mulut Cyra.

“Ahh… Cyra, hangat sekali mulut kamu.” Sepuluh menit Cyra melakukannya, lalu Fandy menghentikannya tetap tersenyum mesra dan membaringkan perlahan tubuh Cyra.

“Kita lanjut ya, saya janji akan lembut melakukannya,” ucap Fandy meyakinkan dan Cyra mengangguk setuju.

Fandy perlahan menggesek pelan milik Cyra yang sudah basah, lalu memasukkan ujung miliknya ke dalam liang intim Cyra dan mendorong pelan untuk terus masuk.

“Ahhh… Abang, agak sakit terasa, tolong pelan-pelan!” pinta Cyra lirih. 

Fandy mengikuti inginnya Cyra, memasuki liang milik Cyra dengan perlahan-lahan dan berhenti sebentar, hingga Cyra merasa nyaman dengan keberadaan miliknya yang cukup besar. 

Tubuh keduanya kini saling menyatu. Fandy seolah tidak percaya, liang intim Cyra masih terasa sempit meskipun mantannya pernah menodai sebelumnya.

Perlahan milik Fandy bergerak maju mundur mendorong intens. Mereka berdua mulai menikmatinya.

“Ahhh…Cyra, kamu cantik sekali saat bergairah begini.”

“Bang Fandy juga sangat tampan dan seksi di mata saya ... ahhh.” Cyra mengelus lembut dada dan perut Fandy.

Mereka saling berciuman mesra. Lidah Fandy menyusup masuk ke dalam mulut Cyra mencari lidah Cyra, lalu lidah keduanya saling membelit intens.

Cyra memeluk Fandy dengan eratnya. Fandy menciumi seluruh wajah Cyra lalu turun menyesap ke area lehernya dan menggigit pelan di sana seolah memberi tanda.

Tangan kokoh Fandy tidak luput meremas-remas dada Cyra dengan lembut, ujung dada Cyra pun dicubitnya perlahan. Tubuh Cyra melenting ke atas, dirinya tidak tahan dengan serbuan Fandy pada bagian atas tubuhnya hingga area intimnya.

“Ahh… Bang Fandy, saya tidak tahan lagi,” lenguh Cyra.

“Tunggu sebentar lagi Cyra, tahan ya cantik kita bersama-sama,” pinta Fandy dengan lembut.

Tubuh keduanya bergerak saling mengejar puncak kenikmatan. Hampir satu jam berlalu.

Fandy akhirnya mencapai puncaknya, mengeluarkan cairan hangatnya di dalam milik Cyra dan terbaring lemas dipelukan Cyra. “Terima kasih Cyra, saya menyayangimu,” Fandy mencium lembut keningnya dan mengakhiri pergulatan mesra mereka. 

Cyra menatap sayang Fandy, tersenyum puas menggangguk pelan dan balas memeluk Fandy, bersandar manja di dadanya. Lalu keduanya pun tertidur dengan perasaan bahagia.

1
Syahril Salman
semangat lanjut kakak 💪😍
Syahril Salman: sama2 kak😍
total 2 replies
Mericy Setyaningrum
Romantis ceritanya ya Kak
Lia Ramadhan 😇😘: makasih banget kak untuk supportnya🙏🤗
total 3 replies
Syahril Salman
jadi tambah bagus kak covernya 😍👍
Lia Ramadhan 😇😘: terima kasih kak🙏
total 1 replies
Syahril Salman
Ceritanya bagus, simple dan mudah dimengerti. Saya suka karakter Fandy yang berkomitmen, padahal belum mengenal Cyra lebih jauh tetapi berani memutuskan akan menikahinya.
Lia Ramadhan 😇😘: terima kasih kak untuk ulasan positifnya🙏
total 1 replies
Syahril Salman
lanjutkan kk ceritanya 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!