7 tahun bertahan, lalu ditinggal tanpa alasan. Hanna pikir, cinta sudah cukup menyakitkan untuk dicoba lagi dan mungkin sudah saatnya ia memilih dirinya sendiri.
Namun jika bukan karena cinta yang pergi tanpa pamit itu.. mungkin dia tidak akan bertemu dengan dr. Hendra.
Sayangnya, dr. Hendra seperti mustahil untuk digapai, meski setiap hari mereka berada di bawah atap yang sama.
Kali ini, akankah Hanna kembali memilih dirinya sendiri? Entahlah..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon deborah_mae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SETELAH DAMAI, SEBELUM LUKA
Setelah kembalinya Hanna dari Rumah Sakit, Hanna memutuskan untuk beristirahat sehari saja di rumah.
Ibu Hanna telah tiba dari luar kota tempat ia tinggal bersama suaminya. Sementara ayah Hanna masih dalam perjalanan menuju rumah Hanna.
Ya, orangtua Hanna telah lama berpisah sejak Hanna berusia 10 tahun. Meskipun berpisah, kedua orangtuanya hingga saat ini masih berhubungan baik layaknya sahabat.
Mereka berpisah bukan karena kemauan mereka namun keadaan yang memaksa.
Kini, mereka hadir untuk memulihkan tubuh dan bathin Hanna yang terluka akhir-akhir ini. Dengan kasih sayang yang hangat, mereka kompak merawat anak perempuan mereka satu-satunya.
Tanpa didampingi pasangan masing-masing, mereka "hadir" sebagai pribadi orangtua Hanna.
Dalam relung hati Hanna, ia masih menganggap papa dan mama nya tetap sepasang suami istri yang saling mengasihi dari kejauhan.
"Kak, hari ini kamu masih mual gak?" tanya Mama kepada Hanna.
"Enggak lagi sih, ma. Cuma masih agak pusing aja kok." jawab Hanna.
Kemudian papa datang membawa sebuah periuk yang berisikan bubur kacang hijau kesukaan Hanna. Melihat kejadian itu ketiga anaknya dan mantan istrinya pun terheran-heran.
"Papa mau kasih makan se-RT ya?" tanya Mama.
"Hehe gak juga mam. Tau lah ya papa kan gak ngerti takaran masak kacang hijau. Tadi papa beli sebungkus kecil. Kirain jadinya bakal dikit banget kalo dituang semua. Eh jadinya sepanci hehehe.." ucap papa dengan terkekeh.
"Pa, itu beneran dikasih jahe segede telunjuk papa nih?" tanya Jonathan dengan wajah panik melihat bubur kacang hijau yang dibawa papa.
"Ah komen aja. Ambilin mangkuk cepet. Si kakak udah kepengen banget itu keliatannya" pinta papa.
"Hahaha apaan sih pa. Tapi suapin yaaaa" ucap Hanna dengan memelas.
"Yaudaaah"
Hangat, penuh kasih, dan tanpa pertanyaan "mengapa?"
Mengapa Hanna harus berpisah dengan Yudha?
Mengapa Hanna tiba-tiba jatuh sakit?
Mengapa Hanna memutuskan untuk tidak mencari pasangan lagi?
Terima kasih, papa dan mama. Untuk selalu hadir.
***
"Kak, yakin mau masuk kerja nih?" tanya Tulus, adik bungsu Hanna.
"Yakin banget ini dek. Bosen tau di rumah" jawab Hanna sembari menata rambut panjangnya. Hari ini Hanna mengikat rambutnya dengan sederhana saja.
"Kalo gak kuat, pulang aja ya kak. Entar adek aja yang jemput." ucap Tulus dengan hati yang khawatir.
"Iya sayang..aman" jawab Hanna.
Saat itu cuaca sedang mendung. Dalam perjalanan Hanna menuju gedung fisioterapi, dia berjumpa dengan seekor kucing putih abu-abu yang manja. Namanya Omeng. Setiap bertemu orang yang menyapa nya, Omeng otomatis menjatuhkan badannya dan menggeliat dengan gemas.
Siapapun yang menyapa Omeng akan terhipnotis dengan kelucuannya. Itulah mengapa, Hanna sangat menyayangi Omeng.
Namun disela-sela Hanna membelai Omeng, Bu Roza lewat dan memperingati Hanna untuk tidak terlalu dekat dengan kucing-kucing yang berkeliaran di rumah sakit.
"Kamu pecinta kucing ya, Han." ucap Bu Roza
"Hehe iya Bu. Kebetulan Hanna punya kucing juga di rumah. Jadi, kalo jumpa kucing di jalan bawaannya jadi kangen sama kucing yang di rumah. Jadi ya cara ngobatin rindu dengan gemes-gemesan sama kucing deh" jawab Hanna dengan senyuman.
"Han, bukannya aku ngelarang kamu. Tapi sebaiknya jangan terlalu dilihatkan kalo kamu sayang kucing disini. Gak baik buat kucingnya." Ucap Bu Roza dengan nada yang sedikit berbisik
"Lho kenapa Bu? Hanna jadi takut nih"
"Disini ada staff Kesling yang gak suka ada kucing yang berkeliaran di area rumah sakit. Dulu pernah kejadian dia sengaja ngeracun kucing. Aduh, serem banget pokoknya mah" jawab Bu Roza
"Siapa nama staff itu Bu?"
"Gadis namanya. Kita nyebut dia 'Gadis-Kucing' karena sifat dia yang tega sama kucing, Han. Besok-besok jangan terlalu ramah ya, Han."
Hanna terkejut mendengar fakta kelam yang disebutkan Bu Roza barusan.
"Oh iya, hari ini ruangan kita akan diganti perabotannya. Nanti kabarin dengan rekan yang lain supaya diberesin barang-barangnya ya, Han" tambah Bu Roza sebelum meninggalkan Hanna.
"Baik, Bu. Nanti Hanna sampaikan"
Hanna masih tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Bu Roza. Bisa-bisanya ada orang yang setega itu terhadap hewan yang sangat lucu dan menggemaskan itu.
Sampai di ruangannya, Hanna menyampaikan apa yang diberitahu Bu Roza tadi. Semua bergegas membereskan barangnya masing-masing termasuk Hanna.
Tiba lah perabotan baru itu ke ruangan mereka diantar oleh seorang staff kebersihan dan seorang staff Kesling bernama Gadis.
"Buset panjang umur nih orang. Udah kesini aja"
Saat perabotan sudah dimasukkan, ternyata punya Hanna tidak diganti. Lalu, karena hal itu Bu Roza yang melihat justru komplain kepada Gadis.
"Semuanya dapet meja baru. Kok Hanna gak dapet sih, dis?" tanya Bu Roza.
"Ya kakak lihat aja itu meja dia dikit lagi nyentuh daun pintu. Lagian panjang meja dia udah pas. Meja barunya kepanjangan, kak" jawab Gadis dengan ketus.
"Udah Bu, gapapa kok. Lagian meja Hanna kan masih bagus" jawab Hanna menenangkan Bu Roza.
"Lho, gak bisa gitu, Han. Setiap unit udah dijatah punya meja baru. Artinya meja itu masuk inventaris unit Keuangan. Masa kita gak bisa pakai barang kita sih" ucap Bu Roza dengan nada menyindir
Mendengar hal itu, Gadis menjadi kesal kepada Hanna yang bersikap sok mengalah dan malah membuatnya menjadi bersalah di mata Bu Roza.
Lantas Gadis angkat bicara namun tatapannya ke Hanna "Yauda sih kan meja nya masih bagus, kak. Lagian kalian pikir ngangkat meja satu set gini apalagi naikin tangga itu mudah? Semudah ngebalikin telapak tangan kah??" ucap Gadis dengan nada yang sangat ketus.
Semua orang di ruangan itu terheran-heran melihat reaksi Gadis yang menurut mereka kurang sopan.
Akhirnya Gadis pergi bersama staff kebersihan itu.
Dengan percaya diri, Bu Roza menenangkan Hanna "Tenang aja, Han. Biar aku yang ngomong ke Ibu. Besok kamu pakai meja baru"
Hanna langsung khawatir dan memohon agar Bu Roza tidak melakukan itu.
Namun, tiada yang bisa menahan Bu Roza ketika ia ingin menyelesaikan sesuatu yang menurutnya sangat tidak adil.
Dan ya, sore itu juga Hanna mendapatkan meja kerja yang baru. Walaupun begitu, Hanna tidak senang. Malah khawatir jika Gadis justru memusuhinya.
Hanna yakin bahwa Bu Vannya pasti menegur Gadis dengan sangat keras.
***
Sore itu Hanna dan Febi berjalan menuju taman belakang rumah sakit. Mereka ingin bertemu dengan Omeng.
Dan benar saja, mereka bertemu dengan kucing cantik itu. Namun, mereka terkejut yang datang bukan hanya Omeng. Melainkan seekor anak kucing yang lucu. Ternyata Omeng memiliki anak.
Hanna dan Febi sangat terpukau dan merasa sangat gemas terhadap anak Omeng.
Mereka pun bermain bersama Omeng dan anaknya. Di kejauhan, Gadis yang saat itu sedang melihat-lihat area rumah sakit, mendapati Hanna dan Febi sedang bermain bersama kucing-kucing.
"Ooh jadi dia pecinta kucing ya.. Oke..." gumam Gadis dalam hatinya.
Gadis pun menghampiri mereka.
"Pecinta kucing ya, kamu?" tanya Gadis dengan wajah yang menurut Hanna sangat intimidatif dan menyeramkan.
"I-iya, kak.." jawab Hanna
"Jangan bawa kucingnya ke area rumah sakit, ya. Biar aja main di taman.." ucap Gadis lalu pergi.
Hanna dan Febi saling menatap satu sama lain.
"Kak, kakak open adopt gak?" tanya Febi dengan wajah panik.
"Sayangnya enggak, feb" jawab Hanna dengan wajah yang tak kalah panik juga.
"Kak..gimana dong?" tanya Febi lagi.
Tiba-tiba handphone Febi berdering. Telpon masuk dari Bu Vannya.
Setelah mengangkat telpon itu, mereka berdua buru-buru bergegas kembali ke ruangan karena dipanggil oleh Bu Vannya.
Ternyata tim audit external tiba. Mereka diminta untuk menyiapkan data yang diperlukan tim audit.
Karena hal itu, mereka lupa kalau Omeng dan anaknya dalam bahaya. Semoga saja tidak.
Tak terasa jam menunjukkan pukul enam sore. Akhirnya pekerjaan Hanna dan Febi selesai.
***
Makan malam kali ini, cukup membuat mood Hanna bagus karena sudah lelah seharian bekerja dan lembur.
Malam ini, mama memasak ayam kecap kesukaan Hanna sebelum kembali ke kotanya.
"Ma, Hanna mau bagian paha, ya." pinta Hanna.
"Kak, tadi ada pusing lagi gak?" tanya Tulus.
"Enggak kok aman aja" jawab Hanna.
"Masih mens gak?" tanya Mama.
"Harusnya besok udah berhenti sih ma"
"Mudah-mudahan aja, ya kak.." jawab Mama.
Sementara itu di tempat lain, dr. Arga bersiap berangkat dinas malam. Sebelum menuju rumah sakit Graha Sehat, ia pergi ke apotek langganannya membeli beberapa suplemen seperti Vitamin D3, Vitamin C, dan tablet tambah darah.
Untuk Hanna.
Dia mengemasnya dalam sebuah kotak penyimpanan yang berukuran sedang sehingga mudah dibawa kemana-mana.
dr. Arga tahu, jika ia memberikan langsung maka akan ditolak mentah-mentah oleh Hanna. Jadi dia memutuskan untuk bermain "paksa".
Setelah selesai dari apotek dan mengemasnya, dr. Arga menuju rumah sakit. Setelah absen, dia menemui staff kebersihan untuk ditemani membuka ruang bekerja Hanna karena kebetulan staff itu akan membersihkan ruang kerja Hanna.
Sebelum meletakkan suplemen itu, dr. Arga mengambil selembar sticky note milik Hanna dan menuliskan "dari dr. Arga :)"
Dengan senyuman tipis dia meninggalkan staff kebersihan itu dan mengucapkan terima kasih.