Di tindas dan di hujat dengan tuduhan yang tidak nyata, membuat Errina Devina, sosok istri yang penurut berubah menjadi istri yang pemberontak.
Pernikahan yang mereka bina selama enam tahun harus kandas karena pihak ketiga. Azka Rayanza awalnya sosok suami yang bertanggung jawab, tetapi semua kandas setelah kematian sang papa.
Tidak terima dengan tuduhan keluarga suami yang mengatakan jika dia telah berselingkuh, maka Erinna memutuskan untuk menjadikan tuduhan keluarga suaminya menjadi nyata.
"Ibu tuduh aku selingkuh di balik penghianatan putra ibu. Maka! jangan salahkan aku menjadikan tuduhan itu menjadi nyata."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elprida Wati Tarigan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TKS 06
Erinna menatap ponsel Azka yang terus berbunyi. Tubuhnya langsung bergetar di ikuti degan air mata yang mengalir dari kelopak matanya ketika melihat nama yang tertera di layar ponsel itu. Sayangku, nama itu terlihat dengan jelas dengan foto profil seorang wanita yang begitu cantik. Rambut lurus panjang berwarna hazelnute brown, dan kulit putih mulus, sangat berbeda dengan dirinya. Cukup lama Erinna terdiam menatap layar ponsel itu, hingga akhirnya dia memberanikan diri untuk mengambil ponsel itu.
Namun, belum sempat dia membuka kunci layar, tiba-tiba dia mendengar suara pintu kamar yang terbuka, dengan cepat dia mengembalikan ponsel itu ke tempatnya. Dia menatap Azka yang hanya mengunakan handuk yang melilit di pinggang sambil tersenyum kecil. Dia ingin bertanya siapa wanita yang menelpon suaminya itu, tapi dia memilih untuk mengurungkan niatnya. Ini bukan waktu yang tepat untuk mempertanyakan siapa wanita itu, lebih baik dia fokus pada kesehatan Denis saja.
"Apa kamu tidak ingin menjenguk Denis, Mas?" tanya Erinna dengan nada pelan.
Tidak langsung menjawab, Azka meraih ponselnya lalu mengotak-atik ponsel itu terlebih dahulu, lalu menatap Erinna yang menatapnya dengan tatapan penuh harapan. "Maaf! mas ada pekerjaan mendadak. Nanti saat pulang kerja mas akan pergi ke rumah sakit."
Erinna hanya diam mendengar alasan Azka, dia tau jika itu hanyalah alasan untuk menghindar darinya. Namun, Erinna memilih untuk tidak mengambil pusing sikap suaminya itu. Lagipula, selama ini dia melakukan semuanya seorang diri, tanpa ada bantuan dari suaminya. Dia hanya bisa berharap agar Azka mau membiayai biaya perawatan Denis, hanya itu yang ada di pikirannya saat ini. Dia memilih untuk menyampingkan perasaannya demi Denis, putra kecilnya.
''Kamu mau ke rumah sakit 'kan? Biar mas antar."
Erinna terlihat bingung mendengar ajakan Azka, tidak biasanya pria itu mau mengantarnya. Perasaan Azka selalu malu jika harus memboncengnya, sehingga dia harus pergi mengunakan gojek kemanapun dia pergi.
Tidak mau membuat pria itu berubah pikiran, Erinna langsung mengangguk menyetujui. Lagipula, dia tidak memiliki uang lagi untuk ongkos ke rumah sakit. Mungkin ini adalah salah satu rezeki di pagi hari. Dia dengan cepat mengambil keperluan Denis yang harus dia bawa ke rumah sakit, sebelum pria itu berubah pikiran.
Saat keluar dari kamar, mereka melihat Aruna dan juga Amrita sedang duduk santai sambil menonton televisi. Terlihat wajah kedua wanita itu sedikit kesal. Tentu saja, Erinna sibuk mengurus Denis di rumah sakit. Jadi, tidak ada pilihan, mereka arus mengerjakan pekerjaan rumah. Tentu hal itu membuat mereka kesal, biasanya mereka tinggal terima bersih seperti nyonya besar. Kini mereka harus turun tangan tanpa ada yang bisa di perintah lagi.
"Ibu tidak ingin menjenguk Denis?" tanya Erinna menatap lekat ibu mertuanya itu.
Walaupun wanita itu tidak menyukainya, tapi setidaknya Denis adalah cucunya juga. Memang hubungannya dengan Azka tanpa restu dari Amrita, tetapi papa Azka menyukai Erinna saat pertama kali bertemu, sehingga Amrita tidak punya pilihan lain. Dia terpaksa menerima Erinna sebagai menantu karena desakan dari almarhum sang suami.
Sebelum menikah dengan Azka, Erinna hanyalah seorang OB di tempat Azka bekerja,. Dia hidup sebatang kara, kedua orangtuanya meninggal saat dia masih duduk di bangku SMA. Amrita merasa jika Erinna yang hanya tamatan SMA harus bersanding dengan putranya yang sarjana dan telah menjadi pegawai di sebuah kantor ternama. Tentu dia merasa jika wanita itu hanya akan menumpang hidup kepada putranya itu.
"Badan ibu pegal, kamu tau 'kan jika pakaian kotor sudah menumpuk. Ibu sudah mencucinya tadi, belum lagi membersihkan rumah dan juga memasak." Amrita langsung menghentakkan kedua tangannya untuk memperlihatkan bagaimana lelahnya dia.
"Kamu, Na?'' tanya Erinna beralih ke Aruna.
"Em! maaf, Kak. Tapi tugas Aruna sangat banyak. Jadi engak akan sempat jika menjenguk Denis terlebih dulu." Gadis itu langsung menunjukkan wajah lesu, sehingga membuat Erinna hanya mengangguk mengerti.
Erinna melangkahkan kakinya keluar sambil membawa tas besar untuk keperluannya dengan Denis. Sebelum melewati pintu, dia menghentikan langkahnya dan kembali menatap ibu mertua dan adik iparnya itu. Berharap sesuatu yang tidak mungkin terjadi, dia menatap keduanya yang kembali menonton televisi sambil bercanda ria. Erinna merasa ada sesuatu yang aneh dari percakapan mertua dan adik iparnya itu, mereka seperti menantikan sesuatu yang berharga.
"Erinna! Ayo cepat. Nanti aku terlambat, Lho." Azka telah siap di atas sepeda motornya sambil melemparkan tatapan kesal.
"Ia, Mas." Erinna tersentak dari lamunannya lalu kembali melangkahkan kakinya keluar dari rumah itu.
Jantungnya terus berdegup tidak karuan, dia seperti merasakan sesuatu ketakutan yang besar. Namun, dia sama sekali apa arti ketakutannya itu, pihak rumah sakit juga tidak ada yang menghubunginya, jadi sudah di pastikan Denis baik-baik saja di sana. Erinna berusaha untuk berfikir positif, dia duduk di boncengan suaminya sambil memegang baju Azka.
Melihat Erinna telah naik, Azka langsung melajukan sepeda motornya dengan kecepatan sedang. Erinna menatap pemandangan kota yang begitu padat, di tambah lagi dengan matahari yang bersinar dengan cerah, membuat udara terasa begitu panas. Perlahan mata Erinna menatap matahari yang kini menjulang tinggi di hadapannya, seakan memberikan semangat untuk dirinya.
"Matahari! Kadang dia tertutup oleh awan hitam yang mendatangkan badai, ada juga waktunya dia tengelam dan digantikan oleh bulan. Tapi! Dia selalu kembali bersinar seperti tidak terjadi apapun. Dia selalu memberikan sinar kehangatan untuk makhluk di bumi ini. Walaupun keberadaannya selalu di anggap masalah oleh setiap orang. Tanpa mereka sadari, tanpa kehadirannya dunia tidak akan seindah ini."
Bersambung....
si Azka serakah kamu sakit hati merasa dikhianati terus gimana dengan Erina sendiri saat kamu bilang mau nikah lagi perasaanmu sekarang gak bedanya dengan apa yang Erina rasakan cowok begooooo ... gemes 😬😬
tapi ternyata semua di luar ekspektasi 😜😜