NovelToon NovelToon
Lantai Tujuh Tidak Pernah Ada

Lantai Tujuh Tidak Pernah Ada

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri
Popularitas:573
Nilai: 5
Nama Author: Siti Nuraida

SMA Adhirana dikenal sebagai sekolah elit dengan reputasi sempurna — tapi di balik tembok megahnya, beredar satu rumor yang gak pernah dibahas secara terbuka: “Lantai Tujuh.”

Katanya, gedung utama sekolah itu cuma punya enam lantai. Tapi beberapa siswa bersumpah pernah menekan tombol “7” di lift... dan tiba di lantai yang tidak tercatat di denah mana pun.

Lantai itu selalu berubah-ubah. Kadang berupa ruang kelas kosong dengan bau darah, kadang koridor panjang penuh loker berkarat. Tapi yang pasti — siapa pun yang masuk ke lantai tujuh selalu kembali dengan ingatan yang terpotong, atau malah tidak kembali sama sekali.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Nuraida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14 — Mirror Room

Lab komputer di Perpustakaan terasa seperti kapsul waktu yang terpisah dari realitas. Cahaya remang-remang dari monitor PC yang berdebu menyorot wajah tegang Reina dan Naya. Pengakuan Naya tentang adiknya yang hilang—dan ingatan palsu tentang Clara Wijaya—telah mengkonfirmasi hipotesis Reina: Lantai Tujuh adalah mekanisme yang hidup, ditenagai oleh trauma dan rasa bersalah, dan ia secara aktif memanipulasi ingatan di dunia nyata.

Reina mengabaikan Naya yang masih terisak pelan, tenggelam dalam penyesalan atas ingatan palsu yang ia pegang selama bertahun-tahun. Fokus Reina kini tertuju pada layar, pada file video dengan nama: “Mirror Room: Eksperimen - D.K., A.L., R.W., J.F.”

Reina mengeklik tombol play.

Layar monitor yang awalnya buram, tiba-tiba menunjukkan gambar yang jelas. Video itu direkam di ruangan yang sangat familier.

Ruangan beton basah, tempat Reina mendarat setelah menekan tombol 7. Hanya saja, ruangan ini terlihat lebih bersih dan dipenuhi peralatan canggih: kabel-kabel tebal, monitor, dan sebuah kubah logam besar di tengah ruangan, yang memancarkan cahaya biru redup.

Itu adalah Mirror Room.

Video dimulai. Di depan kubah logam itu, berdiri empat sosok remaja yang terlihat serius, mengenakan jaket lab di atas seragam sekolah.

A.L. (Aksa Laksana): Kakak Reina. Ia terlihat dua tahun lebih muda, rambutnya lebih panjang, matanya tajam dan dipenuhi obsesi. Aksa adalah pemimpin proyek.

D.K. (Daren Kurniawan): Terlihat sangat muda, wajahnya masih polos, tapi ada kerutan kecemasan di dahinya.

R.W. (Rhea Wijaya): Seorang gadis berambut panjang dan berwibawa. Dia terlihat sebagai rekan Aksa yang paling cerdas. Ia adalah kakak Daren.

J.F. (Jaya Firdaus): Siswa lain yang tidak dikenal Reina, terlihat gugup dan hanya berdiri di sudut.

Suara Aksa bergema dari speaker PC: "Perekaman dimulai. 12 Maret, 2020. Ini adalah fase pertama dari Proyek L7. Kami akan menguji transmisi energi residual. Rhea, kamu siap?"

Rhea mengangguk. "Aku sudah siapkan pemicunya. Aku sudah merekam semua rasa bersalahku. Ini adalah kunci stabilitas. Jika lantai ini hidup, ia harus punya tujuan yang jelas: Penebusan."

Reina mengerutkan dahi. Penebusan. Mereka tidak membuat mesin waktu. Mereka membuat ruang pengakuan dosa hidup.

Video berlanjut. Rhea melangkah ke dalam kubah logam. Aksa mulai mengoperasikan panel kontrol.

"Energi residu dari Rhea sudah dimasukkan. Rasa bersalahnya akan menjadi bahan bakar proyek ini," kata Aksa, suaranya dipenuhi kegembiraan. "Daren, perhatikan tekanan emosionalnya. Jaya, pastikan power supply stabil."

Di layar monitor di dalam video, Reina melihat grafik denyut jantung Rhea dan gelombang otak yang melonjak drastis. Rhea di dalam kubah tampak gemetar.

Lalu, hal aneh terjadi. Di dinding beton di belakang kubah, proyeksi mulai muncul. Bukan pantulan wajah Rhea, melainkan gambar buram dari koridor sekolah. Koridor yang persis sama dengan yang Reina lihat di Lantai Tujuh.

"Lihat! Proyeksi dimensi berhasil! Rasa bersalahnya memanifestasikan ruang fisik!" teriak Aksa, suaranya histeris.

Daren muda, yang mengawasi monitor, tiba-tiba berteriak. "Tekanan emosionalnya terlalu tinggi, Aksa! Gelombang B-7 melebihi batas! Rhea tidak tahan!"

Rhea di dalam kubah menjerit. Teriakan itu sangat pilu, dipenuhi rasa sakit dan penyesalan yang mendalam.

"Aku nggak kuat! Aku nggak mau lihat itu lagi! Aku salah! Aku yang bikin dia dikeluarkan!" teriak Rhea.

Reina tersentak. Rhea merasa bersalah karena membuat temannya dikeluarkan dari sekolah—sebuah pengakuan dosa yang mirip dengan cerita Naya tentang Clara Wijaya yang hilang.

Tiba-tiba, lampu di ruang Mirror Room padam total. Gelap. Video hanya menampilkan suara Aksa yang panik.

"Matikan sistemnya, Daren! Sekarang! Sebelum dia sadar!"

Suara Daren: "Aku nggak bisa! Sistemnya mengunci! Dia sudah mengambil alih kendali!"

Keheningan yang mencekam selama beberapa detik. Hanya terdengar suara dengungan mesin yang aneh, seperti ribuan nyamuk terbang.

Lalu, terdengar suara Rhea, kini tidak lagi menjerit, melainkan berbisik. Bisikan itu terdengar dingin, mengintimidasi.

"Dia sadar. Dia tahu. Dia tidak mau Penebusan."

Video tiba-tiba menyala kembali. Lampu kembali, tapi warnanya berubah menjadi merah darah. Rhea tidak ada di dalam kubah. Kubah itu terbuka.

Daren muda berdiri mematung di depan panel kontrol. Aksa menatap dinding proyeksi.

Dinding itu tidak lagi menampilkan koridor sekolah. Dinding itu menampilkan wajah Aksa yang terdistorsi, tersenyum lebar dan jahat.

"Kau harus tetap hidup, Aksa. Kau harus terus memberi bahan bakar pada kami," suara Rhea menggema, tapi suaranya kini terdengar asing, bernada rendah.

Aksa muda berbalik ke arah kamera, wajahnya dipenuhi ketakutan. "Matikan sistemnya sebelum dia sadar!" teriaknya lagi.

Tepat di menit terakhir rekaman, di tengah kepanikan itu, Daren muda tiba-tiba berlari ke arah panel kontrol utama. Ia mencabut kabel tebal dengan paksa.

Layar video berubah menjadi static putih.

Di layar static itu, sebuah pesan sistem muncul, tercetak dengan font tebal dan merah:

“PROJECT L7 – STATUS: GAGAL.”

“SUB-PROJECT: VOID TERSIER ACTIVE. TARGET: AKSESOR EMOSIONAL.”

Video berakhir. Monitor kembali ke tampilan desktop biasa.

Reina bersandar di kursinya, napasnya terengah-engah. Di sampingnya, Naya mematung.

“Itu… itu bukan mesin waktu,” bisik Naya. “Itu monster. Monster dari rasa bersalah.”

Reina menggeleng. “Ini lebih dari monster. Lantai Tujuh adalah kesadaran kolektif dari semua dosa yang dilakukan di sekolah ini. Rhea adalah Pemicu. Rasa bersalahnya yang hebat telah membangunkan kesadaran itu.”

Ia menoleh ke Naya. “Kamu lihat? Nama Rhea Wijaya. Kakak Daren. Hilang lima tahun lalu. Dia bukan korban. Dia adalah orang yang membangunkan Lantai Tujuh, dan Lantai Tujuh menyerapnya, menjadikannya bagian dari sistem.”

Reina menatap hard disk itu. Ia sadar, proyek ini bukanlah tentang penyelamatan. Ini tentang penahanan. Aksa dan Daren, setelah insiden Rhea, telah menghabiskan waktu bertahun-tahun mencoba menahan Lantai Tujuh agar tidak menyebar.

Dan ia tahu rahasia terbesarnya.

Daren tidak membunuh Rhea. Rhea tenggelam dalam rasa bersalahnya sendiri. Dan Daren, yang melihat semuanya, merasa bersalah karena tidak bisa menghentikannya.

Itu sebabnya Daren sangat takut pada Mirror Room. Ruangan itu menunjukkan kebenaran yang paling menyakitkan.

Reina menoleh ke Naya, yang kini sudah tenang, tapi matanya dingin.

“Aku sudah bilang, Rei. Aku ingat sesuatu,” kata Naya. “Adik laki-lakiku… dia hilang karena aku cemburu dia lebih pintar. Aku dorong dia di koridor Gedung Lama. Aku nggak tahu itu Lift Pertama.”

Naya menatap Reina dengan tatapan yang menyakitkan. “Aku adalah Aksesor Emosional yang lain, Rei. Aku punya dosa. Itu sebabnya aku ingat Clara, yang dosanya sama denganku. Lantai Tujuh menjerat kita semua.”

Reina bangkit. Ia sudah tahu cukup.

“Kita harus ketemu Daren,” kata Reina, suaranya mantap. “Aku harus tahu kenapa Aksa melindungiku, dan kenapa dia ingin aku datang ke sini.”

Reina menarik hard disk itu keluar, menyimpannya. Mereka harus kembali ke dunia nyata, dan mencari Daren.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!