Zakia Amrita. gadis cantik berusia 18 tahun, terpaksa harus menikah dengan anak pemilik pesantren Kais Al-mahri. karena perjodohan oleh orang tua Kais. sendiri, karena Pernikahan yang tidak di dasari Cinta itu, harus membuat Zakia menelan pahitnya pernikahan, saat suaminya Kais ternyata juga tidak memilik cinta untuk nya.
Apakah pernikahan karena perjodohan ini akan berlangsung lama, setelah Zakia tahu di hati suami nya, Kais memiliki wanita lain?
yuk baca Sampai Happy Ending.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom young, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6. Pertemuan Zakia dan Gus Kais.
"Memang nya ngak ada Ustadz lain Umi?"
"Ngak ada. kamu kan tau sendiri disini itu kekurangan Ustadz, jadi tolong lah bantu, Umi yakin kok pasti kamu udah Hafal mata pelajaran nya." Umi Salimah mengedipkan sebelah mata nya, "Oke... Umi tunggu kamu di bawah " Umi Salimah menepuk pundak Gus Kais sebelum turun.
"Aduh kenapa harus aku sih..." Gus Kais mengacak rambutnya frustasi.
Karena tidak bisa menolak perintah Umi nya ia langsung bersiap diri untuk mengajar para santri.
Pantulan dari cermin saat ia mengunakan sarung putih bermotif wayang dan juga berbalut kemeja warna Nevi membuat ketampanan nya semakin paripurna, kulitnya putih bersih, tingginya sekitar 180cm itu begitu sempurna, rambutnya di sisir rapih, peci hitam menambah kesan semakain berwibawa.
"Kayanya udah pas kalau begini." Gus Kais bercermin, sambil mengusap jambang nya yang mulai tumbuh.
Saat menuruni anak tanga, Umi sangat terpaku dengan putranya itu karena begitu tampan. "Masya'allah..." Umi melongo menutupi mulutnya langsung dengan tangan.
"Ganteng banget anaknya Umi, yang sebentar lagi jadi pengantin." Umi memutar mutar badan Gus Kais, seolah dimatanya masih anak anak.
Mendengar kata jadi pengantin entah mengapa tubuhnya seketika meremang. "Umi apan sih..." Gus Kais mendengus kesal. "yah sudah, saya berangkat dulu. Assalamualaikum...." Gus Kais menyalami tangan Uminya.
Beberapa para santri wati yang hendak masuk kedalam kelas saling berbisik saat melihat Gus Kais berjala menuju kelas Diniah.
"Itu Gus Kais kan?..." bisik salah seorang santri pada teman nya.
"Iya... ganteng banget ternyata." wajah santri wati itu nampak merona melihat ketampanan Gus Kais.
Gus Kais tidak melirik, ia langsung memasuki kelas Diniah. "Assalamualaikum..." langkahnya begitu tegang saat memasuki kelas.
"Waalaikumsalam..." tentu saja untuk yang kedua kalinya para santri dibuat melongo tidak percaya Gus Kais yang mengajar hari ini.
Bahkan untuk yang pertama kalinya para santri wati melihat wajah Gus Kais dengan jelas, yang ternyata begitu tampan namun kelihatnya begitu dingin.
"Itu Gus Kais kan Zakia?" Melani mengoyakan tangan Zakia karena tantrum tidak jelas melihat orang ganteng.
"Kamu itu paling ngak bisa jaga mata yah kalau lihat yang begitu." Zakia menoleh kearah Melani yang sedang salah tingkah.
"Kita cuci mata lagi Zakia, kalau gini kan jadi semangat belajar" Melani mengigit jari.
"Dasar kamu ini!..."
Disaat para santri wati yang lainnya sudah seperti cacing kepanasan karena melihat Gus Kais. namun Zakia yang paling tenang karena ia merasa biasa saja.
Bukanya pada fokus melihat papan tulis, para santri wati malah sibuk memandang Gus Kais bahkan mereka sampai gagal fokus dan tidak bisa menjawab soal yang di berikan Gus Kais.
"Fahimtum... anak-anak?" Gus Kais menatap para santri nya.
"Fahimna... Gus." hanya Zakia yang menjawab, yang lainya masih melongo sambil menatap Gus Kais. sembari cengar cengir,
"Astagfirullah'halazim... kalian pada kenapa sih? saya jelaskan kalian malah pada cengar cengir begitu!" Gus Kais nampak merajuk ia memijat keningnya pusing.
"Kalu gitu kelas hari ini selesai saya tutup! Assalamualaikum..."
"Ya-ampun kok udahan sih Gus?..." para santri wati di kelas nampak langsung pada tantrum tidak terima kelas selesai, padahal memang jam mengajarnya saja sudah selesai.
Mau tidak mau terpaksa mereka langsung keluar kelas, meskipun dengan berat hati.
Di depan aula, Zakia dan Melani melihat Gus Kais berpapasan dengan Ustadz Hisyam nampaknya merek sedang berbincang namun entah bicara apa karena suaranya tidak tertangkap jelas.
Jujur saja sejak tadi ia diam didalam kelas bukan berati hatinya juga tidak bergejolak, Zakia merasakan perasaan yang sama seperti santri wati lain. namun ia lebih menjaga pandangan nya saja.
"Kenapa Kau Kia, senyum senyum gitu?" Melani gadis Sunda campuran Batak itu menyenggol lengan Zakia, logat suaranya memang kadang bercampur batak, namun kadang juga Sunda.
"Berpindah hati kau yah?... baguslah agar Ustadz Hisyam hanya untuk ku seorang..." Melani tertawa girang.
"Ah... kamu bicara apa sih!" Zakia langsung menundukkan pandangan nya.
"Jangan begitu kau Kia... masa kau diam-diam malah kagum juga dengan Gus Kais!" Melani memanyunkan bibirnya.
"Tidak lah Lani... ayo kita ke kantin saja." Zakia langsung menarik tangan Melani menuju kantin.
Selesai berbincang dengan Ustadz Hisyam. Gus Kais langsung kembali kerumahnya, di halaman rumah terlihat Umi sedang menyiram tanaman, kebetulan sekali beliau sangat suka dengan bunga Anggrek dan juga bunga Mawar warna warni.
"Bagaimana Kais lancar?" melihat Gus Kais datang Umi Salimah langsung mematikan selang nya.
"Lancar apanya Mi, anak-anak malah mengerjai saya. saya sudah jelaskan benar benar mereka malah main main!" Gus Kais menari nafas berat
"Kata Ustadz Hisyam. anak-anak di kelas Diniah memang seperti itu." Gus Kais kembali tarik nafas, sambil duduk di bangku rotan.
"Tapi ada satu yang ngak kan?" Umi menyusul duduk, wajahnya nampak berbinar
"Maksud Umi?..." Gus Kais mengerutkan kening nya.
"Tapi ada satu santri putri yang diam, kalem dan paling cantik kan? wajahnya lemah lembut kulitnya kuning langsat?" Umi nampak penasaran dengan jawaban anaknya itu.
Gus Kais mengangkat sebelah bibirnya. "Kalau yang paling diam sih ia ada hanya satu, tapi saya ngak kenal namanya. dan kalau Umi bilang ia cantik menurut saya ia biasa aja, yang paling cantik Cuma Ayunda sama Umi aja." Gus Kais nampak jual mahal memuji, sebenarnya saat ia melihat satu santri putri yang paling diam dan fokus itu memang benar wajahnya juga nampak lemah lembut dan ayu, namun Gus Kais begitu gengsi mengakui itu.
"Idih... ngak mau Umi di bandingkan sama dia." Umi Salimah memanyunkan bibirnya.
Gus Kais hanya tersenyum samar beruntung saat menyebut nama Ayunda kembali Umi nya tidak marah.
"Jadi gimana kamu setuju ngak?" Umi menatap Gus Kais.
"Setuju apa lagi Umi? sudah jangan dibahas intinya saya manut saja." meskipun berat Gus Kais tetap menjawab.
"Dan kamu tahu ngak yang tadi di kelas itu yang paling diam namanya Zakia... dan ia yang mau Umi jodohkan dengan kamu!" ucap Umi Salimah sembari tersenyum penuh harapan.
"Hah?... serius Umi? Umi yang benar saja apa kata orang nantinya kalau saya menikahi anak dibawah umur?" Gus Kais menelan Salivanya kaget.
"Kamu tenang Kais. Kia ngak di bawah umur, usia dia sudah delapan belas tahun, dan Umi berharap kamu bisa cepat kasih Umi cucu setelah nikah dengan Zakia. dan lupakan Ayunda karena Umi pengin punya keturunan dari wanita baik-baik juga loh Kais...!" Umi Salimah mengenggam erat kedua tangan Gus Kais wajah tuanya begitu penuh harapan.