NovelToon NovelToon
Tuan Valente Dan Tawanan Hatinya

Tuan Valente Dan Tawanan Hatinya

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Nikah Kontrak / Obsesi / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang / Pelakor jahat
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Miss Saskya

"Pasar tidak mengenal itu, hutang tetaplah hutang"

"Kalau anda manusia, beri kami sedikit waktu"

"Kau terlalu berani Signorina Ricci"

"Aku bukan mainan mu"

"Aku yang punya kendali atas dirimu"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Saskya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Anak Tiri Durhaka?

Malam itu, mansion keluarga Leandro Valente tampak lengang. Lampu kristal di ruang utama memantulkan cahaya lembut ke dinding marmer.

Suara pintu utama berderit pelan saat Samuel melangkah masuk. Wajahnya datar, Lelah seperti anak yang terbiasa pulang tanpa banyak kata.

Di ruang tamu, Valeria tampak anggun dalam balutan gaun krem Santai, ia segera bangkit dari sofa.

“Sam,” panggilnya pelan, bibirnya melengkung dalam senyum hangat. “Kau pulang juga, sayang.”

Samuel menunduk sebentar, melepas jas kerjanya. “Ya, Mom.”

Valeria meraih bahunya, gerakannya lembut. “Bagaimana harimu? Semua berjalan dengan baik? Atau tidak?”

Samuel hanya mengangguk kecil. “Lumayan.”

Tak jauh dari sana, Bianca meringkuk di sofa dengan piyama longgar, matanya sibuk menatap layar ponsel. Sesekali ia terkikik sendiri. “Mom, liat deh diskon lima puluh persen, free ongkir lagi. Kayaknya aku harus beli sepuluh.”

Valeria melirik putri bungsunya dengan senyum tak berdaya.

“Bianca, kau sudah punya banyak pakaian di kamar.”

“Ini beda Mom, yang ini limited edition,” gumam Bianca tanpa mengangkat kepala, jarinya lincah menggulir layar.

Valeria hanya menggeleng, lalu menoleh ke arah pintu lagi seolah menunggu langkah lain menyusul Samuel.

“Kairos tidak pulang lagi malam ini?”

Samuel menghela napas pelan. “Sepertinya, tidak.”

Sekilas kekecewaan melintas di mata Valeria. Bianca mendongak sejenak, lalu menyelutuk asal.

“Paling dia sibuk ngejar dunia. Tenang, Mom. Kalau Bang Kai lupa pulang, aku bisa nemenin Mommy belanja online.”

Samuel terkekeh kecil, menepuk kepala adiknya. “Dasar shopaholic.”

Valeria tersenyum tipis. “Mommy tahu, hanya saja Mommy tetap seorang ibu. Sulit tidak khawatir.”

Suara langkah berat menuruni tangga memecah keheningan. Leandro muncul dengan kemeja santai, rambut peraknya menambah wibawa.

“Sam, kau sudah pulang,” sapanya tenang.

“Ya, Dad.”

Leandro tidak menanyakan soal Kairos. Ia sudah tahu, anak sulungnya jarang menjejak rumah. Bianca hanya mengangkat bahu dan kembali ke ponselnya, seolah drama keluarga bukan urusannya.

Valeria menyentuh lengan Samuel sebentar. “Sam, pergilah bersih-bersih dulu, ya.”

Setelah Samuel berlalu, suasana kembali hening. Leandro menatap istrinya dalam-dalam, sorotnya antara lelah dan penuh pikir. Valeria menghela napas, lalu berkata pelan.

“Sayang, menjauhlah sebentar. Aku ingin menelpon anakku.”

Leandro bergumam pendek, “Dia tidak akan pulang, Val.”

“Sttt, yang penting aku berusaha dulu,” jawab Valeria lembut.

Leandro hanya menggeleng, lalu berjalan ke sisi ruangan, membiarkan istrinya dengan ponsel di tangan. Bianca masih di sofa, kini berbisik pada dirinya sendiri.

“Kalau diskonnya sampe besok, aku ambil keranjang lagi deh”

Saat ini, Valeria berdiri sambil melipat tangannya di dada, tatapannya tertuju pada layar ponsel. Jari-jarinya sempat ragu, tapi akhirnya ia menekan nama Kairos.

Di sisi lain, di penthouse, Kairos baru saja selesai berenang. Air menetes dari rambut hitamnya, otot dadanya berkilat di bawah sorot lampu biru kolam.

Ponsel di kursi panjang bergetar. Ia menoleh sebentar, mendesah tipis, lalu mengangkat.

“Mom.” Suaranya berat dan datar.

“Halo, selamat malam anak tiri durhaka,” Valeria langsung menyambar dengan nada setengah menggoda.

Kairos mendengus kecil, menutup mata sejenak. “Mom…”

“Jangan protes. Kau sudah tiga malam tidak pulang. Kau pikir Mommy tidak bisa menghitung?”

Di sofa, Bianca yang sibuk dengan ponselnya spontan nyeletuk lantang, “Tiga malam? Astaga, Bang Kai pikir rumah ini hotel kapsul, apa?”

Valeria menoleh tajam. “Bianca, jangan ikut campur.”

“Ca, stop manggil gue pake panggilan ‘bang kai’, it’s sound horrible!.” Peringat Kairos.

Bianca menyeringai puas.“Lah, tapi itu cocok sama lo! Ahahaha.” Tawa lepas Bianca memenuhi ruangan.

Valeria menahan tawa kecil, lalu kembali bicara. “Kau baik-baik saja? Sudah makan? Jangan bilang kau hanya hidup dari kopi dan cerutu.”

“Aku baik-baik saja,” jawab Kairos singkat.

“Baik-baik saja, baik-baik saja… itu jawabanmu setiap kali ditanya,” sahut Valeria.

Kairos mengetuk tepi kolam dengan jarinya, mencoba mengabaikan.

Valeria menarik napas panjang, lalu suaranya berubah lebih ringan.

“Dengar, Mom sudah bosan dengar alasan sibuk. Kalau memang tidak bisa pulang, setidaknya bawakan Mommy calon menantu. Move on lah, Kairos. Carilah perempuan yang benar! Jangan yang identitas lajang tapi rasa janda!.”

“YES! Akhirnya Mommy ngomong juga!” Bianca langsung memekik, lalu mendekat ke arah Valeria.

“Mom, biar aku aja cariin cewek buat Bang Kairos. Tinggal swipe kanan, selesai urusan.”

Kairos terdiam beberapa detik. Sebuah tawa rendah lolos dari bibirnya, tawa yang jarang sekali keluar.

“Mom…”

“Apa?” Valeria terdengar puas bisa membuatnya tertawa.

Kairos mengusap wajahnya dengan tangan yang masih basah. “Kalau begitu, kita sama aja.”

Valeria mengernyit. “Apa maksudmu?”

“Mom menikah dengan Daddy, kan? Dan Daddy statusnya duda. Jadi apa bedanya kartu identitas duda dengan rasa aslinya duda?”

Bianca terperangah, kedua netranya terfokus ke wajah mommynya.

“Kau benar-benar anak kurang ajar!” Valeria ikut melotot. “Kau membandingkan Mommy dengan wanita simpanan nakal di luar sana?”

Kairos tersenyum samar. “Aku hanya bilang fakta, selera kita tidak beda jauh.”

Bianca langsung mengangkat tangan.

Valeria akhirnya terkekeh, menutup mulut dengan tangan. “Anak durhaka… tapi tetap anak Mommy.”

Bianca menepuk-nepuk layar ponselnya sendiri, terkekeh. “Durhaka iya, tapi jomblo garis keras juga. kapan sih hati lo upgrade Bang?”

Kairos mendengus pelan, tapi tidak menjawab. Hanya suara napasnya yang berat terdengar di ujung sambungan.

“Tidurlah nanti setelah semua urusanmu selesai. Jangan sampai sakit,” ucap Valeria menutup percakapan dengan nada sayang.

“Ya,” jawab Kairos singkat sebelum menutup telepon.

tbc🐼

1
lollipop_lolly
🥰
lollipop_lolly
gimana mansion keluarga Lendro Valente guyss?☺️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!