NovelToon NovelToon
Mas Kapten, Ayo Bercerai!

Mas Kapten, Ayo Bercerai!

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Dijodohkan Orang Tua / Penyesalan Suami / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:60.5k
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

Lima tahun lalu, malam hujan hampir merenggut nyawa Kapten Shaka Wirantara.
Seorang wanita misterius berhelm hitam menyelamatkannya, lalu menghilang tanpa jejak. Sejak malam itu, Shaka tak pernah berhenti mencari sosok tanpa nama yang ia sebut penjaga takdirnya.

Sebulan kemudian, Shaka dijodohkan dengan Amara, wanita yang ternyata adalah penyelamatnya malam itu. Namun Amara menyembunyikan identitasnya, tak ingin Shaka menikah karena rasa balas budi.
Lima tahun pernikahan mereka berjalan dingin dan penuh jarak.

Ketika cinta mulai tumbuh perlahan, kehadiran Karina, gadis adopsi keluarga wirantara, yang mirip dengan sosok penyelamat di masa lalu, kembali mengguncang perasaan Shaka.
Dan Amara pun sadar, cinta yang dipertahankannya mungkin tak pernah benar-benar ada.

“Mas Kapten,” ucap Amara pelan.
“Ayo kita bercerai.”

Akankah, Shaka dan Amara bercerai? atau Shaka memilih Amara untuk mempertahankan pernikahannya, di mana cinta mungkin mulai tumbuh.

Yuk, simak kisah ini di sini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

01. Berikan aku anak!

Suara gelas beradu di meja makan besar keluarga Wirantara terdengar kaku malam itu.

Makan malam keluarga selalu tampak sempurna di mata orang luar, meja panjang berlapis linen putih, piring porselen berjejer rapi, dan tawa sopan yang terdengar seperti kewajiban.

Namun bagi Amara, semuanya terasa dingin, seperti panggung sandiwara yang diulang setiap minggu.

Dia duduk di samping suaminya, Kapten Shaka Wirantara, pria dengan tatapan tajam yang pernah membuat banyak orang segan.

Seragam pilotnya masih menempel di tubuh, setelan biru tua yang selalu tampak terlalu formal bahkan di meja makan keluarga sendiri. Shaka jarang bicara, sejak awal pernikahan mereka, kata-katanya selalu sedikit, emosinya bahkan lebih sedikit lagi.

Malam itu, percakapan berlangsung datar sampai suara ibunya memecah keheningan.

“Shaka, lima tahun sudah kau menikah, tapi kenapa belum juga memberi kami cucu?”

Nada lembut tapi menekan, semua mata langsung tertuju pada mereka berdua.

Amara menunduk, jarinya menggenggam serbet makan yang terlipat rapi di pangkuannya. Shaka menatap piringnya tanpa ekspresi.

“Kami hanya khawatir,” lanjut sang ibu, “usia Amara juga tak muda lagi. Kau sibuk terus, Nak, jangan sampai nanti terlambat.”

Satu kalimat lagi, dan suasana meja berubah sesak. Shaka hanya mengangguk singkat lalu meletakkan sendoknya.

“Saya paham, Bu,” jawabnya datar, lalu berdiri.

“Permisi.”

Tanpa menunggu siapa pun, ia meninggalkan meja. Amara bergegas berdiri, membungkuk sopan pada mertuanya sebelum mengikuti langkah suaminya yang sudah lebih dulu menuju tangga besar. Lorong menuju kamar terasa panjang dan sunyi. Begitu pintu kamar tertutup, suara kuncinya terdengar jelas.

Shaka berdiri membelakangi Amara, kedua tangannya bertumpu di meja kerja yang penuh dokumen penerbangan, napasnya berat.

“Mas?” panggil Amara pelan. “Tolong jangan marah, Ibu hanya khawatir.”

Tanpa menoleh, Shaka berkata dengan nada yang lebih dingin dari biasanya.

“Khawatir, atau ingin menekan?”

Amara terdiam, dia tahu tak ada jawaban yang bisa meredakan amarah pria itu. Shaka berbalik perlahan, matanya tajam, tapi ada letih di baliknya.

“Aku lelah, Amara.”

“Aku tahu,” jawab Amara lembut.

“Tidak, kamu tidak tahu,” suaranya meninggi, menahan frustrasi.

“Aku lelah karena terus ditanya soal anak, soal pernikahan yang bahkan tidak aku inginkan.”

Amara tertegun, kata-kata itu jatuh pelan tapi mematikan, seperti serpihan kaca yang melukai dari dalam.

'Ini sudah lima tahun, apa Mas Shaka belum bisa menerima pernikahan ini?'

“Mas…”

“Berikan aku anak, Amara.”

“Apa?”

“Biar mereka berhenti menjeratku dengan ikatan ini. Biar mereka pikir aku bahagia, biar aku bisa … bebas.”

Kata bebas membuat dada Amara sesak.

Bukan karena ia kaget, tapi karena kini ia benar-benar mengerti sekarang, pernikahan mereka hanyalah kewajiban yang harus dijalani Shaka, bukan pilihan. Dan ia hanyalah bagian dari rencana besar keluarga Wirantara untuk menyelamatkan nama, bukan cinta.

Shaka memejamkan mata sejenak, menahan amarah yang hampir berubah jadi putus asa.

Ia berjalan mendekat, lalu berhenti di hadapan Amara. Pandangan mereka bertemu, tapi tak ada kehangatan di sana, hanya dua orang yang sama-sama kehilangan arah.

“Aku tidak pernah membencimu, Amara,” katanya perlahan, “tapi aku juga tidak pernah mencintaimu.”

Amara menarik napas dalam, tak ada air mata, hanya keheningan yang panjang.

“Aku tahu,” bisiknya. “Sejak hari pertama kita bertemu, aku sudah tahu.”

Keheningan kembali mengisi ruangan, hujan di luar jatuh semakin deras, menimbulkan suara berirama yang menyayat telinga.

Shaka melangkah mundur, melepaskan dasinya dengan gerakan kasar lalu berjalan ke arah balkon, dan menatap langit malam tanpa kata.

Sementara Amara tetap berdiri di tengah kamar, menatap punggung pria yang menjadi suaminya selama lima tahun tanpa pernah tahu bagaimana rasanya dicintai.

Shaka kemudian berbalik, menatap Amara yang masih berdiri di tempat semula. Tatapannya berat, napasnya terengah menahan emosi yang tak bisa dijelaskan.

Di balik wajah tegasnya, hanya tersisa satu hal, keinginan untuk mengakhiri tekanan yang datang dari keluarganya.

Amara berdiri diam, menatap suaminya yang kini melangkah mendekat, ia tahu kemana arah tatapan itu. Ia tahu niat di balik gerakan tangan Shaka yang terulur ke arahnya.

“Mas…”

Suara Amara hampir tak terdengar, lembut dan bergetar. Namun sebelum ia sempat melanjutkan, tubuhnya sudah terangkat.

Shaka menggendongnya tanpa kata, membawa Amara ke arah ranjang besar di sisi kamar.

Malam itu, seperti malam-malam sebelumnya, Shaka memintanya untuk menunaikan satu-satunya hal yang tersisa dalam pernikahan mereka yaitu kewajiban.

Amara tak melawan, dia hanya memejamkan mata dan membiarkan air matanya jatuh tanpa suara. Baginya, menjadi istri berarti patuh, sekalipun hatinya perlahan mati.

Ia tidak pernah menolak Shaka, tidak pernah berkata tidak, karena di antara dinginnya hubungan mereka, ia masih ingin percaya bahwa suatu hari, mungkin suaminya Shaka akan memandangnya dengan penuh cinta.

Namun yang datang bukan cinta, hanya keheningan. Hanya napas berat dua orang yang terjebak dalam ikatan tanpa perasaan. Ketika semuanya berakhir, Shaka berbalik tanpa sepatah kata pun, membelakangi Amara yang masih terbaring diam di sisi ranjang.

Dia menarik selimutnya sendiri dan menatap langit-langit kamar. Suara hujan masih terdengar di luar sana, jatuh satu-satu di atas jendela, menandai malam yang sama dinginnya dengan hati mereka berdua.

Amara menatap punggung pria itu lama sekali. Satu sisi dirinya ingin marah, sisi lainnya hanya ingin menyerah. Namun akhirnya, ia memilih diam. Karena diam adalah satu-satunya hal yang bisa menjaga harga dirinya tetap utuh. Dia kemudian berbisik lirih pada dirinya sendiri, kalimat yang tak akan pernah didengar siapa pun.

"Kalau ini yang kau inginkan, Mas ... aku akan menuruti. Tapi jangan salahkan aku kalau nanti aku berhenti berharap.”

Hujan kian deras dan malam itu, dua manusia di bawah satu atap berbagi kehangatan tanpa ada rasa, sementara cinta mereka perlahan mati tanpa sempat dilahirkan.

1
Esther Lestari
siapa wanita itu yang berani mempermalukan Shaka di depan umum ?
bagaimana rasanya Shaka, bertemu dengan anak sendiri dan Amara ?
Ma Em
Siapa yg baru saja marah2 sama Shaka mungkinkah Karina dan siapa suaminya yg sombong itu , bagaimana reaksi Amara setelah bertemu dgn Shaka apakah mau kembali pada Shaka .
siti maesaroh
gimana shaka dipermalukan didepan umum malu bukan, bgitu jg dg amara yg duku kau prmlukn didepan staf stafmu,, 0takmu kepikir sampai situ g ,yakin lihat shaka ini bner" pingin tk tampil pake telpon deh aku yg bukn amara aja ikut sakit apa lg amara ya hadehhh. 😄😄🤭 mksih kk thor updatenya
Nanik Arifin
dlu kamu mempermalukan Amara di depan umum demi adik angkat licikmu, sekarang, tanpa Amara tahu Tuhan membalas mempermalukan mu di depan umum. impas, Shaka
silahkan bangkit, bangun kejayaan lagi. jadi pria peka & bertanggung jawab. pantaskan dirimu dlu, baru kejar Amara.
ingat, buang si licik dr hidupmu !!
Fera Susanti
yah gantung😬
Fera Susanti
takdir
Hanifah 76
seru ceritanya
𝕙𝕚𝕜
lanjutkan thorrrr💪💪💪💪
Lenty Fallo
seru ceritanya..😍 lnjut thor upnya 💪💪
Hary Nengsih
ternyata gak bisa bangkit lg shaka🤣🤣🤣🤣jalang nya masi d simpen itu
juriah mahakam
Takdir mank bgtu kejam memisahkan tnpa kt2 n mempertemukan kembali stlh ht ditinggalkan tp ttp menunggu pemilik sejatix,,, gimana ni reaksi Amara hhhmm hhmmm hhhhmm sesi menegangkan akan dtg smngt up kk 🥰
Jong Nyuk Tjen
kyny anak ny s shaka n karin krn selama ini kan s karin tinggal satu rmh am s shaka , mana mngkin ga terjadi sesuatu d antara mereka
Esther Lestari
siapa wanita itu ?
jangan sampai si ulet bulu itu masih berkeliaran dan menganggu Shaka
Esther Lestari
Karina memanfaatkan situasi dan dia menikmatinya.
Semakin menyesal Shaka setelah tahu kenyataan yang sebenarnya
Eridha Dewi
jangan jangan shaka punya anak sama Kania, ih males bacanya nanti
Esther Lestari
mantap Amara....biarkan Shaka dengan penyesalannya
Esther Lestari
kebodohan Shaka lagi
Esther Lestari
Shaka pasti membela Karina si ulet bulu.
Sudah Amara tinggalkan Shaka
Esther Lestari
Ternyata gadis yg menolong kamu 5 tahun lalu adalah Amara istri yg kamu abaikan selama ini.
Pemyesalan yang terlambat Shaka
Esther Lestari
Omonganmu Shaka....koq bisa menuduh Amara hamil dengan orang lain.
Kenapa kamu termakan omongan Karina.
Tunggu penyesalanmu Shaka
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!