NovelToon NovelToon
PENGANTIN PENGGANTI TERNYATA HACKER

PENGANTIN PENGGANTI TERNYATA HACKER

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / CEO / Pengantin Pengganti / Pengantin Pengganti Konglomerat / Identitas Tersembunyi / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:9.3k
Nilai: 5
Nama Author: Archiemorarty

Rubiana Adams, seorang perempuan jenius teknologi dan hacker anonim dengan nama samaran Cipher, terjebak dalam pernikahan palsu setelah dipaksa menggantikan saudari kembarnya, Vivian Adams, di altar.

Pernikahan itu dijodohkan dengan Elias Spencer, CEO muda perusahaan teknologi terbesar di kota, pria berusia 34 tahun yang dikenal dingin, cerdas, dan tak kenal ampun. Vivian menolak menikah karena mengira Elias adalah pria tua dan membosankan, lalu kabur di hari pernikahan. Demi menyelamatkan reputasi keluarga, Rubiana dipaksa menggantikannya tanpa sepengetahuan Elias.

Namun Elias berniat menikahi Vivian Adams untuk membalas luka masa lalu karena Vivian telah menghancurkan hidup adik Elias saat kuliah. Tapi siapa sangka, pengantin yang ia nikahi bukan Vivian melainkan saudari kembarnya.

Dalam kehidupan nyata, Elias memandang istrinya dengan kebencian.
Namun dalam dunia maya, ia mempercayai Cipher sepenuhnya.

Apa yang terjadi jika Elias mengetahui kebenaran dari Rubiana sebenarnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 20. PULANG

Udara malam semakin pekat ketika sedan merah tua itu akhirnya berhenti di ujung jalan tanah yang sepi. Hujan sudah benar-benar reda, menyisakan aroma tanah basah dan kabut yang menempel di dedaunan pinus. Lampu mobil mereka menyapu ke arah bangunan tua di kejauhan, gudang kayu terbengkalai yang tampak ditinggalkan bertahun-tahun.

Elias mematikan mesin. Keduanya terdiam beberapa saat, hanya mendengarkan bunyi tetes air dari pepohonan dan suara jauh burung malam. Adrenalin pelarian masih berdenyut di tubuh mereka, tapi perlahan berganti dengan kelelahan dan kesadaran betapa dekat tadi mereka dengan maut.

"Untuk sementara kita aman," ucap Raven akhirnya, menghela napas panjang. Ia menyandarkan tubuhnya di kursi, memejamkan mata sejenak. "Mereka tidak akan menyangka kita belok ke jalan logging ini. GPS sudah kita tinggalkan bersama mobil sewaan."

Elias mengangguk pelan, menatap keluar jendela yang diselimuti kabut. "Berapa jauh kita dari bandara?"

"Sekitar tiga puluh mil ke arah timur," jawab Raven, membuka peta di ponselnya. "Kalau kita ingin pulang ke Boston malam ini juga, kita harus segera ke bandara terdekat. Aku bisa urus jalur pribadi."

Elias menatapnya, lalu mengangguk mantap. "Hubungi tim. Suruh mereka siapkan jet sekarang juga."

Raven segera mengambil ponselnya, mengetik cepat pesan ke jaringan internal mereka. Hanya sedikit orang yang bisa dihubungi lewat jalur terenkripsi seperti itu, bawahan yang sudah dipercaya bertahun-tahun oleh Elias. Tak sampai satu menit, notifikasi masuk:

'Jet siap berangkat dari Bandara Redwood. Satu jam dari lokasi kalian.'

"Sudah beres," kata Raven. "Kita berangkat sekarang?"

Elias menatap ke depan sejenak, lalu menghela napas panjang. "Ya. Kita sudah dapat cukup banyak malam ini. Dan aku ingin memastikan file D-13 aman sampai kita di Boston."

Mereka meninggalkan gudang itu dengan langkah cepat, kembali ke mobil, lalu melaju ke arah utara. Jalanan di bawah cahaya bulan tampak lembab dan lengang, hanya sesekali dilalui truk malam. Di dalam mobil, hening panjang terbentang.

Raven sesekali melirik Elias yang duduk di kursi pengemudi kali ini, bergantian dengan Raven. Wajah Elias masih serius tapi sorot matanya menyimpan sesuatu, bukan sekadar kemarahan, melainkan kehilangan yang belum selesai.

"Elias," ucap Raven hati-hati. "Kau yakin mau teruskan ini sendirian begitu kita sampai Boston nanti?"

Elias tersenyum samar, tanpa menoleh. "Sendirian? Aku kan masih punya kau. Setidaknya ada orang yang bisa jadi tukang menembak kalau ada musuh," candanya.

Raven terkekeh kecil. "Ada apa denganmu malam ini, penuh dengan candaan garing. Apa kepalamu terbentur saat pelarian tadi?" ejeknya.

Elias membalas ejekan serupa, "Lebih baik dari pada asisten kutu buku yang ternyata seorang mafia."

"Berhenti menyebutku mafia, atau aku akan sungguh menjadi salah satunya setelah pulang ke Boston," ujar Raven.

"Kurasa itu ide bagus, setidaknya kita bisa menculik dan menghajar Edward Adams," balas Elias.

Mobil mereka terus melaju hingga kabut berganti dengan cahaya lampu kota kecil di kejauhan. Dari sana, perjalanan menuju bandara berjalan lancar, hanya diiringi dengung halus mesin dan suara radio yang memutar berita samar tentang 'insiden teknologi misterius di Los Angeles' yang membuat Elias menatap layar sejenak dengan tatapan dingin.

Sesampainya di bandara, mereka bergegas membawa perlengkapan mereka yang berisi hal penting yang menjadi alasan mereka tiba-tiba harus kejar-kejaran seperti di film.

Raven berjalan di belakang Elias sambil menggeliat pelan, bahunya pegal karena hal gila tadi.

"Kalau harus menghadapi pelarian seperti ini terus, aku butuh tukang pijat pribadi," gerutu Raven sambil menguap lebar.

Elias hanya mendengus, tapi matanya masih tampak tajam dan awas. "Kau punya dua tangan, pakai salah satunya untuk pijat bahumu sendiri," balasnya datar.

Raven mengangkat alis. "Oh, sarkasme jam dua pagi. Menyenangkan sekali punya atasan yang humoris di tengah trauma nyaris diburu mafia teknologi dunia bawah."

"Diamlah, Raven," sahut Elias tanpa menoleh, tapi sudut bibirnya sempat naik tipis, tanda ia sebenarnya terhibur meski tak mau mengakuinya, terutama setelah ketegangan tadi.

Setelah bagasi kecil mereka diambil oleh petugas, keduanya masuk ke mobil hitam yang sudah menunggu di landasan bandara. Boston malam itu sunyi, hanya lampu jalan yang berbaris seperti bintang di bumi. Tidak ada sirene, tidak ada kejaran, tidak ada bayangan yang mengintai di cermin belakang. Untuk pertama kalinya dalam dua puluh empat jam terakhir, Elias bisa menghela napas lega.

Jet pribadi berwarna perak milik Elias meluncur di landasan basah bandara Redwood sekitar pukul dua dini hari. Begitu mesin mulai mengaum dan pesawat lepas dari tanah, Raven bersandar di kursinya, memijat pelipis.

"Aku tidak ingat kapan terakhir kali kita seaktif ini dalam bergerak," ujar Raven letih, karena biasanya mereka hanya berkutat di balik meja dan dokumen.

Elias menatap awan gelap di luar jendela. "Sepertinya saat kira kuliah dulu, lebih dari sepuluh tahun," jawabnya.

"Aku merasa sudah tua sekarang," gerutu Raven.

Elias mengangguk perlahan. "Bukankah kau memang sudah tua."

"Ugh, Elias dan mulutnya yang tidak pernah disaring," gerutu Raven lagi dan lagi.

Keheningan kembali jatuh di antara mereka, hanya terdengar suara mesin jet dan hembusan lembut angin malam di ketinggian. Tapi kali ini, keheningan itu tidak terasa kosong, lebih seperti jeda setelah badai, sejenak untuk bernapas.

Beberapa jam kemudian, Boston menyambut mereka dengan langit fajar yang pucat keperakan. Jalanan masih sepi, udara dingin menusuk kulit. Jet mendarat mulus di landasan pribadi milik perusahaan Elias, dan tidak lama kemudian, mobil hitam menjemput mereka menuju rumah utama.

Perjalanan dari bandara ke rumah hanya memakan waktu empat puluh menit. Sepanjang perjalanan, Raven menatap keluar jendela, memantau situasi kota yang mulai hidup perlahan. Elias duduk di sampingnya, tampak tenang tapi pikirannya masih melayang pada file D-13 dan bayangan Darian yang seakan terus mengikuti di belakang matanya.

Namun semua bayangan itu mendadak buyar ketika mobil berhenti di depan rumah besar mereka. Lampu teras menyala terang, dan begitu sopir membuka pintu, Elias sempat tertegun melihat sosok yang berlari ke arah mereka dengan wajah panik.

"Elias?!"

Suara itu langsung membuat napas Elias tertahan. Rubiana berlari menuruni anak tangga depan rumah, tanpa alas kaki, masih memakai pakaian tidur berwarna lembut yang tampak kusut. Rambutnya terurai, matanya merah seolah baru saja menangis.

Elias hanya sempat membuka mulut sebelum gadis itu sudah berada di depannya, menggenggam kedua lengannya dengan ekspresi ketakutan.

"Kau ... kau tidak apa-apa, kan? Tidak ada yang terluka? Raven juga?" tanya Ruby beruntun dengan wajah dan nada panik.

Raven yang baru turun dari mobil menatap dengan kening berkerut. "Ruby, ada apa? Kenapa kau sepanik ini?"

Ruby langsung tersadar akan sikapnya. Lalu gelagapan seketika untuk menjawab.

"Ada apa? Apa terjadi sesuatu?" tanya Elias lagi, khawatir.

"Aku ... aku bermimpi buruk. Aku mimpi kalian berdua diserang. Lalu aku terbangun. Aku mencoba menghubungimu dari semalam tapi tidak tersambung. Aku hanya khawatir," kata Ruby.

Elias membeku di tempat. Ia menatap wajah Ruby, panik, pucat, tapi nyata. Gadis itu bahkan tak sempat memakai mantel meski udara pagi begitu dingin. Ia benar-benar langsung berlari dari kamar ke luar ketika mendengar suara mobil Elias datang.

"Ruby?" Elias akhirnya berbicara pelan, suaranya rendah dan lembut. Ia mengangkat tangannya, menyentuh pipi Ruby yang dingin. "Hei, lihat aku. Aku di sini. Aku baik-baik saja. Raven juga."

Ruby menatap Elias. "Kau sungguh tidak apa-apa?"

Elias tersenyum tipis, mencoba menenangkan, lalu berkata dengan nada menenangkan, "Kalau aku terluka, kau pikir aku akan berdiri di sini seindah ini, hm?"

Raven di belakang mereka menahan senyum kecil, tahu Elias sedang berusaha mengalihkan ketakutan Ruby dengan candaan lembut khasnya.

Ruby tersipu samar tapi masih menatapnya khawatir. "Kau benar-benar tidak apa-apa? Tidak ada yang mengejar kalian? Tidak ada yang tahu ke mana kau pergi?"

"Tidak ada," jawab Elias lembut. Ia menyentuh puncak kepala Ruby, jemarinya mengacak sedikit rambut gadis itu. "Aku janji, aku baik-baik saja. Lihat? Tidak ada luka. Tidak ada darah. Hanya sedikit debu dari jalan California."

Ruby mengerjap, matanya akhirnya mulai tenang. "Syukurlah."

Kalimatnya terhenti, suaranya pecah.

Elias menarik napas dalam, lalu menarik Ruby ke dalam pelukannya. Gadis itu terkejut sejenak, tapi kemudian membalas pelukan itu tanpa ragu.

Pelukan itu bukan hanya untuk menenangkan Ruby, tapi juga untuk menenangkan dirinya sendiri, yang entah kenapa baru kali ini merasa benar-benar pulang setelah malam panjang penuh pelarian.

"Sudah," bisik Elias di dekat telinga Ruby. "Kau tak perlu takut lagi. Aku di sini."

Raven menatap mereka sejenak, lalu melangkah masuk ke rumah lebih dulu untuk menyiapkan teh hangat. Ia tahu Elias butuh momen itu, dan Ruby jelas belum bisa sepenuhnya tenang dari mimpi buruknya itu.

Beberapa menit kemudian, Elias melepaskan pelukannya. "Sekarang ayo masuk. Udara masih dingin. Aku tidak mau kau sakit hanya karena menungguku di luar."

Ruby mengangguk kecil. "Aku hanya ... tidak bisa diam di dalam. Aku harus memastikan kau benar-benar pulang."

Elias tersenyum hangat. "Sekarang kau sudah memastikan, kan?"

Ruby mengangguk dengan senyum di wajah, lega.

Elias menunduk sedikit, menatap gadis itu dengan pandangan lembut. Seakan semua perasaan tegang, takut, dendam, dans sebagainya menghilang begitu ia melihat kehadiran Rubiana.

"Terima kasih sudah khawatir padaku," kata Elias.

Ruby memalingkan wajah, tersipu tapi matanya kini sudah tidak lagi cemas.

Kata-kata itu menusuk hati Elias. Ia sempat menatap Ruby lama, lalu melengkungkan senyum.

Mereka berjalan masuk ke dalam rumah. Di balik bahunya Begitu pintu tertutup, suasana rumah kembali hening. Hanya suara hujan cicitan burung di kejauhan yang menenangkan.

Elias menatap Ruby yang duduk di sofa, masih menggenggam selimut yang disodorkan Raven. Ia berjalan mendekat, lalu berlutut di depan Ruby, meraih jemari gadis itu dengan lembut.

"Dengar, Ruby," kata Elias dengan nada yang hangat tapi tegas. "Apa pun yang terjadi di luar sana, tentang berita, tentang skandal, atau apa pun yang mereka bicarakan, jangan pernah percaya sebelum kau dengar langsung dariku. Mengerti?"

Ruby menatapnya dan mengangguk pelan. "Mengerti," jawabnya.

Elias tersenyum kecil, menepuk tangannya dua kali dengan lembut. "Bagus. Sekarang, minum teh hangatmu. Aku dan Raven harus bicara sebentar."

Ruby mengangguk lagi, masih menatapnya dengan mata yang sulit beralih. Baru setelah Elias dan Raven berjalan menjauh, ia bersandar pelan di sofa, lega tapi masih merasa aneh di dadanya.

Sementara itu, di ruang kerja, Raven berdiri di dekat jendela menatap keluar ke arah gerbang. "Kau lihat sendiri, kan? Sekali pun kau coba merahasiakan semuanya, orang-orang yang peduli padamu tetap akan merasa kalau ada sesuatu yang salah."

Elias berhenti di depan meja, menatap laptop yang masih memuat fragmen file D-13 di layar. Ia menghela napas panjang.

"Ya. Dan itu justru yang paling menakutkan. Karena kalau Death Eater tahu siapa yang dekat denganku, mereka tak perlu memburuku," kata Elias yang kini justru memiliki kekhawatiran baru.

Raven menatapnya, mengerti maksudnya. "Ruby, bisa saja dia dalam bahaya nantinya."

Elias tidak menjawab, tapi rahangnya mengeras. Ia tidak akan membiarkan sesuatu terjadi pada Rubiana. Tidak akan.

1
Mineaa
wuaaaahhh.... Ruby......hayo lho ketauan....
hemmmm....kira kira Ruby mo di kasih
" HADIAH ' apa ya sama Elias....😁🔥
Archiemorarty: Hadiah nggak tuh /Facepalm/
total 1 replies
Miss Typo
sudah ku dugong, Ruby hanya di bohongin karna mau membongkar, kalau dia dah ketahuan seorang Chiper, dari bolak balik Revan dan Elies tlpn ke dua kontak Ruby, sebagai Ruby dan Chiper 😁.
tapi tak kirain tadi Elies pura² terluka ternyata enggak 😁
Miss Typo: eh setelah aku buka ig, ternyata udah follow 😁
total 5 replies
Ma Em
Akhirnya Elias dan Raven tau bahwa Ruby adalah Chiper yg selalu membantu Elias .
Alyanceyoumee: Assalamualaikum.
Kaka, Jika ada waktu luang, boleh coba baca karya ku yang berjudul "Parting Smile" ya, siapa tau Kaka suka.
insyaallah seru ko... xixi
di tunggu ya ☺️🙏
total 1 replies
Pawon Ana
aku jadi ingat novel pertamamu Thor (Lily dan Rion) tapi yang paling menguras emosi tentang novel Rosetta ( chapter2 akhir tentang pembalasan Rion) 😍
Archiemorarty: Ahh, itu novel yang paling susah buat aku move on, buat tentang si Rose full nangis dari awal sampe akhir /Cry/
total 1 replies
Miss Typo
akhirnya Elias tau kalau Ruby tuh Chiper orang yg selama ini membantunya
PengGeng EN SifHa
PECAH GENTONG juga akhirnya...ELIAS mengetahui siapa CHIPER...POINT PENTING yang q tunggu dr awal cerita.
Archiemorarty: Ehmm...gimana ya /Chuckle/
total 3 replies
Pawon Ana
wes selanjutnya kutunggu 😍💪
Archiemorarty: Update selanjutnya udah ready di jam 6 nanti ya kak 🥰
total 1 replies
Pawon Ana
narasi terakhir,apa mungkin Elias sudah curiga tentang Rubiana si chiper
Archiemorarty: Nah...bisa jadi itu /Slight/
total 1 replies
Deyuni12
huaaa
Elias tau Rubi adalah chiper,,hm
apa yg akan Rubi katakan setelah ini semua
Miss Typo
gmn ekspresi Elias dgn Raven dan apa yg akan mereka lakukan setelah tau Chiper itu ternyata Ruby
Miss Typo: waaah jadi penasaran 😁
total 4 replies
Deyuni12
haaa
Rubiiii tolong jujurlah sama Elias,apa susahnya sh.
biar xan jadi punya planning lebih untuk menghadapi si adams family itu,,hadeeeh
syusah banget sh Rubi 🥺
Jelita S
dasar si adonan anak sendiri mau dihancurkan
Archiemorarty: Adonan itu siapa lagi? Edward? bisanya jadi adonan /Facepalm/
total 1 replies
Ir
kediaman Spencer kak Archie sayang dan Elias Spencer, move on dulu dari bapak Rion, dirimu mau di jadiin manusia geprek sama Rosetta
Archiemorarty: astaghfirullah ya Allah maapkan othor gagal move on ini dari bapak Rion, mana kalau ngetik pas ngantuk /Sob/
total 1 replies
Ir
seorang anak ga boleh durhaka sama orang tua, kaga bisa!! apalagi modelan ortu nya kaya Edward ini, rasanya pengen aku maki² bila perlu aku seret aku tenggelamkan ke laut Selatan biar di caplok sama nyi blorong sekalian
Archiemorarty: Bener, sampai iblis aja sungkem sama kelakuan manusia sekarang ini/Smug/
total 3 replies
Miss Typo
semoga Ruby,Elias,Raven gak akan ada yg terluka.
makin penasaran dgn lanjutannya
Archiemorarty: Sabar yah menunggu update othor /Slight/
total 1 replies
Ariany Sudjana
ruby, Ayo kamu jujur sama Elias dan raven, siapa kamu sebenarnya, sehingga kalian bisa kerja dalam satu tim. kasihan Elias dan raven tidak bisa fokus, karena harus menjaga kamu juga
Deyuni12
tolong jaga Rubi y Elias,jangan biarkan dia terluka untuk yg k sekian xnya
Deyuni12: waaah
terima kasih y bapak Elias gak pake Pical tapi y 🤭🤭🤭🤣
total 2 replies
Miss Typo
makin menegangkan tapi makin seru dan makin penasaran
Deyuni12
kurang Thor,lagi dunk
Deyuni12: huaaa
siap bos 🫡😊
total 2 replies
Deyuni12
hm
Rubi gak ada salahnya kamu mulai jujur sama Elias,jadi sedikit demi sedikit tidak ada kebohongan mengenai dirimu yg sebenarnya,mungkin setelah kamu jujur ada langkah yg bisa xan ambil bertiga untuk menyelesaikan kasus yg rumit tersebut.
bicaralah Rubi
Deyuni12: ikh
pelit!!
aku cuma chat mau minta tolong doang juga sama Rubi,,huaaa
othor plis bisikin jangan sampe ketahuan bapak kulkas dunk✌️✌️✌️🤭
total 6 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!