NovelToon NovelToon
Perlindungan Anak Mafia

Perlindungan Anak Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Roman-Angst Mafia / Persaingan Mafia
Popularitas:972
Nilai: 5
Nama Author: Himawari Daon

Jameson, anak Mafia yang hidup di Kanada. Dia terpaksa menculik Luna, seorang barista di Indonesia demi melindunginya dari bahaya.

Ternyata, Luna adalah Istri Jameson yang hilang ingatan selama 5 tahun dan perjalanan dimulai untuk mengembalikan ingatan Luna.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Himawari Daon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6 : Gadis Bunga Matahari

Welcome…

...Happy Reading...

.... ...

.... ...

.... ...

Jameson kini berada dalam mobilnya, ia sedang serius membaca berita dari layar ipad.

“Bagaimana dia bisa meninggal seperti itu?” tanya Jameson dengan nada tinggi.

Mukanya sudah merah. Kepalanya mendidih, emosinya tak tertahan. Jameson sudah sepatutnya marah, karena wanita yang meninggal di hotelnya adalah tamu VIP nya alias salah satu teman bisnisnya.

“Dia tidak mungkin bunuh diri dengan konyol seperti ini,” ujar Jameson menyodorkan layar ipad nya di hadapan Ten.

“Benar, Tuan. Nona Shireen tidak mungkin mengkonsumsi obat dalam dosis yang tinggi. Mungkinkah ada yang menjebaknya?” kata Ten curiga.

“Aku tidak akan tinggal diam, jika mereka melukai orang-orang terdekatku!” Jameson mengepal tangannya kuat.

“Ten, kamu sudah mengecek CCTV nya?”

“Sudah, Tuan. Ada dua orang yang terlibat dengan Nona Shireen sebelum kematiannya.”

“Lalu, apa kau sudah menangkap mereka?”

“Sudah, Tuan. Mereka ada di markas sedang diinterogasi oleh tim pembunuh.”

“Bagus, antarkan aku ke sana!”

Ten mengantarkan Jameson ke markas rahasia. Biasanya tempat itu digunakan Jameson untuk menginterogasi pembunuh dan juga untuk membinasakan para pembunuh. Tempat itu dinamakan Markas Berdarah oleh Ten, karena sudah banyak darah yang berceceran di sana.

Markas itu berada di ruang bawah tanah sebuah Villa milik Jameson. Villa tersebut terletak di dekat Pantai Cinta, namanya.

Villa tersebut sering dipesan oleh pasangan yang baru saja menikah. Mantan tamu Villa itu mengaku sangat nyaman menginap di sana, mereka tidak tahu bahwa di bawah mereka adalah gudang darah.

“Siapa yang menyuruhmu?” tanya Jameson dingin.

“Tidak ada yang menyuruh kita, kita sendiri yang ingin membunuh perempuan itu,” bantah salah satu pria yang tangannya sudah diikat dengan rantai panjang.

“Kenapa kau membunuhnya?”

“Perempuan itu menolak tidur dengan kita, dia bilang tak sudi tidur dengan kita karena dia tidak suka orang miskin kayak kita,” jawab Pria satunya.

Tidak lama Ten berbisik kepada Tuannya, “Tuan, mereka bernama Noah dan Peter. Aku sudah mengecek mereka, sepertinya mereka satu kubu dengan orang yang ingin mencelakai Nyonya Luna.”

Rahang Jameson mengeras, emosinya sudah meluap. Dia bangun dari duduknya kemudian berjalan mendekati kedua tawanan itu.

Jameson dengan tatapan marah berkata, “Buka bajunya!” suruhnya.

Pengawal di samping Jameson dengan cepat melakukan apa yang diperintahkan Jameson. Dia membuka baju kedua pria itu.

Jameson menyorot tajam ke arah lengan mereka, dan dia melihat ada tato Naga Merah di lengannya.

“Jawab dengan jujur atau aku tidak segan menghabisi kalian!” ancam Jameson.

Cuih…

“Jangan harap!”

Jameson tak peduli, dia membalikkan badannya bersiap untuk pergi.

“Ten, urus mereka! Dan setelah ini antarkan aku pulang!”

“Baik, Tuan.”

Tepat pukul 03.00 dini hari, Jameson sampai di rumahnya dan langsung menuju kamar Luna. Dia masuk ke dalam kamar yang sudah gelap, namun di mata Jameson masih bisa melihat dengan samar.

Jameson duduk di tepi tempat tidur, dia melihat Luna sedang tidur. Matanya kini memeriksa sup jamur di atas nakas dan ternyata masih utuh. Dia menghembuskan napas berat.

Tangannya mulai membelai rambut Luna, “Sayang, kalau kamu gak makan bisa sakit,” bisiknya tepat di telinganya.

Luna beringsut pelan sambil memeluk tangan kekar di sampingnya. Jameson tanpa sadar tersenyum tipis.

Esok hari telah datang lagi, Luna membuka matanya perlahan. Samar dia melihat seorang pria yang tidur di sampingnya.

Nyawa Luna masih setengahnya sadar dan dia hanya dapat menatap pria itu dengan terdiam. Setelah nyawanya sepenuhnya kembali, dia terkejut sambil bergerak berusaha menjauh.

Jameson terkejut karena gerakan mendadak dari Luna. Dia dengan samar membuka matanya.

“Kau sudah bangun?” Jameson berusaha duduk dan menatap wanita itu lembut, “Kenapa tadi malam gak makan? Kamu bisa sakit kalau gak makan!”

Dalam batin Luna, perkataan pria itu memang benar. Karena tubuhnya tidak terisi sama sekali oleh makanan dan minuman, setelah Jameson mengatakan hal itu perut Luna berbunyi.

Jameson memandang perut Luna, sebenarnya dia ingin tertawa namun dia berusaha menahannya. Kemudian dia beranjak dari tempat tidur dan meraih nampan di atas nakas.

“Aku akan membuatkannya lagi. Selagi aku membuatnya, bersihkan dirimu!” ujar Jameson bisa melihat betapa berantakan wanita kesayangannya itu.

“Kamar mandi ada disana!” tunjuk Jameson ke arah salah satu pintu di dalam kamar itu. “Dan gantilah pakaianmu! Pilihlah sesukamu, semua pakaianmu ada di dalam lemari,” imbuhnya kemudian dia pergi dari kamar.

Luna masih membeku, ia masih tidak percaya dari semua yang terjadi padanya. Dia benar-benar diculik oleh bos tempat dia bekerja. Dari penjelasan Jameson kemarin, dia adalah suaminya namun berusaha bagaimanapun Luna tidak bisa mengingatnya.

Kaki indah itu mencoba turun dari ranjang dan berjalan pelan dengan sisa tenaganya. Luna melihat sekeliling, seperti kamar pada umumnya terlihat biasa saja.

Namun, matanya teralihkan dengan sebuah bingkai foto yang tidak asing. Dia meraihnya dan menatapnya dalam.

“Bagaimana bisa wanita ini mirip sekali denganku?” gumam Luna heran.

Lalu dia melihat dirinya dari cermin lemari, berantakan sekali, batin Luna.

Tangan lentiknya membuka lemari di depannya, menampilkan banyak baju di sana. Dan kebanyakan dia hanya melihat dress berbagai warna.

“Ternyata wanita itu juga suka dress sepertiku?”

Dia mengambil dress bermotif bunga matahari kecil-kecil. Entah kenapa, pertama kali melihat dress itu dia langsung menyukainya.

Luna menarik napas dan menghembuskannya panjang, “Aku harus tetap kuat agar bisa kabur dari sini!” katanya menyemangati dirinya sendiri.

Saat memasuki kamar mandi, dia mencium aroma bunga mawar dan dia menyukainya. Dia memperhatikan di sekitarnya, semua barang di dalam kamar mandi tersebut bermotif bunga matahari.

Luna bisa menyimpulkan kalau wanita yang difoto tadi sangat menyukai bunga matahari.

Setelah membersihkan diri, dia keluar dengan dress yang dia pilih. Aroma harum semerbak dari tubuhnya.

Jameson sejak tadi sudah menunggu Luna dengan sup jamur yang dia bawa. Dia terdiam saat Luna keluar dari kamar mandi, ia seakan terhanyut dalam pikirannya.

Luna berjalan pelan ke arahnya dan duduk di karpet berbulu yang sudah digelar Jameson tadi saat dia membersihkan diri.

Di hadapan nya kini terdapat meja kecil yang di atasnya terdapat semangkuk sup jamur. Dia melirik ke arah Jameson yang masih bengong melihatnya.

“Hem,” Luna berdehem memudarkan lamunan Jameson.

“Ah, maaf aku melamun,” ujar Jameson. “Ternyata kamu memilih dress ini, padahal masih banyak dress lain yang lebih bagus.”

“Aku menyukai–”

“Benar, kamu sangat menyukai dress ini,” potong Jameson tersenyum tipis.

Luna menundukkan pandangannya tidak berani menatap pria di depannya.

“Makanlah!”

Luna dengan pelan mencicipi sup jamur itu, dan citra rasa pertama di dalam pikirannya, “Enak.”

Jameson kali ini tersenyum lebar memandangnya. Dia memperhatikan wanita di depannya itu dengan intens.

Luna mengabaikan Jameson, yang jelas dia harus mengisi energinya agar bisa kabur dari sana.

Luna meneguk habis segelas air yang disiapkan Jameson untuknya. Dia menyodorkan mangkuk dan gelas yang telah kosong itu kepada Jameson.

“Ingat, aku menghabiskan makanan ini bukan karena aku percaya padamu.”

“Apa yang harus aku lakukan agar kamu percaya?” tanya Jameson pelan.

Tanpa berpikir, Luna menjawab, “Pulangkan aku ke Indonesia!”

Setelah mendengar jawaban Luna, dia kecewa. Dia tidak bisa melakukannya karena Jameson sangat yakin, jika Luna di Indonesia maka dia sangat tidak aman.

“Aku tak bisa memulangkanmu, karena disana sangat berbahaya!” ujar Jameson beranjak pergi dari kamar meninggalkan Luna yang mengumpatinya keras.

“Awasi Luna, jangan sampai dia kabur dari sini!” perintah Jameson kepada kedua pengawalnya yang menjaga depan pintu kamar itu.

Jameson pikir Luna sudah mulai menerima dia bisa tinggal di sana, namun ternyata salah. Wanita itu masih berusaha pulang ke Indonesia.

To be continued

Gimana bab ini? ada yang kurang kah?? 😆 Masih maukah di lanjut?? 😅

Silakan tinggalkan saran dan kritik dikolom komentar ya

Jangan lupa like juga 🤭

1
Emmanuel
Bahasanya keren abis.
Himawari Daon: Hehe, terima kasih kakak 🥰 Ini juga baru belajar. Ditunggu bab selanjutnya ya 🤗
total 1 replies
Yoi Lindra
Author, tolong jangan biarkan saya menunggu terlalu lama, update sekarang juga!
Himawari Daon: hehe, siap ditunggu ya gaes😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!