The Vampire Prince's Forbidden Love
"Darahnya membangkitkan sang pangeran malam. Cintanya bisa membunuhnya."
Saat Luna menyentuh peti mati itu, ia tak tahu bahwa hidupnya akan terikat oleh takdir kuno dan oleh cinta seorang vampir yang tak boleh mencintai.
Antara keabadian dan kematian, bisakah cinta tetap hidup?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MUSTIKA DEWI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dunia Yang Hampa
Luna kembali ke kehidupan kampus dengan langkah yang berat. Setiap sudut kampus yang dulunya penuh warna kini terasa kelabu. Hatinya kosong, seolah ada ruang yang tak terisi setelah kepergian Yong Jian. Ia berusaha untuk fokus pada skripsi dan penelitian arkeologinya, tetapi setiap kali ia menatap benda-benda kuno, bayangan Yong Jian muncul kembali. Kenangan indah mereka berdua, saat menjelajahi situs-situs bersejarah, seolah menjadi belenggu yang membuatnya semakin terpuruk.
Malam-malamnya dipenuhi dengan mimpi buruk. Dalam mimpinya, ia melihat hutan larangan yang gelap dan menakutkan, di mana pohon-pohon mengering dan suara-suara aneh bergema. Luna terbangun dengan keringat dingin, hatinya berdebar-debar. Ia merasa ada sesuatu yang salah, seolah ada ancaman yang mengintai di balik bayang-bayang.
Suatu hari, setelah perpisahan di fakultasnya, seorang pria tampan menghampirinya. Ezren, nama yang dikenalnya dari desas-desus di kampus. Ia adalah pemburu vampir yang terkenal, dengan reputasi yang menakutkan. Wajahnya yang tampan dipenuhi ketegasan, dan matanya berkilau dengan kekuatan yang membuat Luna merasa terpesona sekaligus takut.
“Luna,” sapanya dengan suara dalam yang menenangkan, “aku tahu kamu sedang berjuang. Ada sesuatu yang harus kita bicarakan.”
Luna menatapnya, bingung. “Apa maksudmu? Siapakah kamu sebenarnya? Seperti nya..aku pernah melihat mu?”
Ezren menghela napas, seolah berat untuk mengungkapkan sesuatu. “Yong Jian… dia dalam bahaya. Ada kekuatan gelap yang mengincarnya. Aku datang untuk membantumu.”
Kata-kata Ezren membuat jantung Luna berdegup kencang. Rasa takut dan harapan bercampur aduk dalam dirinya. Namun ia tidak percaya dengan Ezren. Seorang pemburu vampir, tidak mungkin memiliki rasa empati terhadap musuhnya.
“Apa? Tidak mungkin? Kalau begitu apa yang bisa kita lakukan?” tanyanya, suaranya seolah tidak percaya.
“Kita harus pergi ke hutan larangan,” jawab Ezren tegas. “Di sanalah kunci untuk menyelamatkannya. Tapi kita harus berhati-hati. Vampir yang mengincar Yong Jian tidak akan segan-segan untuk membunuhmu, karena kamu pemilik darah suci yang di takdirkan untuk Yong Jian.”
* * * * *
Luna berdiri di tepi hutan larangan, merasakan hembusan angin dingin yang membawa aroma misterius dari dalam. Di balik pepohonan yang rimbun, kegelapan seolah mengintip, menunggu untuk menelan siapa pun yang berani melangkah lebih jauh. Ezren, teman barunya yang setia, berdiri di sampingnya, menatapnya dengan penuh pengertian. Dia tahu betapa beratnya keputusan ini bagi Luna, tetapi dia juga menyadari bahwa ada sesuatu yang lebih besar yang harus dihadapi.
"Luna," Ezren memulai, suaranya lembut namun tegas. "Aku mengerti rasa sakitmu. Namun, jika kita tidak melangkah ke dalam kegelapan ini, bagaimana kita bisa menemukan Yong Jian? Dia mungkin masih menunggu di sana, terjebak dalam derita yang sama sekali belum pernah ia rasakan sebelumnya. Mungkin dia sedang memerlukan kehadiran mu."
Luna menggelengkan kepala, air mata menggenang di pelupuk matanya. Kenangan akan Yong Jian, cinta yang terputus dan rasa sakit yang ditinggalkannya, menghantuinya.
"Aku tidak ingin kembali ke dunia itu, Ezren. Setiap kali aku memikirkan Yong Jian, hatiku terasa terbelah dan perih rasanya. Aku tidak ingin membunuhnya, meskipun aku tahu dia masih mencintaiku. Aku hanya ingin melupakan semuanya."
Ezren menghela napas, meraih tangan Luna dan menggenggamnya erat. "Tapi, Luna, melupakan bukanlah cara untuk menyembuhkan. Kau harus menghadapi kegelapan itu, bukan hanya untuk Yong Jian, tetapi juga untuk dirimu sendiri. Jika kau terus bersembunyi, rasa sakit itu hanya akan semakin dalam."
Luna menatap hutan larangan dengan penuh keraguan. Di dalamnya, dia tahu ada kekuatan yang lebih besar, kekuatan yang bisa membawanya kembali ke dunia vampir yang penuh dengan kenangan pahit dan air mata. Namun, di sisi lain, ada harapan untuk mematahkan kutukan dan takdir Yong Jian tanpa mengakhiri hidupnya. Rasa hampa yang semakin menggerogoti hatinya telah menyebar luas di dalam relung jiwa, ingin rasanya bertemu dengan Yong Jian. Namun, rasa sakit hati akan kenyataan menjadi faktor utama yang membuatnya enggan kembali ke dunia vampir itu.
Ezren, teman barunya yang setia, terus memaksanya untuk mempertimbangkan kembali. Dia tahu betapa dalamnya luka yang dialami Luna, namun dia juga percaya bahwa harapan masih ada. "Luna," katanya dengan nada lembut, "aku tahu betapa sulitnya ini bagimu. Tapi jika ada kesempatan untuk mengubah takdirmu, apakah kamu tidak ingin mencobanya?"
Luna menunduk, merasakan beban emosional yang berat. "Ezren, aku tidak bisa kembali ke sana. Setiap sudut dunia itu mengingatkanku pada Yong Jian dan semua yang telah terjadi. Aku tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama."
Ezren menghela napas, memahami betapa dalamnya rasa sakit yang dirasakan Luna.
"Baiklah," dia akhirnya berkata, suaranya lembut. "Aku tidak akan memaksamu lagi. Tetapi jika kamu berubah pikiran dan ingin menemui Yong Jian, aku siap membantumu."
"Terima kasih untuk perhatianmu," jawab Luna, suaranya bergetar.
Dia tahu Ezren hanya ingin yang terbaik untuknya, tetapi hatinya terbelah. Dia ingin melupakan masa lalu, tetapi kenangan Yong Jian terus menghantuinya. Terlalu banyak derita dan tantangan dalam asmaranya bersama pangeran vampir Yong Jian.
Ezren membawa Luna kembali ke rumahnya, di mana suasana hangat dan nyaman menyambut mereka. Meskipun dia tidak bisa memaksakan keinginannya, Ezren bertekad untuk tetap ada untuk Luna, apapun yang terjadi. Dia tahu bahwa cinta dan persahabatan adalah kekuatan yang dapat mengubah segalanya.
Hari-hari berlalu, dan Luna berusaha untuk melupakan hutan larangan dan semua yang ada di dalamnya. Namun, bayangan Yong Jian selalu muncul dalam mimpinya, mengingatkannya pada cinta yang hilang dan harapan yang tersisa. Dia merasa terjebak antara dua dunia, antara keinginan untuk melanjutkan hidup di dunia nyata atau ketertarikan untuk kembali ke masa lalu dalam dunia vampir.
Suatu malam, saat bulan purnama bersinar cerah, Luna berdiri di balkon rumah bersama Ezren, yang melindungi nya. Dia menatap langit yang berkilauan, merasakan panggilan yang kuat dari hutan larangan. Suara angin seolah membisikkan namanya, mengingatkannya pada janji yang belum ditepati. Dalam hatinya, keraguan mulai memudar, digantikan oleh rasa rindu yang tak tertahankan. Tiba-tiba saja, rasa sakit yang teramat dalam, kini kambuh melanda dadanya. terasa sesak di dada dan perih di jantung nya. Ia mulai terbatuk-batuk dan tidak sengaja memuntahkan sedikit darah segar.
Ezren muncul di belakangnya, merasakan perubahan dalam diri Luna. "Kau tak apa-apa ? Apa kau ingin pergi ? Menurut pandanganku, kalian saling terhubung. Mungkin saja, Yong Jian di sana merasakan hal yang sama denganmu" Ezren suaranya penuh pengertian.
Luna mengangguk pelan, air mata menggenang di matanya. "Aku tidak bisa terus melarikan diri. Aku harus menghadapi masa lalu ini, meskipun itu menyakitkan."
Ezren menghela napas, merasa campur aduk.
"Jika itu yang kau inginkan, aku akan menemani mu. Kita akan menghadapi hutan larangan bersama-sama."
Dengan tekad yang baru, Luna dan Ezren berangkat menuju hutan larangan. Setiap langkah terasa berat, tetapi harapan untuk menemukan Yong Jian dan memecahkan kutukan yang membelenggu mereka memberi kekuatan baru. Luna tahu bahwa perjalanan ini tidak akan mudah, tetapi dia siap menghadapi apa pun demi cinta yang pernah ada.
Saat mereka memasuki hutan, suasana berubah. Pepohonan tinggi menjulang, dan cahaya bulan menyinari jalan setapak yang sempit. Luna merasakan kehadiran kekuatan yang mengintai, tetapi kali ini dia tidak merasa takut. Dia merasa hidup, dan harapan mulai menyala kembali dalam hatinya.
Di dalam hutan, mereka menemukan banyak rintangan dan tantangan, tetapi Luna tidak sendirian. Ezren selalu ada di sampingnya, memberikan dukungan dan kekuatan. Setiap langkah membawa mereka lebih dekat kepada Yong Jian, dan Luna merasakan jantungnya berdebar kencang.
Akhirnya, setelah perjalanan yang panjang dan melelahkan, mereka tiba di sebuah tempat yang dipenuhi cahaya. Di tengahnya, Yong Jian berdiri, tampak lebih kuat dan berwibawa. Luna tertegun, merasakan campuran rasa rindu dan ketakutan.
"Yong Jian," panggilnya, suaranya bergetar.
Yong Jian menoleh, matanya bertemu dengan mata Luna. Dalam sekejap, semua kenangan manis kembali mengalir, dan Luna tahu bahwa ini adalah saat yang menentukan. Dia harus memilih antara masa lalu yang menyakitkan dan masa depan yang penuh harapan. Luna berlari menghampiri Yong Jian. Luna memeluk Yong Jian dengan sangat mesra.
"Yong Jian! Aku sangat merindukan mu," ucapnya dengan penuh perasaan.
Dengan keberanian yang baru ditemukan, Luna melangkah maju, siap untuk menghadapi takdirnya kembali. Berkat kebaikan hati Ezren, Yong Jian meminta Ezren untuk tetap tinggal di kastil miliknya. Tetapi Ezren menolaknya. Ia lebih suka tinggal di desa belakang hutan larangan, hidup dengan masyarakat lebih nyaman daripada tinggal bersama mereka berdua.
"Sebagai ucapan terima kasih ku, maukah kau tinggal bersama ku di kastil milik ku?" tanya Yong Jian pada Ezren.
"Maaf, kawan! Terima kasih. Aku tidak bisa. Aku terbiasa tinggal di desa belakang hutan larangan. Dan tinggal bersama masyarakat." sahut Ezren menolak ajakan Yong Jian.