Istri Culun Badboy Tengil

Deru mobil melaju pelan menyusuri jalanan kota Bogor. Jalanan yang indah di hiasi lampu kerlap-kerlip, dengan pepohonan rindang dan bangunan tua yang bercerita. Suasana sangat ramai karena malam ini adalah malam favorit bagi semua kalangan. Banyak kendaraan yang berlalu lalang dengan suara knalpot saling bersahutan. Suasana pinggir jalan yang begitu ramai oleh sekumpulan anak muda. Tak menarik perhatian seorang pria yang duduk diam di kursi belakang, fokus pada benda pipih miliknya.

Tak lama mobil yang di tumpanginya telah sampai di depan sebuah rumah sederhana. Pria itu masih duduk diam tak memperdulikan laki-laki di depannya sudah turun dari mobil.

"Sampe kapan diem di sana?!" suara baritonnya yang tegas, seakan penuh menusuk.

"Ck!" Elang berdecak kesal dan dengan malas mulai turun dari mobil.

Mengikuti langkah papanya masih dengan fokus pada ponselnya. Tak mempedulikan omelan pria tua di hadapannya yang terus mengoceh menasehatinya untuk tidak rusuh dan berbuat aneh-aneh.

Tok! Tok! Tok!

"Assalamualaikum."

Keduanya kini sudah berdiri di depan sebuah pintu. Papanya terus mengetuk pintu tersebut. Sedangkan Elang memilih diam fokus pada ponselnya. Entah seperti apa gadis yang akan di jodohkan dengannya, yang jelas Elang tidak peduli dan tidak akan pernah menyukainya. Ia menuruti semua ini karena terpaksa. Mungkin hanya sementara biar papanya puas, dan bisa mengembalikan barang miliknya. Sewaktu-waktu ia bisa menceraikannya.

Cklek!

"Waalaikumsalam."

Pintu terbuka, keluarlah seorang gadis yang langsung di berikan senyuman hangat oleh Leonel. Berbeda dengan Elang yang sama sekali tak menoleh, masih dalam posisinya.

"Om? Elang?"

Sontak pria itu langsung mendongak saat namanya di sebut. Elang membelalak dengan kening berkerut. Terlihat gadis di hadapannya yang tak asing di matanya. Gadis yang memakai dress oversize selutut, berwarna hitam dengan motif bunga-bunga kecil. Rambut yang di kepang dua tak lupa dengan kacamata bulatnya. Wajahnya polos tanpa make-up, hanya polesan lipbam di bibirnya.

"Lo?!"

Kini di ruang tamu, suasana begitu mencekam. Kia sedari tadi hanya diam menunduk karena terus di tatap oleh Elang. Tatapan pria itu tak luput darinya, penuh intimidasi.

"Elang cepet! Pakein cincinnya!" titah Leon sambil memberikan kotak cincin yang di belinya.

Elang sedari tadi tak mempedulikan papanya yang menjelaskan tentang perjodohannya. Apapun alasannya ia tetap tidak akan pernah suka dengan perjodohan ini.

"Ikut gue!"

Dengan tiba-tiba Elang menarik gadis itu menuju ke dapur. Meninggalkan Leonel yang terus menatapnya dengan tajam. Kepergian mereka membuat pria paruh baya itu memijit pelipisnya pening.

"Elang, s-sakit," cicitnya mencoba melepaskan tangannya yang di cengkram kuat oleh Elang.

Bruk!

Elang melepaskan cengkeramannya dan langsung menghempaskan tubuh mungil Kia hingga terbentur ke tembok. Ia terus memepetkan gadis itu dengan raut wajah datar.

"Lo dengan mudah terima perjodohan ini?!" Elang mencengkram dagunya sambil menatapnya penuh selidik.

"Ini pasti rencana lo, kan?! Lo suka sama gue, makanya lo hasut bokap gue?!" tanyanya yang di balas gelengan pelan.

"Terus kenapa lo mau-mau aja?!"

"Aku gak tau apa-apa. Dan melakukan ini karena permintaan terakhir mendiang ayah."

"Halah, bacot lo!" Elang menghempaskan dagunya lalu menjauh darinya.

Tubuhnya menyender pada meja dapur sambil mengacak-acak rambutnya frustasi. Kepalanya mendongak dengan kedua tangan bertumpu pada sisi meja, matanya terpejam sejenak.

Tiba-tiba sebuah ide terlintas dari pikirannya. Mungkin dengan menerima perjodohan ini, papanya tidak akan menyita apartemennya dan membiarkannya tinggal di sana. Sehingga membuatnya bebas melakukan apapun keinginannya. Soal gadis culun itu, sangat mudah untuk di tangani. Mungkin menikah dengannya membuat Elang bisa terlepas dari kekangan papanya. Memikirkan itu membuat senyuman miring mengembang di sudut bibirnya.

Elang mulai melangkahkan kakinya kembali ke ruang tamu. Yang di ikuti oleh Kia di belakangnya. Ia mendudukkan dirinya dengan wajah datar.

"Gue terima perjodohan ini!"

Leonel membulatkan matanya terkejut, begitupun dengan Kia. Entah apa yang membuat pria itu tiba-tiba menerimanya. Leon menatapnya dengan mata memicing, penuh selidik.

"Mood gue gampang berubah. Mungkin bentar lagi juga bakal beru--"

"Cepet pakein cincinnya!"

Elang dengan malas dan terpaksa memakaikan cincin pada jari manis gadis itu. Cincin untuk mengikatnya, sebagai tanda mereka resmi tunangan dan akan segera menikah.

"Minggu depan kalian nikah! Papa bakal atur semuanya!"

Keduanya hanya menurut tanpa protes karena ada rencana masing-masing.

"Udah kan? Ayo balik!" Elang meleos pergi begitu saja meninggalkan mereka.

Ponselnya sedari tadi terus berbunyi. Sudah pasti itu dari teman-temannya, karena malam ini ia sudah ada janji. Mungkin saat ini mereka sedang menunggunya dengan kesal di sana.

Di sebuah arena balap liar. Suasana sangat ricuh menunggu kehadiran Elang yang tak kunjung datang.

"Haha dia pasti dah takut duluan. Makanya gak dateng!" sindir Bhaskara, sebagai lawan balap sekaligus musuh bebuyutan Black Demon.

"Bacot lo santen Kara! Elang belum dateng karena ada urusan!" sahut Juan emosi.

Sedangkan di sisi lain. Elang sudah pulang dengan cepat karena papanya mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Bahkan pria tua itu tidak masuk ke rumah terlebih dahulu, ia langsung melesat pergi mengatakan ada urusan.

"Ck, bilang aja mau ketemu keluarga sampah!" decaknya sambil bergegas masuk untuk siap-siap dan mengambil kunci motor.

Tak membutuhkan waktu lama Elang telah sampai di arena balap. Yang sudah pasti langsung mendapatkan ledekan dari musuhnya.

"Lo baru dateng pasti abis siapin mental!"

"Gak usah banyak bacot, ayo mulai!"

Keduanya mulai menutup kaca helm. Derungan motor keduanya saling bersahutan. Mata mereka saling melirik sekilas dengan tatapan permusuhan. Motor keduanya mulai melesat jauh saat bendera hitam putih di angkat.

Elang melaju lebih dulu, memimpin permainan. Ia mengendarai motornya dengan pikiran berkecamuk. Memikirkan tentang perjodohannya dengan gadis yang tak di sukai.

Tanpa sadar Bhaskara sudah berada di sampingnya dan dengan sengaja menyenggol motornya. Membuat Elang yang sedang melamun kehilangan keseimbangan. Sehingga membuat motornya oleng.

Bruk!

"ELANG!!"